Mohon tunggu...
Karina Sakato
Karina Sakato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang memiliki hobby di bidang perfilman dan suka membuat cerita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyingkap Pola Perilaku di Balik Penggunaan Anonymous Chat Bot Telegram

22 Juli 2024   11:28 Diperbarui: 25 Juli 2024   18:20 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://metroandalas.co.id/simak-ulasan-bot-telegram-chat-selain-anonymous-di-bawah-ini/

Dalam era digital yang semakin maju, media sosial dan aplikasi pesan instan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Salah satu platform aplikasi pesan instan yang banyak digunakan saat ini adalah Telegram, yang dikenal dengan fitur keamanannya serta berbagai fitur inovatif, termasuk Anonymous Chat Bot. Chat bot merupakan robot pintar yang dapat membantu dalam ‘menjawab’ permintaan pengguna berupa ‘sebuah perintah’ melalui sarana tulisan. Fitur ini menawarkan ruang baru bagi pengguna untuk berinteraksi tanpa harus mengungkapkan identitas asli mereka (anonim), menciptakan lingkungan unik yang penuh dengan dinamika perilaku dan berbagai potensi risiko.

Bot Anonymous Chat diperkirakan mulai popular di Indonesia saat masa pandemi pada pertengahan tahun 2020. Statistik data pencarian Google Trends per Juni 2020-Oktober 2022 menunjukkan pencarian kata kunci “bot chat telegram” dan “chat bot” meningkat pada Agustus 2020. Anonymous Chat Bot di Telegram memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi secara anonim, memberikan kebebasan berekspresi yang jarang ditemukan dalam interaksi tatap muka atau bahkan di platform media sosial konvensional. Bagi remaja, yang berada dalam fase kritis pencarian identitas diri, fitur ini menawarkan ruang aman untuk bereksperimen dengan berbagai aspek dari diri mereka. Remaja dapat mencoba berbagai persona dan cara berkomunikasi tanpa takut akan penilaian atau stigma dari orang-orang di sekitar mereka.

Anonimitas ini juga memberikan kesempatan bagi mereka yang merasa terisolasi atau kesepian untuk mencari teman, dukungan emosional, dan koneksi sosial. Seperti contoh kasus dari akun Cokecaine, Ingrid W, Inggrit Mersi, dan Naya dari laman Quora.com. Meski di awal tidak saling mengenal dan menggunakan anonimitas dengan identitas samaran, mereka dapat menemukan kesamaan sehingga berhasil terjalin relasi pertemanan bahkan romantis antara mereka dengan partner chat masing-masing (Quora.com, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Anonymous Chat Bot dapat menjadi sarana signifikan bagi remaja yang mengalami kesepian, memungkinkan mereka untuk berbagi pengalaman, mengekspresikan perasaan, dan mencari saran dari sesama pengguna anonim. Ini bisa sangat bermanfaat bagi kesehatan mental mereka, terutama dalam situasi di mana mereka merasa tidak dapat berbicara secara terbuka dengan orang-orang di kehidupan nyata mereka.

Namun di balik manfaat mengungkapkan informasi di chat bot ini, bot Anonymous Chat juga tidak terlepas dari risiko akan hal-hal negatif yang mengintai para pengguna. Hal ini menjadikan bot Anonymous Chat bagai pedang bermata dua. Berdasarkan pra-penelitian peneliti, 16 pengguna menyatakan ada rasa takut akan risiko saat menggunakan bot Anonymous Chat seperti pelaku kejahatan terutama terhadap data pengguna, perilaku dan konten negatif yang berbau pornografi dan seksualitas. Kemudahan untuk memiliki identitas anonim tak dipungkiri menjadikan pengguna lebih bebas berekspresi sehingga mendorong perilaku negatif berupa mengumbar kebutuhan seks (pornografi) tanpa harus merasa khawatir identitas aslinya (Wang, Gang et al. dalam Dewi, 2018)

Salah satu isu utama adalah kecenderungan pengguna untuk memalsukan identitas mereka. Banyak pengguna menggunakan nama, usia, atau informasi pribadi yang tidak akurat, menciptakan realitas virtual yang tidak dapat dipercaya sepenuhnya. Ini dapat menyebabkan misinformasi dan bahkan membahayakan pengguna yang mungkin mempercayai informasi palsu yang diberikan oleh orang lain.

Selain itu, fitur anonim juga membuka peluang untuk perilaku negatif seperti cyberbullying dan pelecehan online. Anonimitas memberikan perlindungan bagi pelaku untuk melakukan tindakan yang tidak pantas tanpa takut akan konsekuensi. Dalam banyak kasus, pengguna anonim merasa lebih bebas untuk mengekspresikan diri dengan cara yang mungkin tidak akan mereka lakukan jika identitas mereka diketahui. Ini termasuk komentar negatif, penghinaan, atau bahkan ancaman yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional korban. Pengguna harus menyadari dampak dari kata-kata dan tindakan mereka, bahkan jika mereka bersembunyi di balik layar anonimitas.

Dalam konteks hukum, penting untuk mempertimbangkan bagaimana platform seperti Telegram menangani laporan tentang perilaku yang tidak pantas atau ilegal. Apakah mereka memiliki mekanisme yang efektif untuk melacak dan menindak pengguna yang melanggar aturan? Apakah ada kebijakan yang jelas tentang privasi dan keamanan data pengguna? Untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko, penting bagi pengembang platform seperti Telegram untuk terus mengembangkan kebijakan dan fitur keamanan yang efektif. Misalnya, pengenalan mekanisme moderasi yang lebih ketat dan algoritma yang dapat mendeteksi dan mencegah perilaku negatif bisa menjadi langkah yang baik.

Selain itu, edukasi bagi pengguna, terutama remaja, tentang etika berkomunikasi secara online dan risiko yang mungkin mereka hadapi juga sangat penting. Pengembangan fitur keamanan dan fitur pelaporan yang mudah digunakan dan tim moderasi yang responsif juga akan sangat membantu dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman. Platform harus transparan dalam kebijakan privasi mereka dan memberikan pengguna kontrol lebih besar atas data pribadi mereka.

Sebagai orang tua, pendidik, atau bahkan teman sebaya, kita juga memiliki peran dalam mengawasi dan mendukung penggunaan teknologi bagi remaja. Memberikan pemahaman yang baik tentang bagaimana menggunakan platform seperti Anonymous Chat Bot secara bijaksana dan bertanggung jawab dapat membantu menciptakan pengalaman digital yang lebih aman dan positif. Diskusi terbuka tentang risiko dan manfaat teknologi ini dapat membantu remaja membuat keputusan yang lebih baik dan lebih bijaksana dalam penggunaan media sosial mereka.

Pada akhirnya, teknologi seperti Anonymous Chat Bot di Telegram adalah alat yang kuat yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Dengan kesadaran dan tanggung jawab, kita dapat memastikan bahwa alat ini digunakan untuk menciptakan koneksi yang positif dan bermakna, serta melindungi pengguna dari potensi risiko yang ada. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan dunia digital yang lebih aman dan mendukung bagi semua orang, terutama remaja yang sedang berada dalam fase penting perkembangan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun