Mohon tunggu...
Karina Christianti
Karina Christianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Fakultas: Teknobiologi Program Studi: Bioteknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teh Hijau, Minuman Sejuta Umat untuk Mengatasi Silent Killer "Hipertensi"

19 November 2022   10:59 Diperbarui: 19 November 2022   11:05 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source gambar: https://www.healthline.com/nutrition/caffeine-in-green-tea#TOC_TITLE_HDR_2

     

Teh hijau adalah salah satu minuman yang masih populer di kalangan banyak orang hingga saat ini.  Selain kaya akan manfaat, teh jenis ini juga bisa diolah menjadi aneka minuman dan juga makanan ringan. Salah satu kegunaan dari teh hijau adalah dapat pemanfaatannya untuk mengatasi salah satu penyakit  yang paling umum terjadi di masyarakat, yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Hipertensi adalah suatu gangguan sistem peredaran darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal (140/90 mmHg). Pada kebanyakan kasus, tekanan darah tinggi ditemukan saat pemeriksaan fisik akibat penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai "silent killer". Tanpa disadari, pasien dapat mengalami komplikasi serius pada organ vital seperti jantung, otak, atau ginjal akibat tekanan darah tinggi. Obesitas, riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi, gaya hidup tidak sehat, serta konsumsi kopi dan alkohol berlebihan dapat menjadi faktor risiko tekanan darah tinggi (Siyono & Proboningsih 2012).

Bagaimana hipertensi bisa terjadi?

Tekanan darah dalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf simpatis serta ginjal melalui pengaruhnya terhadap aksi pompa jantung dan tekanan arteri perifer. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah angiotensin II, aldosteron,  sitokin, dan juga perubahan regangan pada pembuluh darah (Lim 2019).

Perubahan regangan yang terjadi pada pembuluh darah akan menyebabkan sumber enzim dalam tubuh manusia seperti Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate oxidase (NADPH oxidase), Nitric oxide synthase (NO synthase), dan mitokondria menghasilkan suatu radikal bebas yang disebut dengan reactive oxygen species (ROS) (Lim 2019).

Pada dasarnya, ROS dalam jumlah yang normal tidak membahayakan tubuh manusia. Dalam jumlah yang normal, ROS berperan dalam sistem pertahanan tubuh, produksi hormon, fertilisasi, dan pensinyalan seluler. ROS dapat membahayakan tubuh jika jumlahnya sudah melebihi normal. Peningkatan ROS dapat meningkatkan respon inflamasi yang berujung pada kenaikan hipertensi, aterosklerosis, diabetes, gagal jantung, stroke, dan berbagai penyakit lainnya  (Lim 2019).

Mekanisme aktivasi sistem imun pada hipertensi oleh radikal bebas sangat kompleks. Mekanismenya dapat meliputi bioavailabilitas nitrit oksida (NO) yang meluas di pembuluh darah, efek vasokonstriktor ONOO-anion, stimulasi produksi endotelin dan proliferasi otot polos pembuluh darah  (Lim 2019; Szulinska et al. 2017).

Gambar 2.  Peran sel T dan inflamasi terhadap kejadian hipertensi (Lim 2019).
Gambar 2.  Peran sel T dan inflamasi terhadap kejadian hipertensi (Lim 2019).

Salah satu mekanisme penting yang juga mengarah pada aktivasi sistem imun pada hipertensi adalah respon imun terhadap neoantigen (nAg) yang dihasilkan sebagai akibat stres oksidatif. Seperti ditunjukkan pada gambar 2, faktor yang dapat merangsang terjadinya hipertensi seperti angiotensin II, kadar garam tinggi, dan ROS mengakibatkan terjadinya sedikit kenaikkan tekanan darah (prehipertensi) (Lim 2019; Szulinska et al. 2017).

Kondisi prehipertensi dapat menyebabkan terbentuknya neoantigen (nAg) yang akan mengaktivasi sel kekebalan tubuh yang disebut sebagai sel T. Sel T yang teraktivasi akan memasuki ginjal dan pembuluh darah dalam tubuh manusia. Sel T akan menghasilkan suatu senyawa kimia yang disebut dengan sitokin (Lim 2019).

Selain itu, terdapat juga molekul lain yang juga berperan dalam proses terjadinya hipertensi, yaitu IL-17 yang dibentuk oleh sel T helper. IL-17 ini meningkatkan masuknya sel inflamatori ke dalam jaringan. Hal ini merangsang pembentukan senyawa sitokin dan menyebabkan peningkatan respon inflamasi sehingga terjadi peningkatan tekanan darah lebih lanjut. Umumnya, digunakan pula suatu parameter berupa protein C- reaktif (CRP) untuk mengukur peningkatan proses inflamasi (Lim 2019; Szulinska et al. 2017).

Efek Ekstrak teh hijau sebagai antihipertensi

Gambar 3.  Struktur senyawa EGCG (Shiyan 2021).
Gambar 3.  Struktur senyawa EGCG (Shiyan 2021).

Kunci dalam pencegahan dan pengobatan pasien dengan hipertensi adalah penurunan tekanan darah yang efektif dan perbaikan semua faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk mengurangi risiko kardiovaskular secara keseluruhan (Lisiswanti & Dananda 2016). 

Salah satu analisis yang diterbitkan dalam food & nutrition research bertujuan untuk menentukan efek suplementasi diet dengan ekstrak teh hijau pada tekanan darah, jenis konsentrasi parameter peradangan, status antioksidan pada model tikus hipertensi yang diinduksi NaCl . Parameter yang digunakan dalam analisis tersebut berupa TNF-, CRP, dan TAS. Penelitian dilakukan menggunakan sampel tikus dengan perlakuan kontrol, perlakuan ekstrak teh hijau berkonsentrasi rendah, dan  perlakuan ekstrak teh hijau berkonsentrasi tinggi.  

Hasil menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau tidak berpengaruh secara nyata pada massa tubuh masing-masing tikus. Massa tubuh setelah akhir percobaan, tidak berbeda secara signifikan. Namun, ekstrak teh hijau terbukti mampu menurunkan tekanan darah secara signifikan. Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau terbukti memiliki efek anti-inflamasi (Szulinska et al. 2017).

Penelitian lain terhadap ekstrak teh hijau yang dilakukan Aini et al. 2021, juga menunjukkan bahwa kandungan flavonoid pada ekstrak daun teh hijau terbukti dapat memperbaiki sel-sel rusak akibat oxidative stress dan dapat menekan hipertensi.

Ekstrak teh hijau mampu mengatur homeostasis vaskular dengan pengaturan produksi zat vasokonstriktor seperti angiotensin II, prostaglandin, endotelin-1, dan zat vasodilatasi berupa prostasiklin.  Epigallocatechin gallate (EGCG) pada teh hijau mampu mengurangi kerusakan sel endotel yang merupakan bagian dari pembuluh darah, menurunkan produksi IL-6 dan TNF- dengan cara menghambat aksi protein aktivator faktor transkripsi (AP-1) dan faktor kappa-light-chain-enhancer (Szulinska et al. 2017).

Selain itu, studi juga menemukan bahwa senyawa polifenol yang terkandung dalam teh hijau ini terbukti dapat menurunkan produksi ROS serta dapat meningkatkan produksi enzim yang mengkatalisis degradasi hidrogen peroksida (Szulinska et al. 2017).  Kadar katekin yang ada di teh hijau berjumlah hingga 78% (Farooqui 2012), dan membuat teh hijau memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dari semua jenis teh.

Manfaat lain dari teh hijau

Selain bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah, terdapat beberapa studi yang turut menemukan manfaat lain dari teh hijau. Dari beberapa penelitian, diketahui bahwa teh hijau juga dapat membantu mengatasi obesitas. Teh hijau terbukti dapat meningkatkan metabolisme tubuh serta dapat meningkatkan gelombang neurotransmitter pada otak sehingga dapat mengurangi nafsu makan dan meningkatkan energi. Terdapat tiga komponen atau bahan utama dalam teh hijau yang sangat berperan untuk menurunkan berat badan, yaitu flavonoid, kafein, dan L-theanine  (Wulandari & Rahmanisa 2016).

Selain itu, teh hijau juga dapat menghambat aktivasi sel kanker karena keberadaan komponen senyawa EGC dan EGCG yang ada di dalam teh hijau. Sel kanker paling sering menyerang di guanine yang merupakan salah satu basa penyusun DNA dan RNA. Maka dari itu, sistem DNA harus diperbaiki sehingga berperan menghambat inisiasi karsinogenesis dan EGCG menghambat karsinogenesis tersebut. Ada dugaan lain dimana EGCG berinteraksi dengan O6--alkylguanine-DNA alkyltransferase (AGT). EGCG membantu AGT mengaktifkan gen AGT-nya sendiri sehingga ekspresinya meningkat dan mencegah adanya mutasi di proto-onkogen K-ras (Rumiati 2004).

Kesimpulan

Mengonsumsi teh hijau telah diyakini secara ilmiah dapat menurunkan tekanan darah karena kandungan katekin yang sangat tinggi dapat "mengendurkan" otot yang melapisi pembuluh darah. Jika teh hijau dikonsumsi secara baik dan tidak berlebihan, maka akan memiliki manfaat yang maksimal. Selain untuk mencegah dan menurunkan hipertensi serta obesitas, teh hijau juga memiliki banyak manfaat lainnya, seperti sebagai minuman diet atau digunakan untuk menekan berbagai penyakit karena mengandung antibakteri, polifenol, dan lainnya.

REFERENSI

Aini SQ, Sjakoer NAA, Mubarakati NJ. 2021. Kadar superoksida dismutase (SOD) pada paru-paru tikus hipertensi doca-garam yang dipapar ekstrak metanolik benalu teh dan benalu mangga. Jurnal Metamorfosa. 8(2) : 291-297.

Farooqui AA. 2012. Phytochemicals, signal transduction, and neurological disorders. New York (US): Springer.

Lim H. 2019. Farmakologi kardiovaskuler: mekanisme dan aplikasi klinis. 

Lisiswanti R, Dananda DNA. 2016. Upaya pencegahan hipertensi. Jurnal Majority. 5(3) : 50-54.

Wulandari R, Rahmanisa S. 2016. Pengaruh ekstrak teh hijau terhadap penurunan berat badan pada remaja. Jurnal Majority. 5(2) : 106-111.

Rumiati F. 2004. Teh hijau dan khasiatnya bagi penyakit kanker. Meditek 12(30): 41-45.

Shiyan S. 2021. Teknologi fitofarmasetika: sistem pembawa katekin dan EGCG pada terapi diabetes. Ed ke-1. Sleman (ID):Deepublish.
Sriyono, Proboningsih. 2012. Pengaruh pemberian teh hijau terhadap tekanan darah dan kadar kolesterol (LDL) pada lansia dengan hipertensi. Jurnal Keperawatan Soedirman 7(1): 36-43.

Szulinska M, Stepien M, Narozna MK, Suliburska J, Skrypnik D, Sosnowka MB, Luczak MK, Grzymisawska M, Bogdanski P. 2017. Effects of green tea supplementation on inflammation markers, antioxidant status and blood pressure in NaCl-induced hypertensive rat model. Food and Nutrition Research. 61: 1-6. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun