Pada masa sekarang, globalisasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan. Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi dan internet yang mempermudahkan pertukaran informasi disusul dengan volume file yang dikirimkan kian besar hingga memasuki tahap ekstrem, dimana komputer yang kian mengecil seukuran genggaman tangan (ponsel) yang mampu mengambil alih peran komputer desktop dan laptop, memungkinkan interaksi dan pertukaran informasi dalam sekejap. Namun, globalisasi juga membawa tantangan, termasuk masuknya ideologi asing yang berpotensi melemahkan identitas suatu bangsa serta tergerusnya budaya lokal. Tanpa fondasi yang kokoh, seseorang akan kesulitan membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya serta orang di sekitarnya.
Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman etnis, budaya, dan agama. Indonesia berpotensi menghadapi gesekan dan perpecahan. Oleh karena itu Indonesia memerlukan landasan ideologis yang kuat dan menyatukan. Pancasila telah menjadi ideologi negara sejak 1945, yang berperan sebagai panduan mencapai tujuan nasional dan menjadi instrumen penting dalam membangun harmoni di tengah keberagaman masyarakan Indonesia.
Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila mengandung beberapa nilai penting yang menopang identitas dan kedaulatan Indonesia. Pertama, sila Ketuhanan yang Maha Esa mengakui kebebasan beragama bagi setiap negara. Kedua, sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menuntut perlakuan yang setara tanpa memandang latar belakang seseorang dan menjaga keadilan sosial. Demokrasi Pancasila memastikan keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan melalui musyawarah dan diskusi, sementara keadilan sosial mengatur kesejahteraan sosial yang adil dan merata di masyarakat.
Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila melindungi Indonesia dari Ideologi yang bertentangan dengan karakter bangsa yaitu "Bhineka Tunggal Ika" yang berarti berbeda tetapi tetap satu jua dengan tetap menjunjung nilai toleransi di antara perbedaan yang ada.
Presiden Sukarno dalam salah satu pidatonya pernah mengatakan, setiap ideologi berpotensi mengalami radikalisasi yang ia sebut sebagai "peruncingan" atau extremiteit. Ia menegaskan bahwa peruncingan ideologi membahayakan Indonesia. Dalam pandangannya nasionalisme meruncing menjadi chauvinism, salah satu contohnya berupa pemberontakan PRRI/Permesta. Peruncingan agama melahirkan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), sementara komunisme menjadi peristiwa Gestok -Gerakan 1 Oktober- atau pemberontakan PKI. Pada abad 21, potensi pemberontakan seperti itu tidak mungkin lagi terjadi di Indonesia. Demikian halnya komunisme dan sosialisme sebagai partai politik atau ormas, tidak mungkin untuk hidup. Dengan demikian ancaman yang ditimbulkannya juga terbilang tipis.
Beberapa ideologi seperti Liberalisme yang menjunjung kebebasan namun kebebasan yang berlebihan terbukti merusak moral generasi muda dan Kapitalisme bertentangan dengan nilai kebersamaan dan gotong royong yang dijunjung tinggi dalam Pancasila. Dimana liberalisme yang menekankan kebebasan individu berbenturan dengan semangat kolektivisme dalam budaya Indonesia
Selain itu, Pancasila juga menjadi benteng dari radikalisme dan ekstremisme yang mengancam kestabilitasan nasional. Pancasila menanamkan nilai moderasi dan toleransi yang memperkuat hubungan antarsuku dan antaragama sehingga memungkinkan masyarakat Indonesia hidup dengan sejahtera dan damai.
Tantangan Penerapan Pancasila
Di era globalisasi yang serba terbuka, penerapan Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa mengalami beberapa tantangan. Pengaruh ideologi asing yang masuk ke Indonesia sering kali bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang dapat melemahkan identitas bangsa. Contohnya, liberalisme yang mendorong kebebasan individu yang terkadang berlawanan dengan nilai kebersamaan dan gotong royong yang dijunjung tinggi dalam pancasila yang dampaknya bisa menggeser masyarakat ke arah individualisme
Selain itu, penyebaran ideologi pragmatisme dan hedonisme yang berorientasi pada kepentingan material dan kesenangan pribadi yang semakin merajalela. Yang mana hal ini sedikit demi sedikit mengikis makna kebersamaan dan gotong royong masyarakat Indonesia. Sementara itu ketidakadilan sosial yang terjadi karena kesenjangan ekonomi juga menjadi tantangan tersendiri dalam penerapan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengutamakan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat juga penegakan hukum yang berkeadilan, tidak tumpul keatas dan tajam kebawah. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari hari, utamanya keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat.
Solusi: Menghidupkan Nilai Pancasila dalm Kehidupan Sehari-hari
Dalam menghadapi tantangan globalisasi diperlukan beberapa upaya untuk menghidupkan kembali semangat nasionalisme demi menjaga kedaulatan bangsa, sebagai upaya membawa Indonesia menuju negara maju berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
Membangun karakter Generasi Muda sebagai Penerus Bangsa
Dalam rancangan teknokrat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 15 Juni 2023, terdapat lima sasaran pembangunan yang direncanakan akan terwujud pada 2045, atau 100 tahun setelah kemerdekaan yang lazim dikenal luas masyarakat dengan istilah Indonesia Emas 2045.
Salah satu sasarannya yaitu meningkatkan daya saing SDM. Dibutuhkan sumberdaya manusia yang benar-benar unggul, yang tidak hanya profesional di bidangnya tapi juga beragama, bermoral Pancasila. Jumlah sumberdaya manusia seperti ini haruslah masif, tidak cukup kalau hanya beberapa gelintir saja. Mereka harus berada pada semua sektor pembangunan, baik di darat, laut maupun udara. Kalau jumlah sumberdaya manusia seperti ini tidak masif, maka dampak yang ditimbulkannya akan kecil, kurang efektif untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Maka dari itu pemerintah harus fokus dengan Pendidikan karakter generasi muda yang kian merosot, Â jangan hanya terpacu pada Pendidikan formal saja, dalam hal ini peran orang tua dan masyarakat dilingkungan sangatlah berpengaruh.
Menonjolkan Keanekaragaman Budaya melalui Kegiatan Kreatif
Bangsa Indonesia kaya akan keberagaman budaya, memiliki keunggulan dalam aktivitas seni. Memperkenalkan kegiatan kreatif Indonesia dengan kearifan lokalnya yang menonjolkan "Bhineka Tunggal Ika" melalui media sosial di kancah internasional tentunya akan menimbulkan rasa bangga terhadap bangsa sendiri yaitu Bangsa Indonesia sehingga dapat menumbuhkan nasionalisme tinggi dan rasa cinta tanah air.
Para Pemimpin yang Teladan
Pemimpin yang amanah dan mengayomi masyarakat dapat menjadi teladan bagi masyarakat, merupakan salah satu langkah membangun kerjasama yang baik antara rakyat dan para pemimpin sebagai perwujudan dari demokrasi yang sehat dan ideal seperti prinsip dasar demokrasi "dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat" dimana rakyat menjadi subjek utama dalam pemerintahan dan proses pembangunan, sehingga setiap kebijakan dan keputusan yang diambil benar-benar merefleksikan kebutuhan dan harapan masyarakat. Kinerja dan prestasi pemimpin yang baik dapat menginspirasi rakyat dapat menumbuhkan rasa bangga, aman, dan sejahtera.
Membangkitkan Semangat Nasionalisme dan Membumikan Wawasan Kebangsaan
semangat nasionalisme dan wawasan kebangsaan perlu disuarakan kembali untuk menjaga kedaulatan bangsa dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Jika pada zaman dulu, nasionalisme dibangun untuk membentuk kesadaran kolektif demi memerdekakan diri dari kolonialisme, maka di era kontemporer ini nasionalisme harus dibangun untuk membawa Indonesia menjadi negara yang maju dan berdaulat. Oleh karena itu, diperlukan strategi-strategi yang tepat dan efisien dalam upaya menumbuhkembangkan kembali nasionalisme dan wawasan kebangsaan di kalangan masyarakat Indonesia kontemporer, khususnya di kalangan generasi muda.
Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Di tengah tantangan globalisasi dan pengaruh ideologi asing, Pancasila berfungsi sebagai perisai ideologis yang melindungi identitas bangsa. Untuk itu, diperlukan komitmen kuat dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian, Pancasila akan bisa sepenuhnya menjadi dasar dan ideologi negara yang tetap relevan sebagai panduan hidup berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan adanya artikel ini diharapkan kesadaran seluruh rakyat Indonesia, akankah kita berhasil mewujudkan mimpi menjadi "Indonesia Emas 2045" atau berakhir menjadi "Indonesia Cemas 2045".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H