Mohon tunggu...
Karen A
Karen A Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Si Pembunuh Karakter Berjubah Pengamat Migas

4 Maret 2017   11:37 Diperbarui: 4 Maret 2017   11:53 2571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar, percaturan untuk merebut Jabatan Direksi Pertamina

Memang menarik bila mengikuti semua apa yang terjadi ditengah pertarungan perebutan Jabatan Direktur Utama Pertamina pasca ditinggal Dwi Sutjipto yang mendadak dicopot oleh pemerintah hanya karena alasan perbedaan pendapat di internal direksi dan ketidak kompakan ditengah jajaran direksi. Padahal kalau mau jujur, sebagai seorang yang pernah menjadi bagian dari Pertamina saya melihat bahwa perbedaan pendapat dikalangan direksi tersebut tidak menjadikan Pertamina buruk. Cobalah kita jujur melihat capaian Pertamina dibawah pimpinan Dwi Sutjipto ditambah terobosan gila Direktur Pemasaran waktu itu Ahmad Bambang ysng kemudian menjabat Wakil Dirut, Pertamina mampu bertahan dari terpaan situasi sulit ditengah merosotnya harga minyak dunia dan justru mampu membukukan keuntungan yang cukup besar dan menyumbang APBN dari keuntungan yang diperoleh dari bisnis Pertamina. 

Lantas apakah hanya dengan alasan perbedaan pendapat dijajaran direksi itu cukup dijadikan sebagai alasan mencopot Dwi Sutjipto dan menghapus jabatan Wakil Dirut? Menurut saya, penerintah keliru dan tidak konsisten dengan kebijakannya. Penambahan dan perubahan struktur organisasi Pertamina tersebut adalah atas kajian yang dilakukan pemerintah demi kebutuhan organisasi perusahaan dan dalam rangka pengembangan Pertamina agar semakin siap menghadapi persaingan global. Namun amat disayangkan bahwa kebijakan yang sudah baik tiba-tiba dianulir tanpa alasan yang jelas. Sepertinya ada yang bermain dibalik kisruh ini.

Kisruh ini saya amati bermula dari munculnya sebuah berita di media online yang memang aktif memberitakan berita diseputar migas bernama explorasi.co yang saya sendiri tidak tertarik mengetahui siapa pemiliknya dan apa motif pendirian media online tersebut. Seorang pengamat migas berinisial Y hampir setiap hari membangun opini melalui media tersebut dengan judul yang bombastis yaitu kudeta merangkak di Pertamina. 

Ada opini yang ingin dibangun bahwa Direktur Pemasaran yang kemudian ditunjuk Pemerintah sebagai Wakil Dirut yaitu Ahmad Bambang yang menjadi kreator dari semua perubahan struktur tersebut dengan tujuan mengkudeta jabatan Dwi Sutjipto. Disisi lain juga disebutkan bahwa Menteri BUMN Rini Soemarno sebagai otak dari kudeta merangkak tersebut. Logika pendek yang dibangun dengan persepsi rendah. Untuk apa Rini Soemarno harus merancang kudeta merangkak untuk mencopot Dwi Sutjipto? Bukankah Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN berhak mencopot dan mengangkat seorang direksi BUMN? Jadi untuk apa kudeta merangkak tersebut?

Semakin saya ikuti perkembangan berita dan informasinya, sebagai orang yang pernah menjadi bagian dari Pertamina, saya masih perduli dan tidak akan membiarkan Pertamina diobok-obok oleh kepentingan para bandit yang ingin mencuri dari kekayaan Pertamina. Saya kemudian mencoba mengikuti dan bertanya kepada banyak kawan dan sahabat di internal Pertamina hingga di kementerian BUMN. Saya cukup kaget mendengar dan menghubungkan beberapa informasi yang saya dapat bahwa ternyata, ada orang internal yang justru bermain mengaduk aduk air supaya kotor. 

Ketika menjadi kotor maka akan ada yang disalahkan. Terbukti kemudian Dwi Sutjipto menjadi orang yang disalahkan dan dicopot, jabatan Wakil Dirut dihapus dan membuat Ahmad Bambang kehilangan posisi. Maka yang bersangkutan menjadi kehilangan saingan untuk menduduki kursi Dirut Pertamina. Luar biasa, atas bantuan sang pembunuh karakter berjubah pengamat migas tersebut, maka semua orang yang dianggab saingan dihabisi dan dibunuh karakternya dengan membangun opini menggunakan media online tadi. Terakhir, sang pengamat membangun opini adanya korupsi di proyek DSLNG yang tentu arahnya menyerang PTH Dirut sekarang Yeni, yang dulu sebagai Direktur proyek DSLNG tersebut. Kerjasama apik sang perusak dengan sang pembunuh karakter, menghasilkan opini yang menguntungkan sang perusak.

Semakin saya telusuri, sang pengamat ini tidak pernah sekalipun mengkritisi kinerja Direktorat Pengolahan dan sekarang menjadi Direktur Mega Proyek Pertamina. Saya jadi bertanya, ada hubungan apa sang pengamat ini dengan Rahmad Hardadi? Mungkinkah mereka sedang membangun kerjasama simbiosis murtualisme? Dugaan saya seperti itu, ada deal tertentu, semoga saya salah.

Saya runut kembali jauh ke posisi Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar, sang pengamat ini juga tidak mengkritisi sang Wamen yang ruangannya disegel Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu beberapa hari yang lalu. Sepertinya ada kerjasama ysng terjalin antara Archandra Tahar, Rahmad Hardadi dan Sang Pengamat tersebut. Dengan skenario agar salah satu dari kedua orang tersebut menjadi Dirut Pertamina. Saya menjadi bisa menebak-nebak bahwa Archandra Tahar akan jadi Dirut Pertamina, Rahmad Hardadi tetap memimpin Direktorat Mega Proyek yang bernilai 700 T, maka kerjasama saling menguntungkan pun tercapai. Semua ini tentu tidak lepas dari restu sang Menko yang dominan terhadap presiden dan sangat mendukung Archandra Tahar. Apa kepentingan sang Menko? Tentu kepentingan bisnis pada mega proyek yang besarnya sepertiga APBN. Luar biasa bukan?

Kembali kepada judul, saya sungguh kasihan melihat sang pembunuh karakter itu berjubah pengamat migas. Sayang sekali menjadi aktivis mengedepankan kepentingan perut dan mengabaikan kepentingan bangsa yang besar.

Semoga Presiden mengabaikan orang-orang ini, karena merekalah yang menciptakan kemelut di Pertamina dan merusak kebenaran dengan menyingkirkan orang berprestasi untuk kemudian menjadi orang yang paling bernafsu untuk meduduki Jabatan Dirut Pertamina. Sungguh Presiden Jokowi telah ditipu dengan informasi yang salah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun