Mohon tunggu...
Karenina Monoarfa
Karenina Monoarfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Retorika Dialektika, Analisis Kampanye #KawalPutusanMK dengan menggunakan Retorika dan Dialektika

14 Oktober 2024   02:21 Diperbarui: 14 Oktober 2024   04:58 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.instagram.com/narasinewsroom

Beberapa waktu yang lalu, kampanye #KawalPutusanMK menciptakan gelombang diskusi yang luas di masyarakat, memicu perhatian tidak hanya dari kalangan aktivis hukum, tetapi juga dari berbagai lapisan masyarakat. 

Dalam hal ini, pendekatan retorika dan dialektika akan diterapkan untuk menganalisis bagaimana narasi yang dibentuk memengaruhi pemahaman publik. 

Retorika, dengan segala daya tariknya, berfungsi sebagai sarana untuk membangkitkan emosi dan mendukung argumen, sedangkan dialektika memberikan kita perspektif tentang bagaimana perbedaan ide dapat menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam. 

Dengan demikian, kita dapat mengidentifikasi strategi-strategi utama yang diterapkan dalam kampanye ini serta dampaknya terhadap persepsi dan keterlibatan masyarakat dalam isu-isu hukum yang penting. 

Kampanye berperan dalam menciptakan perhatian serta dukungan masyarakat terkait isu-isu politik tertentu. Dengan mendorong individu untuk membagikan dan merespons pesan sebagai tindakan dukungan, seruan ini menggambarkan strategi dalam menjaring dukungan publik. 

Penyampaian pesan yang jelas dan kuat, seperti penggunaan istilah "peringatan darurat" serta "ancaman nyata terhadap demokrasi", menimbulkan rasa urgensi dan mendorong tindakan. Aksi kolektif yang diusung mencerminkan usaha bersama untuk mendorong perubahan sosial atau politik. 

Di samping itu, ungkapan emosional seperti "jangan takut untuk berbicara" dan "terus berjuang hingga menang" memiliki tujuan untuk memotivasi dan menggerakkan perasaan publik, sehingga menciptakan solidaritas di kalangan pendukung. Secara keseluruhan, seruan ini merupakan suatu bentuk mobilisasi politik yang ditujukan untuk memengaruhi pandangan serta tindakan masyarakat terhadap keputusan yang dianggap krusial.

Analisis bagian Retorika :

  • ETHOS (Kredibilitas) : Kampanye #kawalputusanmk dicetuskan oleh sekelompok aktivis hukum, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil di Indonesia. Salah satu tokoh yang dikenal aktif dalam kampanye ini adalah Najwa Shihab, merupakan sosok publik yang telah lama dikenal sebagai jurnalis dan presenter berita. Keberadaannya sebagai seorang profesional di bidang media memberikan nilai tambah pada pesan-pesan yang disampaikannya. 

  • Ia tidak hanya berbicara sebagai individu, melainkan juga mewakili suara banyak orang yang merasa tidak puas dengan kondisi saat ini. Dalam konteks ini, peran Najwa sebagai penggagas pesan menunjukkan bahwa isu yang diangkat adalah hal yang serius dan patut untuk diperhatikan. 

  • Kredibilitasnya semakin diperkuat oleh rekam jejak Najwa dalam mengangkat isu-isu sosial dan politik. Dengan pengalamannya, audiens cenderung mempercayai pandangannya dan merasa bahwa apa yang disampaikannya bukan sekadar opini, melainkan hasil analisis yang mendalam mengenai situasi politik yang ada.

LOGOS (Logika) : Sufmi Dasco Ahmad secara jelas menyatakan bahwa revisi UU Pilkada BATAL. Pernyataan ini berlandaskan pada keputusan hukum yang sah dari Mahkamah Konstitusi. Dengan merujuk pada putusan MK, Dasco memberikan dasar yang kuat dan rasional bagi klaimnya, menunjukkan bahwa keputusan tersebut bukan hanya opini pribadi, melainkan hasil dari proses hukum yang formal. 

Sumber : https://www.instagram.com/narasinewsroom
Sumber : https://www.instagram.com/narasinewsroom

PATHOS (EMOSI) : Pathos dalam seruan aksi ini sangat mencolok, karena berhasil membangkitkan emosi audiens melalui berbagai pendekatan. 

  • Penggunaan frasa "peringatan darurat" menimbulkan rasa mendesak dan ketakutan terhadap situasi yang dianggap mengancam demokrasi, sehingga mendorong audiens untuk merasakan pentingnya dan dampak dari isu yang dihadapi.

  • Pernyataan bahwa DPR dan Pemerintah mengabaikan keputusan MK memicu kemarahan dan frustrasi di kalangan masyarakat yang peduli terhadap keadilan dan penegakan hukum. Hal ini mengajak audiens untuk berempati dengan perjuangan mereka yang merasa hak-haknya terancam.

  • Ajakan untuk "repost dan reply serentak" menciptakan rasa solidaritas dan kebersamaan, mendorong individu untuk merasa bahwa mereka merupakan bagian dari gerakan yang lebih luas dalam memperjuangkan hak-hak demokratis. Dengan demikian, seruan ini tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian informasi, tetapi juga sebagai panggilan emosional yang mengajak masyarakat untuk bersatu dan bertindak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun