Pada saat saya bertanya mengenai jumlah warga yang sering sakit, memang warga mengaku jarang sakit, namun pasti sakit dalam kurun waktu 3 sampai 5 bulan sekali. Seperti kepala pusing, sakit perut, juga demam. Dari 5 orang yang saya tanyai tentang penyakit, ada 2 warga yang memang mengaku sedang sakit, bahkan sempat dirawat dirumah sakit karena sesak nafas juga pusing.
Beberapa warga mengaku bahwa biasanya yang sakit itu adalah orang-orang yang baru tinggal dan baru mencium bau busuk sampah, bukan warga lama yang telah tinggal di daerah tersebut.
Hampir semua warga yang saya tanyakan, mereka bekarja sebagai pemulung dan juga pengepul rongsok dan sampah. Banyak cerita suka juga duka yang diberikan kepada saya terkait menjadi pemulung. Menjadi satu keprihatinan saya dalam menjalani kehidupan ini, karena rupanya banyak warga yang memiliki kisah hidup lebih keras.
Sampah menjadi masalah bagi semua warga tidak hanya di DKI Jakarta saja. Bisa dibayangkan apabila dalam waktu sehari dapat menghasilakn 600.000 ton sampah, lantas bagaimana cara kita mengurainya? dengan bantuan para pemulung tidak akan cukup untuk mendaur ulang sampah yang ada di Bantargebang ini. Kurangnya dan minimnya kesadaran masyarakat mengenai pemilahan sampah juga menjadikan menumpuknya sampah seperti yang kita lihat.Â
Tinggi sampah hampir mencapai 30 meter, dengan luas tanah seukuran lapangan sepak bola ini, apakah akan terus menumpuk? Mari benahi diri dengan mulai mendaur ulang sampah dari tiap masing masing kepala keluarga, sehingga tidak banyak sampah yang harus dikirimkan oleh para petugas ke daerah Bantargebang ini. Saya peduli sampah, apakah anda juga peduli?