Aku Tidak Kehilanganmu, Tapi Aku Kehilangan KitaÂ
Ini Bulan Juni, tapi sering turun hujan ya,
Setiap pagi bahkan langit selalu murung, aku tidak suka. Karena semakin menghidupkan rasa sedihku. Saat hujan turun, rasanya semua ingatan tentang kamu ikut datang.Â
Padahal ingatan sangat normal pada semua manusia, tapi ingatan yang satu ini sangat mengganggu.Â
Terlebih saat Sabtu malam, saat besoknya aku libur bekerja.Â
Rasanya sangat banyak waktu luang untuk ingatan itu berputar kembali.Â
Sabtu malam yang ke empat, aku sudah tidak tahanÂ
Aku telusuri seluruh jalanan kota ini yang pernah kita lalui
Lagu-lagu Tulus terus berputar melalui earphone wireless ku
Aku mencari sumber rasa sedih ini
Aku melewati tempat-tempat yang selama ini membuatku ketakutan
Tempat yang pernah mendengar percakapan-percakapan hangat kita.Â
Sampai aku terhenti di satu kedai kopi di atas bukit
Tempat pertama dan terakhir kita bertemu
Aku mengamati satu persatu kendaraan yang terparkir, memastikan tidak ada satupun milikmu
Lalu aku memesan kopi kesukaanmu
Aku duduk di tempat terakhir kamu duduk
Dengan mencoba meresap semua perasaanku saat itu
Perasaan yakin untuk meninggalkanmu
Aku sudah tau, aku menyimpan baik rasa yakin itu
Bukan, bukan itu yang aku cari
Aku terus menelusurinya,
Bukan kehilanganmu yang membuatku sedih
Tapi perasaan penuhku saat masih bersamamu,Â
Perasaan yakinku akan rasa cinta yang kudapatkan
Perasaan amanku karena punya orang lain yang melindungiku
Dan perasaan legaku, karena energiku yang berlebih ini bisa kubagi dengan orang lain
Yang tentu saja bisa kupercaya
Perasaan penuh itu berkurang separuh, karena hanya ada aku sekarang
Tanpa kamu
Artinya aku sedih karena kehilangan KITAÂ
Sekarang tugasku hanya menjaga kepenuhan diriku
Sampai menemukanÂ
setengah yang lain
Agar aku punya KITA lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H