Karena sejujurnya selama dua tahun terakhir aku selalu menanyakan itu kepada diriku sendiri, setiap lelah bekerja atau merasa sedih, aku akan pergi ke supermarket, dan bertanya pada diriku sendiri "Ima ingin beli apa?," seolah-oleh orang lain mengatakannya. Dan aku akan membeli apapun yang kumau, membayarnya pakai uangku, lalu sesampainya di kos, aku berterimakasih pada diriku sendiri, dan memeluknya hingga tertidur. Selama ini aku mengatasi semua perasaan burukku sendirian. Ketika ada orang lain memperlakukanku seperti itu, aku merasa, aneh.Â
Sudah pukul 10 lebih. Kami pulang, perjalanan sekitar 2 jam. Dia memakaikan earphone di telinga kiriku dan memasangkan helm di kepalaku. Kita mendengarkan lagu-lagu selama perjalanan jauh itu. Kadang pop kadang dangdut, tapi di telingaku semua lagu menjadi bergenre romantis. Jalanan gelap, basah sisa air hujan membuat perjalanan itu semakin berkesan. Kami sampai jam 2 pagi, dan aku tidak merasa lelah sama sekali. bahkan keesokannya aku bangun pagi dan merasa energiku penuh seharian. Rasa bahagia itu tersisa hingga berhari-hari.
Aku tidak mengenal betul siapa dia sebenarnya, Aku tidak berekspektasi apapun tentangnya, tapi aku hanya percaya pada perasaan bahagia-ku, rasa tenang dan nyaman yang selalu hadir, dan perasaanku yang terus ingin memandang matanya, mendengar cerita-ceritanya. Selama ini aku selalu berhati-hati dengan perasaan seperti ini, karena banyak hal buruk sebelumnya. Tapi kali ini aku benar-benar membiarkan diriku merasakannya, meresapinya, mengingatnya dan menikmati betapa penuh diriku saat ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H