Adanya regulasi perdagangan bebas juga membuat batik Indonesia harus mampu bersaing dengan produk Negara lain. Pasalnya, kini penjualan produk ke Negara lain mejadi semakin mudah, sehingga meningkatkan kompetensi antar pengrajin. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas, maka pengrajin akan kehilangan pelanggan dengan cepat.
Faktor Alam dan Cuaca yang Menjadi Tantangan Pengrajin Batik
Batik dibuat menggunakan proses manual yang masih sangat menggantungkan cuaca. Hal ini pun menjadi tantangan tersendiri bagi pengrajin jika cuaca tidak memungkinkan untuk menjemur kain. Alhasil, proses produksi harus dihentikan sementara hingga cuaca mendukung.
Faktor cuaca menjadikan proses produksi tidak bisa diprediksikan. Berbeda dengan kain print yang dapat diperkirakan proses pengerjaannya. Belum lagi ditambah tantangan penggunaan warna alam yang sulit didapatkan. Terkadang pengrajin harus menunggu lama hanya untuk mendapatkan satu warna.
Berbeda dengan penggunaan warna sintetik yang tersedia dalam jumlah beragam tanpa batasan. Hasilnya pun lebih cerah dan merona sehingga lebih menarik perhatian pelanggan. jelas hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengrajin untuk dapat bersaing di tengah-tengah keterbatasan yang ada.
Tantangan pengrajin harus segera dibantu untuk penyelesaiannya. Pasalnya, jika terus dibiarkan maka lama kelamaan pengrajin akan gulung tikar dan batik dapat punah perlahan tapi pasti. Sehingga menjadi tugas kita semua untuk bersama melestarikan batik Indonesia asli agar tetap diminati.
Sangat penting untuk terus menerus mengedukasi masyarakat, bahwa batik adalah proses dan bukan sekadar motif. Bahwa kain print motif batik bukanlah batik itu sendiri. Dan dengan melestarikan batik, berarti kita membantu para pengrajin batik.
Tidak ada gunanya setiap tanggal 2 Oktober semua orang memakai baju "batik", tetapi ribuan pengrajin batik gulung tikar. Karena bukan batik yang dipakai melainkan kain dengan motif batik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H