Komunikasi merupakan elemen penting dari setiap fase kegiatan-kegiatan internal audit. Auditor internal berkomunikasi melalui laporan audit formal, pertemuan tatap muka selama studi lapangan pemeriksaan atau pertemuan, dan melalui berbagai komunikasi formal dan informal lainnya. Ketika ada kesalahpahaman atau konflik penugasan audit atau bila rekomendasi auditor tidak benar, analisis kesulitan biasanya menunjuk ke beberapa jenis masalah komunikasi. Auditor internal harus selalu ingat bahwa komunikasi adalah bahan dasar hampir setiap jenis kegiatan audit dan harus bekerja untuk meningkatkan komunikasi ini dan mengurangi konflik tingkat organisasi.
Komunikasi yang efektif baik pada orang ke orang  dasar dan dengan kelompok yang lebih besar adalah komponen kunci keberhasilan audit internal. Seorang auditor internal harus memiliki pemahaman yang baik tentang masalah yang terkait dengan komunikasi yang efektif dan cara mengatasinya dengan mereka. Situasi terus muncul dalam fungsi audit internal ketika individu perlu berkomunikasi satu sama lain. Termasuk memberikan instruksi lisan kepada staf auditor, membahas masalah operasional selama exit meeting audit, konseling bawahan, mewawancarai calon karyawan, atau melakukan review kinerja staf. Semua situasi ini melibatkan hubungan pribadi yang berbeda, tetapi terdiri dari dua alur pesan yang berlanjut. Seorang auditor internal harus memahami proses ini untuk mengidentifikasi jenis-jenis masalah yang dapat mengganggu atau benar-benar mencegah komunikasi yang efektif. Masalah-masalah ini mempengaruhi semua langkah dalam proses komunikasi dan termasuk :
- Tidak memberikan pertimbangan yang tepat untuk kekuatan hubungan pengirim dan penerima pesan.
- Mengabaikan tekanan emosi sementara baik oleh pengirim atau penerima.
- Gagal mengevaluasi kemampuan penerima untuk menerima dan memahami pesan.
- Penggunaan kata-kata yang dapat memiliki beberapa arti atau dapat menyampaikan arti yang tidak diinginkan.
- Tergesa-gesa dalam mentransmisikan pesan yang melemahkan kejernihan dan/atau kredibilitas.
- Persepsi bahwa pngirim ingin memuaskan kebutuhan pribadi, sehingga menimbulkan hambatan emosional dan blok.
- Kegagalan untuk membangun fondasi yang dibutuhkan untuk pesan inti dan terkait waktu yang buruk.
- Kurangnya kejelasan atau keyakinan karena enggan menimbulkan ketidakpuasan si penerima.
- Dampak tindakan non verbal, seperti nada suara, ekspresi wajah, dan cara komunikasi.
- Tidak memberikan pertimbangan terhadap persepsi dan terkait perasaan penerima.
Semua permasalahan di atas merupakan bagian dari kebutuhan terbesar auditor internal untuk memposisikan dirinya pada perspektif penerima dan untuk mengetahui bagaimana pesannya diterima. Ketika pesan audit internal dikomunikasikan dengan empati, hasilnya biasanya menjadi percakapan dua arah yang efektif.
Berbagai kebutuhan orang-orang berhubungan relatif dengan kompetisi, konflik , dan kerjasama diantara mereka. Secara tradisional, konflik telah dipandang sebagai sesuatu yang bersifat destruktif dan tidak diinginkan. Bagaimanapun, ketika dikelola dengan baik, konflik dapat bermanfaat dalam mencapai kesejahteraan perusahaan. Auditor internal perlu mempelajari bagaimana memanfaatkan konflik sehingga dapat menjadi sesuatu yang membangun, namun juga mengendalikannya sehingga tidak menjadi ancaman bagi perusahaan.Tanggung jawab auditor internal secara otomatis menimbulkan situasi yang menciptakan  adanya kompetisi dan konflik potensial. Baik unit perusahaan maupun individu, keduanya berkompetisi secara berkelanjutan dalam hal performa kerja, pengakuan, dukungan manajemen, dan dalam hal lain.
Kompetisi tersebut seharusnya menimbulkan performa kerja yang imajinatif, berfikiran sehat , dan juga menimbulkan performa tingkat tinggi. Di kesempatan yang sama, dorongan yang timbul dapat menjadi sangat intensif sehingga kompetitor menggunakan segala macam cara untuk menang, mengabaikan kesopan santunan dan hak dalam menggunakan serbagai macam cara tersebut.
Dalam situasi ini, kompetisi tidak lagi menimbulkan manfaat bagi perusahaan sehingga tindakan korektif sangat perlu dilakukan. Manajemen dalam hal ini ditantang untuk mampu mengambil manfaat dari kompetisi tersebut dan menciptakan konflik yang sehat dalam pemahaman profesional yang sah namun juga mengendalikan proses tersebut agar tidak menjadi berlebihan. Audit internal menjadi bagian yang banyak berperan dalam hal kompetisi dan konflik ini. Dalam memberikan review nya, auditor internal sering mengalami konflik dengan berbagai elemen perusahaan sehingga auditor internal yang bekerja secara efektif  harus mampu memanfaatkan konflik ini untuk berkomunikasi dengan manajemen dan memastikannya untuk mengambil tindakan yang perlu dilakukan.
Audit internal harus secara berkelanjutan waspada dan mengawasi adanya red flags  yang mengindikasikan adanya masalah potensial. Ketika situasi permasalahan telah diobservasi, tindakan tegas perlu dilakukan. Peraturan dapat diamandemen, beberapa individu didisiplinkan, dan penugasan kepada pegawai disesuaikan kembali.
Dalam beberapa perusahaan, terdapat kebutuhan berkelanjutan terhadap adanya stabilitas dan perubahan. Manajemen menciptakan stabilitas dengan membuat kebijakandan prosedur  yang memungkinkan aktivitas operasi menjadi terstandar untuk memperbaiki pengendalian internal dan untuk memastikan penanganan terbaik terhadap adanya berbagai tipe event yang berulang. Menciptakan keseimbangan antara stabilitas dan perubahan merupakan hal yang sulit karena terdapat banyak faktor yang terlibat yang juga sulit untuk dianalisa dan diukur. Satu halangan terhadap adanya perubahan yaitu biasanya perusahaan bersikukuh menggunakan kebijakan yang lama dan prosedur yang digunakan dibuat berdasarkan keinginan mereka. Auditor internal biasanya menjumpai permasalahan ini ketika  merekomendasikan adanya perubahan kebijakan dan prosedur pada laporan audit yang dibuat.
Dalam tingkatan yang lebih tinggi, kebutuhan akan perubahan dapat melibatkan adanya strategi baru, business venture baru, perubahan pada produk, atau adanya kebiakan pendukung baru. Perubahan terkait juga dapat melibatkan struktur organisasi yang baru, relokasi pabrik, proses produksi baru, atau perubahan pada orang-orang di dalam perusahaan namun auditor internal biasanya tidak merekomendasikan  perubahan-perubahan ini pada level tersebut. Ketika membuat rekomendasi mereka, auditor internal harus memahami bagaimana perusahaan dapat berhubungan dengan perubahan yang telah dibuat.
Audit internal harus secara berkelanjutan waspada dan mengawasi adanya red flags  yang mengindikasikan adanya masalah potensial. Ketika situasi permasalahan telah diobservasi, tindakan tegas perlu dilakukan. Peraturan dapat diamandemen, beberapa individu didisiplinkan, dan penugasan kepada pegawai disesuaikan kembali.
Dalam beberapa perusahaan, terdapat kebutuhan berkelanjutan terhadap adanya stabilitas dan perubahan. Manajemen menciptakan stabilitas dengan membuat kebijakandan prosedur  yang memungkinkan aktivitas operasi menjadi terstandar untuk memperbaiki pengendalian internal dan untuk memastikan penanganan terbaik terhadap adanya berbagai tipe event yang berulang. Menciptakan keseimbangan antara stabilitas dan perubahan merupakan hal yang sulit karena terdapat banyak faktor yang terlibat yang juga sulit untuk dianalisa dan diukur. Satu halangan terhadap adanya perubahan yaitu biasanya perusahaan bersikukuh menggunakan kebijakan yang lama dan prosedur yang digunakan dibuat berdasarkan keinginan mereka. Auditor internal biasanya menjumpai permasalahan ini ketika  merekomendasikan adanya perubahan kebijakan dan prosedur pada laporan audit yang dibuat.