ASEAN memiliki prospek cerah dan peluang besar di sektor ekonomi digital. Namun, pada saat yang sama, kawasan ini dihadapkan pada tantangan pemulihan pasca pandemi Covid-19. Interkoneksi QRIS lintas negara diharapkan dapat menjembatani peluang dan tantangan ekonomi digital ASEAN saat ini dan masa depan.
Ekonomi digital di ASEAN semakin menggeliat. Laporan e-Conomy SEA 2022 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, menyebutkan, ekonomi digital ASEAN bernilai 200 miliar dollar AS pada 2022, dan diperkirakan terus tumbuh hingga 330 miliar dollar AS pada 2025. Angka ini dihitung berdasarkan gross merchandise value (GMV) atau nilai pembelian konsumen.
Adapun proporsi Indonesia diproyeksikan mencapai 40 persen dari total nilai ekonomi digital ASEAN. GMV Indonesia yang sebesar 77 miliar dollar AS pada 2022 akan tumbuh rata-rata 19 persen per tahun menjadi 130 miliar dollar AS pada 2025. Prospek yang cerah semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting sekaligus pemain utama dalam ekonomi digital di kawasan.
Jika dicermati, potensi besar ekonomi digital Indonesia tecermin dalam data sistem pembayaran yang dirilis Bank Indonesia. Peningkatan volume dan nilai transaksi belanja menggunakan uang elektronik tumbuh signifikan dalam 10 tahun terakhir. Bahkan, peningkatannya semakin pesat pasca Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) diluncurkan 17 Agustus 2019 lalu.
Bank Indonesia mencatat, nilai transaksi belanja elektronik mencapai Rp 407,53 triliun sepanjang 2022 dengan volume sekitar 6,92 juta transaksi. Nilai transaksi tersebut melonjak hampir sembilan kali lipat dibandingkan tahun 2018, atau sebelum ada QRIS. Data sistem pembayaran Indonesia juga merekam kenaikan volume transaksi menggunakan uang elektronik rata-rata sekitar 28 persen per tahun pada periode 2019-2022.
Adapun menurut data yang dihimpun Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), nilai belanja menggunakan QRIS sepanjang 2022 mencapai lebih dari Rp 100 triliun dengan volume menembus 1 miliar kali transaksi. Pada periode sama, jumlah pengguna QRIS mencapai 28,75 juta, atau naik hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yang berjumlah 15,95 juta.
Sampai dengan Maret 2023, nilai transaksi menggunakan QRIS mencapai Rp 15,35 triliun dengan volume sekitar 153 juta transaksi. Dengan dukungan dan kerja sama yang terjalin antarnegara, QRIS tahun ini diperkirakan bisa mencapai 45 juta pengguna dengan volume lebih dari 1 miliar kali transaksi. Semakin banyak pengguna QRIS mengindikasikan semakin besar peluang ekonomi digital yang tertangkap.
QRIS Lintas Negara
Dalam perhelatan KTT ASEAN 2023, Indonesia ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia (epicentrum of growth). Penguatan pemulihan ekonomi pasca pandemi adalah kunci menjadikan ASEAN sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan. Pertumbuhan berkelanjutan ini akan ditopang dengan meningkatkan kolaborasi dan kerja sama regional.
Ekonomi digital menjadi satu dari tiga prioritas kerja sama dan kolaborasi tersebut. Untuk memperkuat inklusi keuangan dan literasi digital, negara anggota ASEAN perlu meningkatkan interkonektivitas sistem pembayaran regional (Regional Payment Connectivity/ RPC). Peningkatan interkonektivitas ini dapat dilakukan melalui implementasi QRIS lintas negara.
Bank Indonesia telah menjalin kerja sama sistem pembayaran lintas negara dengan sejumlah bank sentral di ASEAN, salah satunya Bank Sentral Thailand (BoT) per Agustus 2022. Fase awal implementasi melibatkan 76 penyedia jasa sistem pembayaran dari kedua negara, dan akan terus bertambah. Dengan inisiatif ini, warga Indonesia dan Thailand dapat menggunakan aplikasi pembayaran yang terdapat pada gawai dengan memindai Thai QR Codes dan QRIS saat melakukan transaksi di merchant.