Mohon tunggu...
Karina Dharmawan
Karina Dharmawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jurusan Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Ice cream lover. Swifties. Loves music, especially violin bass and saxophone.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

China Sebagai Kandidat Negara Pemegang Kekuatan Global Baru

5 Juni 2023   12:01 Diperbarui: 5 Juni 2023   12:23 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

OBOR dapat menciptakan salah satu bentuk dari fenomena globalisasi, yaitu borderless bagi setiap negara yang dilalui jalur OBOR yang diperkirakan akan mencakup 70 negara atau bahkan lebih. Seperti yang terlihat, proyek ini nampaknya akan mempermudah banyak negara dalam melakukan perdagangan lintas benua serta memberikan banyak keuntungan bagi negara-negara yang terlibat. Namun, yang perlu disadari adalah proyek ini tentunya akan membuat dominasi China dalam sektor ekonomi dan sektor bernegara lainnya menjadi lebih kuat.

China juga memiliki perhatian serius terhadap pertahanan, keamanan, dan kekuatan militernya. China menganggap pertahanan keamanan serta kekuatan militer sebagai aspek prioritas nasionalnya yang utama. Oleh sebab itu, maka mereka pun sangat disegani dan diwaspadai oleh berbagai negara-negara di dunia.

Walaupun begitu, China juga tetap memiliki berbagai tantangan seperti konflik wilayah, ancaman terorisme, dan stabilitas regional. Dalam mengatasi tantangan ini, China melakukan berbagai tindakan seperti meluncurkan kebijakan keamanan nasional yang mencakup berbagai aspek, mulai dari pertahanan perbatasan hingga keamanan siber. China juga berkomitmen untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayahnya, termasuk klaim teritorial di Laut China Selatan dan Laut China Timur.

China juga sangat berambisi menguatkan kekuatan angkatan lautnya. China ingin memodernisasi angkatan lautnya dengan cara meningkatkan kapabilitas angkatan lautnya dengan mengembangkan kapal induk, kapal selam nuklir, kapal perang permukaan, dan rudal anti-kapal. Hal ini mengindikasikan ambisi China untuk memiliki kehadiran laut yang lebih kuat di wilayah perairan strategis, termasuk Laut China Selatan. Pertumbuhan ekonomi yang pesat memberikan China sumber daya finansial yang besar untuk mengembangkan kekuatan militer modern. Klaim teritorial dan ketegangan regional, seperti klaim atas pulau-pulau di Laut China Selatan, mendorong China untuk meningkatkan kehadiran militer di wilayah laut mereka.

China memiliki kapal angkatan laut terbesar di dunia. Kapal ini adalah kapal induk tipe 003 yang diberi nama Fujian, yang merupakan kapal perang paling canggih yang pernah dibuat oleh China. Angkatan laut Amerika Serikat pun sempat memprediksi bahwa antara tahun 2020 dan 2040, jumlah total kapal angkatan laut China akan meningkat hampir 40%.

Apabila kebijakan OBOR dan perkembangan militer China dianalisis menggunakan pendekatan neorealisme, berbagai upaya dan strategi yang dilakukan China melalui kedua kebijakan tersebut merupakan bentuk dari proposisi neorealisme, yaitu konsep struggle for power. Aspek ekonomi dan militer adalah dua aspek yang menjadi indikator dan kapabilitas suatu negara layak dikatakan sebagai negara yang kuat.

Sepertinya kedua aspek tersebut sedang menjadi fokus China saat ini sehingga menyebabkan China menajamkan fokus pada hard power sebagai alat untuk menjamin keberlangsungan hidup dan keamanan negaranya. Di sisi lain, China juga tetap memperhatikan dan menggunakan aspek soft power seperti kerjasama dan kesejahteraan, namun aspek ini kalah apabila dibandingkan dengan aspek hard power yang sangat-sangat terlihat dalam usaha struggle for power yang dilakukan China.

China juga telah melakukan suatu upaya dengan cara memaksimalkan kekuatan yang dimiliki agar mendapatkan kekuasaan yang lebih sehingga mampu menghadapi berbagai ancaman. Usaha yang dilakukan oleh China ini merupakan salah satu proposisi dalam perspektif neorealisme, yakni self-help.

China dan Amerika Serikat sekarang ini sedang terlibat dalam Perang Dagang sebab posisi Amerika yang perlahan berhasil digeser oleh China, sehingga hal ini dapat membuktikan bahwa China telah mampu menjadi rival bagi Amerika Serikat. Apabila dianalisis menggunakan perspektif neorealisme, maka keadaan ini dianggap sebagai keadaan balance of power atau keseimbangan kekuatan, dimana kedua belah pihak memiliki kekuatan yang sama dan seimbang. Maka dapat diasumsikan bahwa kedua negara superpower tersebut saling mengetahui konsekuensi dan dampak apa yang akan terjadi apabila persaingan tetap berlanjut.

Dalam pandangan konstruktivisme, klaim rasionalitas merupakan basis dari pandangan ini sendiri. Konstruktivisme percaya bahwa ide, nilai, dan normalah yang mendorong aktor-aktor itu. Jikapun ada objek material yang dikaitkan dengan hal tersebut, maka objek material itu hanya akan berarti jika antara aktor-aktor yang terlibat memiliki shared idea terhadapnya.

Contohnya, mengapa AS begitu khawatir akan kepemilikan senjata nuklir oleh Rusia, namun China relatif tidak mengkhawatirkan kepemilikan senjata nuklir Rusia? Hal itu tentu karena adanya shared idea antara China dan Rusia bahwa mereka merupakan sekutu, sedangkan China dan AS merupakan musuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun