Malam itu hari Jumat, 26  April 2013 pukul 20:00,  Seperti biasa kami berkumpul di terminal Bus Kampung  Rambutan menunggu teman yang ikut dalam trip pendakian Gunung Pangrango Cimacan Cianjur Jawa Barat, kami memang sering kala itu mengadakan perjalanan di akhir pekan , setelah  rutinitas pekerjaan di hari jumat pukul 17: 00 selesai kami pun bergegas pulang merapihkan semua keperluan untuk trip perjalanan, Bus pun siap berjalan tibalah kami di pinggir jalan raya puncak cianjur jalan masuk wisata taman cibodas, kami pun menaiki angkot menuju tempat peristirahatan di Warung Mang idi.Pagi Sabtu 27 April 2013 pukul 06: 20  kami bersiap siap start Pendakian Gunung Pangrango 3019 MDPL dengan jumlah anggota 17 orang, terdiri dari 8 orang pendaki wanita dan 9 orang pendaki Pria, pendakian di mulai semua pendaki terlihat semangat dan ceria, tanpa di sangka teman kami Edwin dan Lisna  sudah merencanakan momem baik ini untuk foto prewed dengan memakai baju berwarna merah di jalur awal pendakian, sampai di telaga warna teman kami bernama Mira tersadar cameranya telah terjatuh hilang, entah dimana.
 Pukul 07: 40 Wib kami sampai di pertigaan shelter Rawa Panyangcangan, team pun beristirahat terlebih dahulu, sebagian team melanjutkan perjalanan ke Curug Cibereum untuk melihat keindahan air terjun, lama menunggu  kami pun beristihat sembari memasak kopi, Pukul 09 : 00  setelah semua team berkumpul kami pun melanjutkan perjalanan hingga sampai di Pos Kandang Badak Pukul 14: 00.
Hujan pun turun rintik rintik beberapa team kami 5 orang  tidak bisa melanjutkan perjalanan dan mendirikan Camp di Pos Kandang Badak, setelah selasai shalat dan beristirahat segaian dari team kami melanjutkan perjalanan menuju puncak pangrango ( manadala wangi ) berjumlah 12 orang.Â
Hari pun mulai gelap di jalur pendakian menuju puncak pangrango, para anggota team pendakian terlihat lelah jam menunjukan pukul 17: 45 kami belum sampai puncak, pada saat pendakian di sore menjelang magrib salah seorang teman kami yang bernama Mamdu melihat sosok mahluk halus yang biasa di sebut kunti, di belakang teman kami yang bernama Mimi yang terlihat sedikit agak jauh dari Mamdu, Mamdu pun terdiam saat itu.
Karena tas yang saya bawa agak berat terpaksa saya meninggalkan team, agar lebih cepat sampai di puncak, saat sampai di puncak tepat di tugu 3019 mdpl, ada satu tenda pendaki yang terdengar suara shalawat, bacaan  ayat - ayat Al Quran, juga terdengar suara teman wanitanya menangis sambil mual mual, mereka mengira teman wanitanya sedang kesurupan terdengar sangat panik, saat itu saya mencoba memberikan saran agar jangan panik, dan memberitahukan bahwa temanya tidak kesurupan  tetapi masuk angin, coba di kerik pakai balsem, saat itu memang saya membawa balsem dan memberikannya, akhirnya pun reda kepanikan di tenda Team Pendaki itu.Â
Satu persatu teman teman dari rombongan saya datang kami pun memutuskan untuk mendirikan camp di alun alun mandalawangi dekat pohon pohon bunga edelwis Pukul 19:40, Pagi pun tiba melihat sekeliling alu alun Mandalawangi foto foto, makan bersama menikmati keindahan alam Gunung Pangrango.
Pukul 11: 58 tiba di pos kandang batu di sini kami bertemu teman teman kami yang beristirahat mendirikan tenda di pos ini mereka sedang memasak spaghetti yang sangat pedas sampai tidak ada yang berani memakannya sampai - sampai spaghetti yang telah di masak itu di berikan selompok pendaki yang sedang beristirahat bermain kartu, ternyata munggkin sekelompok pendaki itu sedang kelaparan, spaghetti yang pedas itu pun langsung di lahap habis, dan kepedesan luar biasa mukanya memerah, mulutnya menganga.Â
Lama beristirahat setelah sholat kami pun melanjutkan turun gunung Pukul 13: 30 melewati pos air panas, sampai di pos pondok pemandangan menuju pos batu kukus 3 di pertengahan jalan pukul 14: 35  saya berisirahat sejanak duduk di batu dengan beberapa teman, banyak pendaki yang  turun lalu lalang saat beristirahat, ketika sepi saat itu saya terdiam saat melihat ada keganjilan seperti penampakan tetapi saya tidak sadar itu penampakan.
Tiba - Â tiba ada seorang pendaki gunung yang hendak ingin turun, tetapi yang aneh pendaki yang saya lihat tidak seperti pendaki lainnya yang terlihat gagah dan kuat, pendaki ini terlihat sangat kurus dengan baju yang sangat kusam dan terlihat koyo, yang tertempel banyak ' dari kaki , betis, paha, pergelangan tangan, leher, dan kepala, berjalan sangat pelan, dengan tas di bawa di angkat di atas pundak sebelah kanan, tidak pakai sepatu atau pun sandal, saat itu saya melongo dan terlintas rasa kasihan tapi saya hanya terdiam.
Ketika lama beristirahat pendaki itu sudah  tak terlihat lagi menuju turun, ketika  melanjutkan perjalan turun saya berharap bertemu kembali pendaki itu dan mencoba menolong tapi sepanjang perjalanan saya tidak  bertemu lagi, seingat saya pendaki misterius itu berjalan sangat pelan sekali, karena kakinya juga tidak pakai alas apa pun, saya tidak bertanya kepada teman saya pada saat itu apakah mereka melihat apa yang saya lihat, sepertinya mereka tidak melihatnya , kalau memang melihat pasti mereka bercerita saat itu, ketika melihat pendaki misterius itu saya juga tidak bisa bicara hanya terdiam.
Pukul 17: 40 kami kembali beristirhaat di warung mang Idi, bersiap siap perjalanan menuju pulang. Akhir dalam perjalanan ini kami semua baik baik saja semua pulang dengan selamat sampai di rumah.