Setiap orang tua pasti merasa bangga jika anaknya berprestasi. Prestasi akademik dengan juara di kelas atau sekolah, juara perlombaan atau olimpiade pelajaran, olahraga, dan sebagainya.
Jarang ada orang tua yang tidak mempermasalahan jika anak tidak mencapai prestasi apa-apa. Akan ada perasaan malu dan gagal sebagai orang tua jika anak tidak mendapatkan pencapaian apa-apa.
Seringkali orang tua lupa bahwa cerita yang dijalin adalah cerita kehidupan anak bukan cerita orang tua. Jadi catatan yang ditorehkan bukan pencapaian hidup orang tua tetapi raihan pencapaian anak.
Selain itu sekarang kita mengerti bahwa kecerdasan tidak hanya masalah kecerdasan kognitif yang biasanya dikaitkan dengan akademik. Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan itu banyak ragamnya dikenal dengan kecerdasan majemuk seperti yang dijelaskan Gardner.
Saya mendapat penjelasan kecerdasan majemuk yang pas : " Pada dasarnya, manusia memiliki beberapa kecerdasan utama sesuai dengan pembagian kecerdasan pada otak kita. Seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS yaitu Prof. Dr. Howard Gardner merumuskan teorinya Multiple Intelligence (kecerdasan ganda/majemuk)."
"Kecerdasan majemuk yang dimaksud adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan eksistensial."
Melihat aneka kecerdasan maka setiap individu pasti cerdas dan unik sesuai bakat yang diberikan Yang Kuasa. Begitupun seorang anak, setiap anak pasti cerdas dan memiliki bakat yang khas dan unik ditiap individunya yang berbeda satu dengan yang lain.
Sebagai orang tua maka hal terbaik yang bisa dilakukan untuk anak adalah mengenali modal kecerdasan yang diberikan Yang Kuasa pada anak sebagai bekal menjalani hidup.
Setelah mengenali langkah selanjutnya adalah memfasilitasi anak untuk mengembangkan kecerdasan khas dan unik yang dimiliki hingga berkembang mencapai prestasi terbaik di bidangnya.
Jika orang tua sadar bahwa perjalanan hidup anak adalah bukan perjalanan hidup orang tua, kecerdasan majemuk membuat setiap anak unik dan memiliki kekhasan kecerdasannya maka setiap anak pasti juara dibidang yang menjadi keahliannya.
Saya jadi ingat ada sebuah kisah yang menceritakan pada saat setiap orang tua bangga dengan prestasi anak-anak mereka, ada yang juara kelas, juara olahraga, dan juara yang lain ada satu orang tua dinilai gagal karena anaknya tidak mendapat pencapaian hebat seperti yang lain. Si orang tua dinilai gagal karena dianggap anaknya hanya sebagai pemeran pembantu atau pemain cadangan dalam kehidupan yang dilalui di tengah teman-temannya yang menjadi pemeran utama karena memiliki prestasi yang membanggakan.