Mimin, panggilan karib kepada seekor kucing yang paling besar di rumah. Terawat sudah sekian tahun, mulai dari kecil kurus tak berdaging, hingga tumbuh dan berkembang gendut dan empuk sehat berwibawa pada halayak kucing umumnya.Â
Awalnya takut tersentuh tangan manusia, karena mungkin masih belum ada keterkaitan jiwa dan hatinya, hingga menjadi tersengka memiliki jenis kelamin betina.
Namun, seiring berjalannya waktu, semakin terlihat tubuhnya dan ternyata, Mimin adalah kucing jantan. Karena sudah terlanjur dielus kepalanya dengan sholawat serta menyebut namanya, jadi ya sedikit sulit untuk dirubah.
Beberapa tahun setelahnya, Momon hadir tanpa di undang, tanpa ibu dan tanpa bapak. Sedikit memiliki kesamaan lah sama si Mimin. Awal mula menghampiri rumah, si Momon hanya berlandaskan suara mungil imut yang mengharap kasih.Â
Dan anak perempuan pertama di rumah tersebut, yang lumayan menyukai jenis kucing imut, mulai mendetektifkan diri dan mencari tau keberadaannya.
Selang beberapa hari setelah itu, si Momon kecil mulai sedikit menampakkan wajah mungilnya yang sungguh alangkah gemas sekali.Â
Namun, ketika pemilik rumah menghampiri dengan piring kecil yang berisi gizi-gizian kucing. Dan reaksinya, si Momon kecil kabur secara gesit. Seperti berpikir bahwa manusia itu jahat, hanya bisa menyentuh kucing dengan semaunya, hehe.
Bahkan hingga saat ini, si Momon yang mulai bertumbuh besar, gesit dan aktif, masih sering su'udzon terhadap gerak-gerik manusia, terutama anak perempuan pertama dari pemilik rumah, yaitu saya sendiri, hehe.
Hingga saat ini, si Mimin dan Momon akhirnya tetap bertahan, hidup, sehat dan semakin aktif dan gesit. Barulah, si Mumun.Â