Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca, (Kadang-kadang) Menulis, Menggambar Pola/Gambar Sederhana

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Semua Ada Waktunya

31 Desember 2018   12:11 Diperbarui: 5 Januari 2019   18:26 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebentar lagi liburan semester dan awal tahun berakhir, hal inilah yang menjadi pertengkaran si sulung dengan si bungsu --- saya tidak mengerti kenapa kalau sedang kumpul ide drama pertengkaran selalu saja tidak habis dipertontonkan mereka --- saat pagi tadi berkumpul di ruang makan.

Si bungsu bertanya kenapa liburannya sebentar tidak seperti si sulung yang nanti liburannya sangat lama --- si sulung belum libur karena masih UAS, tapi jadwal UAS nya karena tidak berurutan jadi bisa ikut pulang dulu --- anehnya waktu liburan pun kok bisa mereka jadikan bahan pertengkaran.

Karena saya tahu itu drama mereka kalau bertemu saya diamkan saja walau saya akhirnya berkomentar agar mereka bisa mendapat pelajaran bahkan untuk drama yang mereka buat.

Saya bilang ke mereka kalau semua ada waktunya. Si bungsu masih SMA jadi waktu liburannya sudah ditentukan berdasarkan peraturan pemerintah yang berbeda dengan kakaknya yang sudah kuliah. Hal paling baik mensyukuri apa yang diberi dihadapan saat ini karena anugerah terindah dan terbaik dari Yang Kuasa adalah kehidupan saat ini. Pertengkaranpun diakhiri dengan anggukan kepala mereka dan muka bete karena saya merusak pertengkaran mereka dengan perdamaian dan konsep yang harus mereka pahami...hehehe.

Seringkali hidup menjadi susah karena salah menyikapinya bahwa anugerah terbaik dan terindah itu saat ini bukan nanti. Kita mempersoalkan apa yang tidak didapat yang menyebabkan hidup jadi gelisah, tak puas, kesal, selalu serba kurang. Lupa akan apa yang didapat dan dimiliki saat ini yang akhirnya berlalu dan tidak dinikmati.

Persis seperti menulis, karena konsep semua ada waktunya bisa juga diaplikasikan dalam kepenulisan.

Saat saya membaca artikel salah seorang kompasianer ada yang berkomentar bahwa kualitas tulisan di Kompasiana menurun lalu saya berpikir untuk menyudahi saja menulis di Kompasiana.

Komenannya memang bukan di artikel saya dan bukan ditujukan untuk saya, juga tidak mengerti komenannya sungguh-sungguh, bercandaan atau  sindiran. Hanya saja saya merasa bahwa kualitas tulisan saya belum baik, kasihan juga kalau Kompasiana yang sudah lama dibangun kualitasnya turun karena tulisan belum berkualitas seperti artikel milik saya.

Tapi terus saya berpikir lagi niatan menyudahi menulis di Kompasiana --- mana besok saya ulang bulan pertama dengan Kompasiana, masa sudah putus padahal belum sebulan--- apa benar itu yang saya inginkan ?, bagaimana tulisan saya akan berkualitas kalau saya tidak mau melewati tahap tulisan tidak berkualitas terlebih dulu lalu berhenti menulis karena membaca kritikan yang sebenarnya tidak ditujukan untuk saya, malah bisa jadi komenan itu adalah pembangun dan penajam untuk memperbaiki tulisan.

Jawaban pertanyaannya didapat pagi ini dari drama pertengkaran si sulung dan si bungsu bahwa segala sesuatu ada waktunya.

Waktu saya sekarang adalah membuat pondasi kepenulisan dengan mengasah ketajaman menulis baik ide, bahasan, penyusunan kata yang membentuk kalimat, penjejakkan kepenulisan dengan mengenalkan tulisan ke Kompasianer dengan ajek dan konsisten, dan 3B (Banyak belajar, Banyak baca, Banyak menulis).

 1.  Mengasah ketajaman menulis.
Ketajaman dalam menulis itu perlu agar proses menulis yang dilakukan lancar. Ide, tema bahasan, pemilihan kata yang membentuk kalimat yang tersusun menjadi artikel utuh harus selalu diasah.

Jika selalu diasah maka intuisi dalam menulis akan tajam juga, saya pernah menulis tentang bakat dan intuisi penulis pemula.

Seringkali ketajaman lebih cepat terasah jika mendapat kritik ---bahkan untuk kritik pedas, satire atau sindiran sekalipun--- dan saran yang membangun. Syaratnya jangan gampang baper yang malah menjadi pengerem bukan pendorong lebih giat dalam menghasilkan suatu karya dalam bentuk artikel.

 2. Penjejakan kepenulisan dengan ajek dan konsisten.
Penjejakkan kepenulisan tidak lain dengan menulis yang lalu dieksekusi untuk ditayangkan agar bisa sampai dan dibaca kompasianer.

Jadikan rutinitas agar kegiatan menulisnya ajek dan konsisten. Bukan hanya menulisnya tapi menayangkannya. Percuma juga kalau tulisan hanya dinikmati sendiri karena peningkatan memperbaiki tulisannya akan lebih lambat dibanding jika dibagikan lalu dikoreksi yang lain karena seringkali pembaca apalagi yang ilmu dan jam terbang menulisnya sudah tinggi --- saya pernah menulis cara menambah jam terbang penulis (pemula) --- pasti lebih bisa melihat celah kekurangan agar tulisan kita jadi lebih baik.

 3. Melakukan 3B (Banyak belajar, Banyak baca, Banyak menulis).
Konsep 3B ini sih sepertinya syarat yang tidak bisa ditawar jika ingin jadi penulis yang baik. Beberapa buku yang saya baca, bahkan quotes yang menjadi bahan dalam membuat tulisan terutama untuk banyak membaca dan menulis itu mau tidak mau, suka tidak suka dilakukan oleh seorang yang ingin jadi penulis.

Para ahli yang karyanya abadi pasti melewati juga tulisan gagal,  tidak bermutu atau tidak berkualitas namun mereka tidak berhenti sampai disitu, mereka tetap menulis, memperbaiki, menaikkan kualitas hingga karyanya abadi menembus waktu bahkan sampai berabad-abad dan sampai ke tangan kita sekarang.

Jika saat ini saya baru melewati tulisan yang kurang berkualitas maka saya tidak boleh berhenti melalukan proses perbaikan dengan terus menajamkan proses menulis, penjejakkan kepenulisan dangan ajek dan konsisten dan tidak meninggalkan proses 3B (Banyak belajar, Banyak baca, Banyak menulis).

Saya harus mau melewatinya bahwa tulisan saya masih belum berkualitas, belum baik dan belum mencerahkan sebelum tulisan saya menjadi tulisan yang berkualitas, baik dan memberikan sepasang sayap kepada pembacanya untuk terbang dengan pencerahan karena semua ada waktunya.

Semoga saya bisa sampai ke jenjang tulisannya berkualitas, memiliki karya abadi dan menjadi ilmu yang bermanfaat sebagai perpanjangan amal saat ruh terlepas dari raga.

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Senin 31 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun