Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca dan (Kadang-kadang) Menulis di karlawulaniyati.com

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Prosa Puisi | Mereka Mencinta bahkan Sebelum Bersatu

16 Desember 2018   07:37 Diperbarui: 2 Februari 2019   09:51 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keinginan untuk menjadikan Sharique menjadi anakku terlaksana. Saat ditinggal oleh suami aku sedang mengandung lalu lahir seorang anak perempuan cantik. Tidak terduga semesta mempertemukan (kembali) anakku dengan Sharique. 

Tidak akan kutolak saat Sharique berucap ingin menjadikan anakku sebagai bagian hidupnya. Aku mempercayainya untuk dapat mendampingi dan mengajarkan kehidupan pada anakku, karena selama ini akupun banyak diajarkan kearifan hidup oleh Sharique. Kini bagian anakku menikmati aliran ilmu dan kearifan hidup yang akan diberikan oleh  Sharique.

Ada cerita yang disampaikan anakku tentang bagaimana perlakuan Sharique dan cinta yang terjadi dari keduanya. Aku sangat beruntung masih bisa menyaksikan keindahan cinta dari kedua mentariku. 

###

Disatu waktu anak perempuanku bercerita kisah keberadaan, ketiadaan, penguatan dan cintanya bersama Sharique. Indah dan manis, ini adalah cerita mereka berdua.

Tangannya masih dipipiku, yang menyebabkan bibirku membulat dan condong ke depan. Itu kebiasaannya kalau sedang bicara denganku. Terutama membicarakan hal yang serius. Katanya biar aku bisa menangkap apa yang disampaikannya.

Matamu melihat mataku.
Mataku melihat matamu.
Kau lihat kesungguhanku.
Aku lihat kesungguhanmu.

"Kau mengerti ?" tangannya masih mengapit dipipiku. Dia menjelaskan bahwa aku tak boleh pilu saat dia tidak ada, seperti kemarin meninggalkanku beberapa hari karena tugas. Aku hanya mengangguk.

Saat kita terpisah.
Disitulah cinta kita dibangun.
Nestapa rindu sangat menyiksa.
Sesak dada karena kita saling tiada.
Namun nestapa karena cinta justru mengokohkan kita.
Membangun cinta semakin kuat.

Walau raga berjauhan dan tak bersua.
Kita akan selalu bersama.
Karena ada jendela yang terbuka.
Terhubung antara kau dan aku.

Begitu dia menjelaskan dan meyakinkanku. Bahwa dengan ketiadaan dirinya disampingku tidak boleh menoreh pilu. Nestapa yang terjadi karena rindu justru harus menjadi pengokoh ikatan cinta. Kini baginya aku adalah prioritas hidup, tidak ada yang lebih penting selain diriku termasuk dirinya sendiri. Aku yang terpenting baginya. Aku tidak tahu kenapa ada cinta sebesar itu.

Sebegitu besar daya yang diberikan oleh cinta.
Cinta memberikan dorongan kuat mewarnai semestaku dengan memesona.

Aku jadi ingat bagaimana kita bertemu. Kita tidak sengaja bertemu (kembali). Saat kecil  memang sudah saling bertemu karena kau mengenal ibuku lebih lama dari aku mengenalmu. Sebelum aku lahir ke dunia kau sudah mengenal ibuku. 

Lalu kita terpisah karena berlainan tempat menuntut ilmu. Setelah selesai ternyata kita saling menemukan. Kalau ditanya kenapa saling menemukan. Jawabannya karena kita saling mengenali.

Aku menitipkan asa dan rasa pada semesta. Begitupun dirimu. Semesta menyimpannya lalu mengirimkan pada kita. Saat waktu dan semesta sepakat saat itulah kita bertemu (kembali). Itu yang menyebabkan kita saling mengenali. Ternyata kita sudah saling menerima kiriman asa dan rasa yang diantarkan oleh semesta. Yang mengagetkanku ternyata orang yang disimpan semesta adalah  orang yang sejak kecil aku kenal.

Rasa yang dipunyainya.
Memenuhi dan menyelimutiku dengan utuh.
Aku melihat diriku di dirinya.
Dia melihat dirinya di diriku.
Dia menjadi aku yang lain.
Aku menjadi dia yang lain.
Apa yang kurasakan dia akan merasakan.
Apa yang dia rasakan akan aku rasakan.

Dua tubuh satu jiwa. (Rumi)

Hidupku kini ibarat menemukan dan menyusun puzzle.
Kamu adalah seseorang yang bersama menyusun puzzle satu persatu.
Melengkapi kekuranganku.
Mengisi celah kosongku.
Yang mengerti aku.
Yang berjalan denganku.

Cinta dan rasa yang dipunyainya untukku besar dan kuat. Awalnya aku jengah karena terlalu berlebihan menurutku. Namun setelah aku menikmati setiap detik momen penerimaan cinta dan rasa hingga rasa yang datang hilang atau sudah melebur, akhirnya aku berkompromi dengan diriku dan menerima cinta dan rasa yang diberikannya padaku.

Sunshine...aku mencintaimu bahkan sebelum kita bersatu.

Aku memanggilnya Sunshine.
Karena dia memang jadi jalan penerang diriku.
Penerang pikiranku.
Penerang hatiku.
Penerang jiwaku.
Penerang hidupku.
Sesuai dengan namanya Sharique yang artinya sinar matahari

Seperti waktu itu, dia berujar yang membuatku mantap melabuhkan cinta.

"Kau tau pengorbanan apapun akan kulakukan buat cintaku padamu" tangannya seperti biasa mengapit pipiku. Aku mengangguk, mataku berbinar.

"Kau tahu besarnya cintaku ?" kembali aku mengangguk.

"Kau pun pasti tahu, cinta Alloh pada hamba-Nya melebihi cintaku padamu"

My sunshine kembali jadi jalan penerang untuk perjalanan hidupku.

Mantap sudah aku melabuhkan cintaku yang paling utama dan tertinggi hanya kepada-Nya.

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Ahad 16 Desember 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun