saat terdiam di sudut jiwa,
orang yg kusayangi tak ayalnya manis di depan, di belakang menikam
perlahan sudah mulai terkuak sifatnya,
dikatainya aku dengan kata-kata menghunus pedang,
setiap bertemu sering kali debat,salah paham
meski menurutnya hal tersebut hanya sebuah diskusi biasa, dan kata-kata tajam menurutnya biasa saja
dia memang lelaki yg menguji kesabaranku..
dimata keluarganya, aku selalu di bandingkan dengan perempuan lain
dalam sikap, berbicara dan semua yang ada di kehidupanku.
aku tahu, aku tak ada apa-apanya di banding perempuan itu kuakui, kalau masakannya di sukai lelaki-ku, sikapnya disukai lelaki-ku dan dia disukai keluarga lelaki-ku..
kau tak pernah paham jika rasanya dimaki-maki seperti itu menghancurkan jiwaku, seakan rapuh seperti sama sekali tak melihat sisi kebaikanku, sama sekali tidak..