Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Berbagai sistem yang bekerja di dalam tubuh disusun dengan kompleks dan saling berkesinambungan satu sama lain. Contohnya seperti sistem pernapasan kita, udara masuk melalui hidung kemudian melewati faring untuk diteruskan ke laring dan trakea, berlanjut menuju bronkus atau percabangan yang nantinya bermuara ke bronkiolus untuk membantu proses pertukaran udara dalam paru-paru. Bayangkan jika kita tidak bisa menjaga organ dalam diri kita, apa yang akan terjadi?
Seberapa Penting Indeks Udara yang Bersih untuk Umat Manusia?
Energi yang ada pada tubuh manusia berasal dari makanan yang dikonsumsi dan udara yang dihirup. Udara yang dimaksud di sini adalah kadar oksigen di dalamnya. Menurut Cahyono (2017), secara umum komposisi udara kering dan bersih pada homosfera antara lain nitrogen, oksigen, argon, karbon dioksida, neon, helium, methan, kripton, nitrous oksida, hidrogen, xenon, ozon. Dari pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa udara tidak hanya terdiri dari oksigen saja, sedangkan tubuh hanya mengelola oksigen dalam udara untuk diolah menjadi energi. Lalu, bagaimana jika udara itu tercemar? Udara tercemar dapat diartikan bahwa udara tersebut terkontaminasi zat-zat polutan yang menjadikannya rentan untuk menyerang kesehatan manusia. Padahal, sejatinya udara tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, sangat disayangkan jika tubuh harus menghirup gas-gas berbahaya yang dapat memicu berbagai penyakit dan salah satunya adalah kanker. Seorang ahli mengungkapkan, pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran (Oktora, 2008).
Apa yang Bisa Dilakukan?
Beberapa cara untuk menjaga kesehatan pernapasan yaitu :
1. Tidak merokok
2. Rutin meminum air putih
3. Mengonsumsi makanan bergizi
4. Memakai masker saat keluar rumah
5. Rutin berolahraga
6. Menggunakan alat air purifier
Referensi :
- Cahyono, T. 2017. Penyehatan Udara. Yogyakarta:Penerbit ANDI (Anggota IKAPI).
- Oktora, B. 2008. Hubungan Antara Kualitas Fisik Udara Dalam Ruang (Suhudan Kelembaban Relatif) dengan Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada Pegawai Kantor Pusat Perusahaan Jasa Konstruksi X di Jakarta Timur Tahun 2008. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H