Mohon tunggu...
Karet Ekstra
Karet Ekstra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Seruan Jihad PA 212 untuk #2019GantiPresiden

29 Agustus 2018   17:09 Diperbarui: 29 Agustus 2018   17:13 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pasca Neno Warisman ditolak masyarakat Pekanbaru, muncul sejumlah poster yang menyerukan jihad untuk mengejar warga yang melakukan penghadangan itu. Poster itu kini beredar secara luas di media sosial.

Seruan itu muncul dari PA 212 atas perintah dari Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab. Juru bicara PA 212, Novel Bamukmin, mengakui adanya seruan tersebut.

Seruan jihad itu sendiri bermaksud untuk melawan para pengadang aksi deklarasi #2019GantiPresiden yang dia sebut sebagai preman-preman ingusan.

Menurutnya, gerakan #2019GantiPresiden merupakan sebuah gerakan dakwah. Karena gerakan itu hendak mengawal fatwa MUI Tahun 2015 Nomor 5 poin 9.

Oleh karena itu, perlu dikawal dan tidak boleh diganggu oleh masyarakat luas.

Meski begitu, seruan jihad PA 212 dan HRS dalam poster itu merupakan tindakan pengecut dan upaya persekusi yang mengatasnamakan perjuangan umat Islam.

PA 212 kumpulan ulama dan mengklaim paling tahu tentang Islam tetapi beraninya main keroyokan dan menghasut orang lain berbuat jahat. Oleh karena itu, PA 212 dan HRS tidak layak disebut sebagai kumpulan orang beragama, karena perbuatannya justru bertentangan dengan nilai dan ajaran agama.

Bila HRS memang ulama dan pemimpin umat, harusnya dia pulang saja ke Indonesia untuk menyelesaikan kasusnya secara bertanggung jawab.

Melihat seruan jihad itu, bisa dikatakan bahwa PA 212 memaknai jihad dengan cara yang salah. Sebab jihad yang sesungguhnya kata Nabi adalah mengendalikan hawa nafsunya sendiri.

Hal itu dalam konteks Indonesia sekarang, jihad itu berkaitan dengan mengendalikan diri dari amarah, permusuhan dan adu domba masyarakat. Apalagi itu semua hanya demi kepentingan politik yang sempit.

PA 212 tak lain merupakan preman yang berjubah agama. Kelompok ini tidak boleh dibiarkan karena akan merusak dan menghancurkan keamanan Indonesia.

Masyarakat sendiri sangat miris dengan adanya poster seruan jihad dari PA 212 dan HRS karena sikap yang ditunjukkan sangat berlebihan.

Penolakan Neno Warisman di Riau merupakan aspirasi dari masyarakat setempat. Mereka menolak karena ada alasan yang logis dan rasional.

Dan itu tak hanya di Riau saja, warga di kota lain juga menolak Neno Warisman dan gerakan #2019GantiPresiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun