Mohon tunggu...
Karen Natalie Setiawan
Karen Natalie Setiawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Film

Reformasi dalam Bingkai Seni: Sebuah Ulasan Mendalam tentang Film "Aum!"

26 Maret 2024   19:43 Diperbarui: 26 Maret 2024   19:57 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika gelombang reformasi menggulung Indonesia, sebuah kisah mengemuka dari kedalaman hutan beton Jakarta, mengisahkan perjuangan dari dua sosok pemuda yang berani dan idealis, Satria (Jefri Nichol) dan Adam (Aksara Dena). Mereka merupakan aktivis yang berjuang dengan semangat membara, berusaha keras untuk menjadi suara bagi rakyat yang tertindas dan terlupakan.

Satria, dengan ketegasan dan keberaniannya, menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang merajalela. Di sisi lain, Adam, dengan kecerdasan dan ketajamannya, mengkritisi sistem yang korup dan menindas. Bersama-sama, mereka menyusun strategi dan aksi untuk mendorong perubahan yang mereka impikan bagi tanah air.

Namun, perjuangan mereka tidaklah semulus jalan yang terbentang di depan. Mereka harus menghadapi berbagai rintangan yang menguji kebulatan tekad dan kesetiaan mereka pada prinsip. Dari intimidasi hingga pengkhianatan, Satria dan Adam harus menavigasi labirin politik yang rumit, sambil tetap mempertahankan integritas dan idealisme mereka.

Dalam labirin ketegangan politik, Aum! mengajak penonton menyelami perjalanan Linda (diperankan oleh Agnes Natasya Tjie) dan Panca (Chicco Jerikho), dua sosok pemberani di balik layar. Sebagai produser dan sutradara yang penuh ambisi dan idealisme, mereka berani mengambil resiko untuk menggarap film tentang reformasi. Dengan gerak-gerik yang harus tersembunyi dari mata pemerintah dan berbekal peralatan seadanya, mereka merajut kisah yang tak hanya berani tetapi juga penuh dengan ketegangan, mencerminkan perjuangan nyata yang terjadi di balik kamera.

Aum! adalah sebuah film mengenai perjuangan para pemuda di masa-masa krusial perubahan bangsa. Dengan narasi yang kuat dan penuh emosi, film ini tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan inspirasi dan pengingat tentang pentingnya berani berbicara dan bertindak untuk keadilan.

Alur dalam film ini dirancang dengan cermat untuk menggambarkan perjalanan emosional dan intelektual para aktivis muda di tengah era reformasi Indonesia. Dengan transisi yang mulus antara adegan yang menegangkan dan momen-momen reflektif, film ini mengajak penonton menyusuri liku-liku perjuangan Satria dan rekan-rekannya, dari awal yang penuh semangat hingga konfrontasi dengan realitas politik yang keras. Alur cerita yang tidak linier ini menambah kedalaman naratif, memperlihatkan kompleksitas perjuangan mereka dan dampaknya terhadap kehidupan pribadi serta sosial, sekaligus mempertahankan ketegangan dan kepentingan emosional hingga akhir cerita.

sumber: era.id
sumber: era.id

Latar belakang pada Aum! sendiri yaitu peristiwa reformasi tahun 1998, diperlihatkan secara eksplisit,  yang merupakan momen penting dalam sejarah politik Indonesia. Reformasi 1998 merupakan momen bersejarah di Indonesia yang ditandai dengan jatuhnya Presiden Soeharto setelah lebih dari tiga dekade berkuasa. Masa ini diwarnai dengan demonstrasi besar-besaran yang menuntut reformasi politik, ekonomi, dan sosial. 

Pada masa itu banyak terjadi demonstrasi besar-besaran yang menuntut reformasi politik, ekonomi dan sosial di sebagian besar kota di Indonesia. Para pengunjuk rasa tidak hanya menuntut pelengseran Presiden yang telah berkuasa lebih dari tiga dekade, tetapi juga kebebasan berekspresi dan perbaikan di semua bidang kehidupan sosial dan pemerintahan (Rivenskly, 2024).

Dengan kepiawaian artistik yang tinggi, Aum! menghidupkan kembali dekade 90-an melalui setiap detail yang cermat,dari setiap sudut latar yang khas, atmosfer yang kental, hingga dengung khas era tersebut yang terasa begitu nyata. Film ini bukan sekadar menampilkan, tetapi benar-benar meresapi esensi dari periode reformasi yang penuh gejolak. Di tengah reka ulang masa lalu yang begitu hidup, Satriya dan Adam, dua karakter yang meski berbeda dalam pendekatan, bersatu dalam semangat idealisme yang membara. Mereka adalah dua hati yang berbeda irama namun berpadu dalam simfoni yang sama: sebuah harmoni yang mengalun demi mewujudkan transformasi sosial dan politik Indonesia yang lebih berkeadilan dan demokratis.

Dari segi teknis, teknik pengambilan gambar yang sesuai dengan era tersebut, seperti penggunaan tone oranye, efek noise, dan aspek rasio 4:3, yang semuanya bertujuan untuk memberikan nuansa era 90-an (Nurul, 2023). Ini menunjukkan bahwa pembuat film berusaha keras untuk merepresentasikan era reformasi secara visual dan estetis. Hal ini menambah kedalaman pada penggambaran suasana masa reformasi yang penuh dengan ketegangan dan harapan akan perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun