Mohon tunggu...
Karina Rizki
Karina Rizki Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Selamat datang, selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Kritik Film "Pawn"

11 Maret 2021   23:03 Diperbarui: 11 Maret 2021   23:06 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pawn atau dalam bahasa Indonesia yang berarti "jaminan" merupakan film asal Negeri Gingseng yang rilis tanggal 29 September 2020. Film Pawn disutradarai oleh Kang Dae-gyu dan diproduksi oleh Yoon Je-kyoon. Meskipun keduanya tidak terkenal di Indonesia, namun cerita yang ada di dalamnya sangat sayang untuk dilewatkan. Artis yang memainkan perannya pun tak kalah jagonya dengan artis-artis papan atas yang lain. Seperti Sung Dong-il, Ha Ji-won, Kim Hee-won, Yunjin Kim, dan Park So-yi.

Saat saya membaca judulnya saya beranggapan bahwa film tersebut akan jauh dari adegan tangis menangis. Namun ternyata saya salah. Secara keseluruhan film ini menceritakan tentang arti sebuah keluarga yang tak melulu diikat dengan hubungan darah.

Film Pawn menggunakan alur maju mundur. Menggunakan latar waktu 1993 dan 2020. Menceritakan tentang Du-Seok (Dong-Il) dan Jong-bae (Hee-won) yang bekerja sebagai penagih hutang. Mereka harus menagih hutang kepada Myung-Ja (Yujin Kim) yang pada saat itu tidak memiliki uang sama sekali. Akhirnya Du-Seok mengambil anak Myung-Ja yang bernama Seung-Yi (So-Yi) yang masih berusia 7 tahun untuk dijadikan jaminan. Mereka memberi waktu kepada Myung-Ja untuk melunasi hutang-hutangnya agar Seung-Yi bisa kembali. Siapa sangka, ternyata Myung-Ja bukan orang yang berkewarganegaraan Korea Selatan dan merupakan imigran gelap. Akhirnya dia tertangkap dan langsung dideportasi ke negara asalnya yaitu China.

Du-Seok dan Jong-Bae panik bukan main. Mau tak mau mereka harus menjaga anak perempuan tersebut. Tak mudah untuk mereka bertiga menjadi akrab. Kejadian-kejadian lucu tentang kecanggungan mereka mampu menghidupkan suasana. Seiring berjalannya waktu, mereka menjadi akrab layaknya teman sebaya. Tak ada kecanggungan lagi didalamnya. Namun ternyata Myung-Ja memanggil Pamannya untuk melunasi hutang-hutangnya dan mengambil Seung-Yi. Firasat buruk menghantui Du-Seok. Dia tak yakin dengan lelaki yang disebut-sebut paman Seung-Yi.

Kekhawatiran itu terus muncul disaat Seung-Yi yang tidak memberi kabar kepada Du-Seok. Benar saja, Seung-Yi dijadikan pelayan di sebuah tempat karaoke oleh pamannya. Segala cara dilakukan Seung-Yi agar dia bisa keluar dari tempat tersebut. Akhirnya dia bisa menghubungi Du-Seok.

Tak mau kejadian itu terulang kembali, Du-Seok dan Jong-Bae memutuskan untuk tetap merawat anak tersebut. Menyekolahkan Seung-Yi dan selalu mengantarnya ke sekolah. Mereka lakukan secara bergantian hingga Seung-Yi menjadi seorang perempuan cantik yang sudah dewasa. Namun saat Seung-Yi sudah dewasa dan menjadi seorang penerjemah bahasa China di Korea Selatan, Du-Seok tak ada disampingnya, hanya ada Jong-Bae. Ternyata Du-Seok mengalami kecelakaan saat ingin menjemput Seung-Yi. Tak ada yang mengetahui dia kemana saat kecelakaan itu terjadi, seperti tertelan oleh bumi.

Namun Seung-Yi dengan Jong-Bae tidak putus asa. Mereka terus berusaha mencari keberadaan Du-Seok, karena mereka yakin Du-Seok masih hidup. Beberapa kali mereka menemukan nama yang sama namun ternyata orang yang berbeda. Lalu Seung-Yi ingat sesuatu yang mungkin menjadi jalan terakhir untuk mencari Du-Seok. Ternyata Du-Seok tidak memakai nama aslinya. Dia memakai nama yang diberikan oleh Seung-Yi. Dengan nama tersebut, mereka bertiga kembali bersama. Namun Du-Seok tidak se-sehat dulu. Kini dia berdiam diri di suatu rumah sakit jiwa, mental nya terganggu. Tatapannya kosong ketika bertemu dengan Seung-Yi. Disaat itu pula, untuk pertama kalinya Seung-Yi memanggil Du-Seok dengan sebutan "ayah".

Saya sangat tersentuh dengan cerita tersebut. Jarang saya menemukan cerita seperti ini. Namun saya kurang suka dengan alur maju mundurnya yang menjadikan saya bisa menebak permasalahan selanjut. Selain itu saya masih penasaran dengan kejadian setelah Du-Seok kecelakaan. Bagaimana kronologinya saat Du-Seok yang masuk rumah sakit jiwa.

Namun tetap saja, film ini masuk kedalam film favorit saya yang wajib untuk kalian tonton. Karena plotnya yang dapat menyentuh hati diselingi dengan kelakuan konyol Du-Seok dan Jong-Bae. Akting dari para pemain nya tak perlu diragukan lagi. Saking jagonya berakting, sampai-sampai saya bisa merasakan kekhawatiran yang dirasakan oleh Du-Seok, ketakutan yang dirasakan oleh Seung-Yi, dan masih banyak lagi.  Meskipun Park So-yi yang saat itu masih berusia 7 tahun, tak mengurangi keapikan dari film tersebut.

Untuk penutup, saya beri kalian satu pesan yang saya ambil dari film ini "Meskipun engkau sudah sukses, jangan pernah melupakan orangtua, dan orang-orang yang turut memperjuangkan hidupmu."

Terimakasih sudah membaca....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun