Mafia Sepak Bola menjadi salah satu yang tidak dapat dihindarkan dalam dunia sepak bola Indonesia. Seolah penyakit yang satu ini tidak dapat dituntaskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Atau sebut saja dari kepemimpinan yang sebelum-sebelumnya. Tentunya setiap zaman memiliki tantangan masing-masing.
Pengaturan skor pada prinsipnya menjadi penyakit yang menggerogoti sepak bola Indonesia. Sehingga dapat dipastikan tidak ada peningkatan yang berarti ketika duri dalam daging tersebut tidak dibuang terlebih dahulu. Pada titik ini seharusnya semua pihak menyadari daya rusak penyakit kronis tersebut.
Erick Thohir tentunya memiliki pengalaman yang panjang soal sepak bola. Sehingga ia berani mengambil tindakan tegas dan konsisten dalam segala tindakannya. Pemberantasan 'match fixing' ini akan memiliki efek yang baik, sekaligus akan membuat  Sepak Bola dalam negeri akan lebih kompetitif lagi
Penyakit Kronis
Match fixing, atau yang dikenal juga sebagai pengaturan skor, merupakan praktik ilegal di dunia olahraga yang melibatkan manipulasi hasil pertandingan untuk keuntungan finansial.Â
Praktik match fixing sangat merugikan bagi dunia olahraga dan masyarakat secara umum. Indonesia tentu harus mengambil langkah tegas untuk memberantas yang disebutkan terakhir di atas.
Jika ditanya soal siapa yang paling dirugikan tentunya, praktik match fixing pertama merugikan integritas olahraga. Olahraga adalah kompetisi yang seharusnya berlangsung secara adil dan berdasarkan keterampilan dan usaha para atlet.
 Praktik match fixing merusak prinsip dasar ini dan menghancurkan integritas olahraga. Hasil pertandingan yang dipengaruhi oleh match fixing tidak mencerminkan kualitas sebenarnya dari tim atau individu yang berkompetisi, melainkan hasil yang sudah disusun sebelumnya. Hal ini merugikan nilai-nilai fair play, kejujuran, dan sportifitas dalam olahraga.
Pada sisi lain, pengaturan skor juga merugikan para penonton dan penggemar olahraga. Penonton dan penggemar olahraga menghabiskan waktu, tenaga, dan uang untuk menyaksikan pertandingan dengan harapan menyaksikan persaingan yang adil dan menarik.
Namun, jika hasil pertandingan sudah dipengaruhi sebelumnya, hal itu akan merusak pengalaman menonton dan kepercayaan mereka terhadap integritas olahraga. Ini dapat mengurangi minat masyarakat untuk mendukung atau mengikuti olahraga, yang pada gilirannya dapat merugikan popularitas, pendapatan, dan investasi dalam olahraga.
Kerugian bagi sang atlet itu sendiri. Usaha keras, berlatih dengan tekun tidak ada gunanya dalam hal ini, sebab berkompetisi secara fair harus menerima pengakuan dan penghargaan yang pantas atas usaha mereka.Â
Namun, dalam praktik match fixing, atlet yang berkompetisi secara jujur dapat kehilangan peluang mereka untuk meraih hasil yang adil, karena hasil pertandingan sudah diatur sebelumnya. Hal ini dapat menghancurkan motivasi atlet dan menghancurkan potensi mereka untuk berkembang dan berhasil dalam karir olahraga mereka.
Indonesia memiliki potensi besar dalam dunia olahraga, dan citra yang baik tentang integritas dan fair play dalam olahraga sangat penting untuk memperoleh pengakuan dan dukungan dari komunitas olahraga global.Â
Jika praktik match fixing dibiarkan terjadi di Indonesia, citra olahraga Indonesia dapat tercoreng, yang dapat mempengaruhi reputasi negara ini dalam dunia olahraga internasional.
Dengan kata lain, apa yang sedang diupayakan oleh Ketua PSSI saat ini tentunya untuk kebaikan sepak bola Indonesia itu sendiri. Sehingga semua pihak harus saling bahu membahu untuk mewujudkannya. Sebab tidak mungkin pekerjaan besar ini dilakukan hanya oleh segelintir orang saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI