Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca, (Kadang-kadang) Menulis, Menggambar Pola/Gambar Sederhana

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis, Antara Konsistensi, Pembaca, dan Sematan Label

6 Februari 2019   21:28 Diperbarui: 7 Februari 2019   19:05 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara jujur untuk orang yang ingin jadi penulis seperti saya ---- saya menyebutnya penulis pemula ---- seringkali pamrih dalam menulis sebuah artikel. Pamrih ini bisa menjadi penyemangat dalam menulis. Walaupun pamrih untuk levelan seperti saya masih dalam tahapan ringan dan biasa-biasa saja.

Pamrih yang saya inginkan saat menulis artikel adalah apa yang menjadi tujuan saya menulis. Apa sekedar agar konsistensi menulis saya terjaga, atau agar artikel banyak dibaca, atau ingin mendapat sematan label seperti headline, highlight, terpopuler, nilai tertinggi, atau featured article.

Untuk Kompasianer senior mengincar pamrih yang seperti saya pasti sudah terlewati, bisa jadi menulis sudah sangat natural seperti bernapas, malah jika tidak menulis akan menimbulkan kegelisahan. Mudah-mudahan suatu saat saya bisa sampai ke jenjang itu.

Untuk saat ini sasaran yang menjadi pamrih saya dalam menulis baru sampai tentang konsistensi menulis, atau artikel ingin banyak dibaca, atau agar dapat sematan label. Apa tidak boleh jika pamrih seperti saya ? Jawabannya saya pikir boleh boleh saja karena untuk saya agar sampai menjadi penulis yang mumpuni maka harus mau melewati anak tangga satu-satu salah satunya pamrih ringan seperti tahapan saya sekarang. 

Tetapi jika memang ingin menjadi penulis yang kompeten dan mumpuni apalagi ingin mempunyai karya abadi tentu jenjangnya jangan berhenti disitu, lanjutkan lagi naik anak tangga berikutnya hingga sampai di tempat yang dituju.

Pamrih yang pertama adalah apakah menulis artikel lalu ditayangkan di Kompasiana ini adalah agar terjaga konsistensi dalam menulis?, Saya pernah menayangkan artikel tentang Menjaga Konsistensi Dalam Menulis. Jika pamrih ini yang dijadikan alasan menulis dan menayangkan artikel saya pikir harus dipertahankan karena konsistensi bisa jadi kunci sukses sebagai seorang penulis.

Consistent action creates consistent results. (Christine Kane)

Pamrih yang kedua adalah apakah tulisan yang ditayangkan dimaksudkan agar bisa dibaca banyak Kompasianer ?. Jika pamrih banyaknya pembaca yang dijadikan pegangan saat menulus dan menayangkan artikel siap-siap saja kecewa. 

Tidak jarang artikel yang saya buat tidak banyak yang membacanya. Saya kemarin-kemarin saja merasa heran bahwa artikel yang saya tayangkan walaupun masuk ke dalam pilihan editor tetapi yang membacanya tidak banyak. Saya berpikir apa Kompasianer aktifnya sedikit atau semata-mata artikel saya nya saja yang tidak menjadi salah satu artikel yang diminati untuk dikunjungi. Jadi untuk pamrih menayangkan artikel agar banyak dibaca saya pikir jangan dijadikan pilihan karena yang ada jika pembaca sedikit maka semangat menulis akan menurun atau hilang. Biar saja tulisan kita sampai ke pembaca dan tulisannya menemukan nasibnya sendiri.

Pamrih yang terakhir adalah sematan label yang diberikan editor pada artikel yang ditayangkan. Untuk pamrih yang inipun jika dipilih sebagai tujuan menulis dan menayangkan artikel maka akan berlaku sama seperti jika pamrih agar bisa dibaca banyak pembaca. Harus siap-siap kecewa jika tidak mendapatkan sematan apa-apa. Yang ada nanti malah menjadi pengerem kita sehingga berhenti menulis artikel.

Jadi apa tidak boleh pamrih menayangkan artikel agar dapat banyak pembaca dan dapat sematan label ? Jawabannya tentu saja boleh, asal dijadikan pemicu agar bisa menayangkan artikel terbaik dari semua sisi penulisan artikel agar pantas dan layak disinggahi banyak pembaca dan disematkan label pada artikelnya. 

Tidak lupa jika pada kenyataannya artikel kita hanya numpang lewat saja tertimbun artikel Kompasianer lain maka jangan patah semangat dan berkecil hati justru harus dijadikan pendorong agar pamrih yang kita tuju bisa diraih.

Buat saya menulis harus menikmati saja prosesnya secara bertahap, perlahan, satu anak tangga dilewati satu persatu. Tidak apa-apa tidak sebaik dan seideal penulis lain misalnya bahwa menulis berasal dari hati hingga tidak mengharapkan apa-apa. 

Kalau belum bisa sebaik itu dilalui saja tahapan pamrihnya tetapi dengan catatan jangan berhenti hanya sampai tahapan itu, naik terus tahapannya walau secara perlahan asal terus menerus mudah-mudahan bisa sampai ke tahapan yang hebat dan ideal seperti penulis yang lain.

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Rabu 6 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun