Mohon tunggu...
Karizal Tri Sabana
Karizal Tri Sabana Mohon Tunggu... Guru - Karizalts

Pembelajar Journalist CP : 082295374422 @karizal_sabana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bukan Tabula Rasa: Memahami Potensi Siswa dalam Konteks Pendidikan Dasar

2 November 2024   13:06 Diperbarui: 2 November 2024   13:10 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang guru yang berperan mendidik siswa-siswi di sekolah dasar, saya seringkali dihadapkan dan diperlihatkan pada satu pemahaman, dalam hal mana sebagian besar pendidik menganggap bahwa anak-anak/peserta didik mereka adalah "kertas kosong" yang siap diisi dengan berbagai pengetahuan apa saja. Konsep atau pemahaman seperti ini dikenal dengan istilah tabula rasa, konsep tersebut memandang bahwa anak/peserta didik ini tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman sebelumnya dalam diri mereka. Namun, melalui berbagai interaksi dan pengamatan di sekolah, kita dapat melihat bahwa setiap anak pada dasarnya mereka sudah memiliki kemampuan, minat, dan pengalaman unik bahkan sejak pertama kali mereka masuk sekolah. Pada masa ini, dalam hal mana anak/peserta didik dipandang sebagai individu yang sudah memiliki potensi bawaan ini semakin diterima di dunia pendidikan modern dan berimplikasi penting dalam cara kita mengajar di sekolah.

Konsep yang mengatakan bahwa anak bukanlah tabula rasa berarti kita harus mampu untuk memahami bahwa setiap anak memiliki potensi bawaan yang dibawa sejak mereka lahir. Anak-anak/peserta didik kita datang dengan pengalaman hidupnya ketika mereka berada dalam lingkungan keluarga dan juga interaksi dengan atau antara teman-teman sebayanya, yang kemudian membentuk mereka menjadi individu yang unik dan menarik. Saya berpandangan bahwa mereka belajar dari apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan, bukan hanya dari informasi yang diberikan oleh guru ketika mereka berada di sekolah saja. Sebagai seorang guru, saya tentu selalu berusaha untuk dapat mengenali dan menghargai latar belakang pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa saya, karena ini akan sangat membantu dalam membangun pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan dengan perkembangan zaman yang semakin pesat.

Dengan perspektif demikian, tugas kita sebagai seorang pendidik tentu akan lebih dari sekadar menyampaikan materi saja. Kita perlu menggali lebih dalam tentang pengetahuan awal mereka, memahami minat mereka, dan merancang pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata mereka. Dalam perspektif pemikiran saya yang dinamis, menurut saya anak bukanlah wadah kosong, mereka memiliki minat dan rasa ingin tahu mengenai apa yang mereka alami. Tugas kita sebagai guru adalah menumbuhkan rasa ingin tahu tersebut, bukan justru malah memadamkannya dengan cara mengarahkan pembelajaran yang mungkin hanya bersifat satu arah. Sebagai contoh, misalnya ketika mengajar tentang suatu materi mengenai sikap kepedulian kita kepada lingkungan hidup, seorang guru harus bisa memulai dengan bertanya kepada siswa, seperti misalnya "Apa saja yang kalian lakukan di rumah untuk menjaga kebersihan lingkungan?" atau "Pernahkah kalian melihat sampah berserakan di jalan? Apa yang kalian rasakan?" Dengan pertanyaan seperti ini, kita menggali apa yang sudah mereka alami, mengajak mereka berpikir kritis, dan membangun pemahaman yang relevan.

Karizal Doc.
Karizal Doc.

Contoh lain dalam penerapan yang nyata misalnya mari kita lihat bagaimana konsep "bukan tabula rasa" saya terapkan dalam pelajaran sehari-hari. Seperti misalnya di kelas 6, saya pernah mengajar topik tentang kewirausahaan/ekonomi sederhana. Alih-alih langsung memberikan penjelasan secara teoretis, saya justru mengajak siswa untuk membayangkan dan mengungkapkan tentang pengalaman mereka ketika misalnya berbelanja di pasar atau warung dekat rumah. Saya bertanya, "Siapa yang pernah berbelanja? Apa yang kalian perhatikan saat membeli barang di warung?" Jawaban mereka menjadi bahan dasar untuk menjelaskan konsep permintaan, penawaran, dan nilai uang dengan cara yang mereka pahami dan alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran seperti ini, dari cerita pengalaman sehari-hari mereka tentu akan memberikan konteks yang membuat pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih hidup. Mereka bisa langsung menghubungkan konsep ekonomi dengan pengalaman berbelanja yang sudah mereka miliki sebelumnya. Bagi anak-anak, belajar tentang hal-hal yang mereka kenali jauh lebih efektif daripada hanya mempelajari teori tanpa konteks yang justru akan membuat mereka menjadi bingung.

Konsep maupun pendekatan tentang "Bukan Tabula Rasa" tentu akan banyak memberikan manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa, manfaat-manfaat tersebut di antaranya: meningkatkan rasa percaya diri, Ketika pengalaman dan pengetahuan mereka dihargai, siswa merasa lebih percaya diri. Mereka tidak lagi hanya menjadi pendengar, tetapi juga berperan aktif dalam proses belajar. Pembelajaran yang Lebih Bermakna: Ketika materi pelajaran terkait dengan pengalaman sehari-hari, siswa akan lebih mudah memahami dan mengingat apa yang mereka pelajari. Mengasah Keterampilan Berpikir Kritis: Dengan mengajak siswa mengeksplorasi dan mempertanyakan pengalaman mereka, kita membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mandiri.

Sebagai seorang guru, sudah sepantasnya kita bisa selalu menghargai setiap Anak sebagai Individu yang unik dan memiliki pengetahuan dasar sebelumnya, pandangan bahwa anak bukanlah tabula rasa mengingatkan kita untuk selalu menghargai keunikan setiap siswa. Mereka bukan kertas kosong yang perlu diisi, mereka adalah individu dengan rasa ingin tahu, pengalaman, dan potensi yang dapat berkembang jika diberikan kesempatan. Tugas kita adalah mendampingi dan memberikan ruang bagi mereka untuk menemukan dan mengekspresikan potensi ini. Dengan pendekatan ini, kita menciptakan ruang kelas yang tidak hanya mengedukasi, tetapi juga membangun karakter dan kepercayaan diri siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun