Saat ini, komunikasi telah melibatkan banyak media dan tidak terbatas pada surat kabar maupun interaksi tatap muka. Proses komunikasi mencakup penggunaan berbagai stimuli, termasuk bahasa, simbol, dan gerakan non-verbal, yang mempengaruhi perilaku orang lain. Media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan WhatsApp telah menjadi saluran utama untuk menyebarkan informasi. Namun, penyebaran informasi yang cepat dan luas ini juga dapat mengakibatkan penyebaran banyak informasi yang salah atau hoaks.
Banyak masyarakat cenderung hanya membaca judul tanpa membaca berita secara lengkap, menunjukkan kurangnya minat literasi. Literasi, keterampilan membaca dan menulis, sangat penting untuk memahami informasi yang diterima. Dalam konteks kesehatan, literasi sangat krusial karena dapat mempengaruhi perilaku dan keputusan yang diambil oleh masyarakat terkait dengan kesehatan mereka.
Isu-isu kesehatan seperti sex bebas, pelecehan seksual, dan penyalahgunaan narkoba menjadi penting untuk disadari, terutama oleh generasi muda sebagai penerus bangsa. Literasi kesehatan dapat membantu individu memahami risiko dan konsekuensi dari perilaku tersebut, serta cara-cara untuk mencegahnya.
Dalam konteks pernikahan, kurangnya literasi kesehatan dapat menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman terkait dengan konsepsi dan reproduksi. Edukasi sebelum menikah dapat membantu pasangan untuk memahami secara akurat tentang proses reproduksi dan menghindari informasi yang salah.
Westernisasi dan kemajuan teknologi membawa manfaat dalam hal akses informasi global, namun juga memperkenalkan risiko informasi yang salah atau tidak akurat. Kritis dalam menyaring informasi dan mengevaluasi sumber-sumber berita sangat penting untuk menghindari disinformasi.
Ada berbagai cara mencegah berita palsu, berikut caranya:
1. Periksa sumber suatu berita
2. Periksa tanggal publikasi dari suatu berita
3. Hindari berita dengan judul yang provokatif dan sensasional
4. Cek foto dan video yang tercantum pada berita
5. Masuk dalam grup diskusi anti hoax
Sosialisasi dan edukasi tentang isu-isu kesehatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat literasi masyarakat. Penyampaian informasi melalui media sosial, video pendek, dan platform lainnya dapat membantu meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu kesehatan. Tetapi, perlu juga diingat bahwa kritis dalam menerima dan menyebarkan informasi adalah kunci untuk menghindari penyebaran berita palsu.
Mengikuti perkembangan demikian, Platform video pendek seperti TikTok, Reels, dan YouTube Short menjadi alternatif efektif dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Video memberikan visualisasi yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan teks, khususnya dalam kondisi minat baca yang rendah di Indonesia. Durasi video singkat, 15-90 detik, sudah cukup untuk menyampaikan pesan secara padat namun informatif.
Banyak konten kreator, salah satunya @farhanzubedi, seorang dokter dari Universitas Syiah Kuala, yang membagikan informasi kesehatan melalui platform ini. Konten yang disajikan harus relevan dengan fenomena atau keadaan masyarakat targetnya. Cara penyampaian yang menarik, seperti menggunakan peragaan visual dan bahasa yang non-formal, membantu informasi lebih mudah diterima oleh audiens.
Konten yang relevan dan beragam, seperti tips kesehatan atau informasi terkait fenomena tertentu, dapat membantu mengurangi disinformasi di masyarakat. Platform video pendek menjadi media pembelajaran baru yang efektif, dengan cara penyampaian yang kreatif seperti drama atau animasi.
Literasi dapat dimulai dari diri sendiri namun untuk manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak orang, perkembangn zaman perlu diapresiasi dan diwaspadai untuk kemajuan. Oknum penyebar berita palsu akan sulit ditemukan di siapa yang memulainya, namun kita dapat mencegahnya dengan menjadi masyarakat yang pintar kita dapat menghindarinya dengan cara-cara yang ada. Â Oleh karena itu, memulai sesuatu dari hal yang kecil terlebih dahulu untuk memberikan efek besar pada kehidupan dan jadikan perkembangan zaman menjadi tempat untuk menemukan ilmu baru yang bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H