Mohon tunggu...
Cuham Beib
Cuham Beib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Penulis amatiran, ringan , dan sederhana. Penikmat sepeda harian. Icon Bersepeda itu Baik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jelang Imlek, Saya Bersepeda Antar Kota

7 Februari 2023   09:15 Diperbarui: 7 Februari 2023   09:23 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersepeda Moving On (Dokumen Pribadi)

Imlek 2023 memang sudah berlalu, tapi nuansanya masih terasa hangat sampai saat ini mengingat kemeriahannya selalu mewarnai di moment tersebut, apalagi minggu awal Februari semarak dengan perayaan cap go meh.

Tak hanya masyarakat umum, sebagian pegiat sepeda di berbagai daerah pun memanfaatkannya dengan melakukan bersepeda dengan tema Imlek 2023, dan biasanya dilakukan pada saat malam hari agar terlihat semarak konvoi dengan kerlap kerlip aneka warna lampu sepeda.

Sebagian lagi lebih memanfaatkan moment hari libur panjangnya, dari hari Sabtu hingga Senin, mereka memuaskan diri besepeda ke berbagai tempat atau  trek -- trek sepeda bersama komunitas, keluarga, atau sendirian.

Tak hanya itu, banyak pula yang bersepeda dan berkemah, serta bersepeda jarak jauh antar kota, antar provinsi, dan antar pulau.

Bersepeda Moving On 

Sementara itu, dua hari menjelang imlek, tepatnya di Jum'at (20/1/23), pagi dini hari saya melakukan bersepeda dari Karawang ke Purwakarta lewat daerah Curug.

Kegiatan bersepeda tersebut juga merupakan dalam rangka pindah tempat tinggal, dari Desa Bengle, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang ke Desa Sawah Kulon. Kecamatan, Pasawahan, Kabupaten Purwakarta.

Saat itu barang bawaanku memang cukup banyak tapi hanya berupa kebutuhan beberapa pakaian, handuk, selimut, dan sarung saja yang di simpan dalam dua tas panier rak belakang sepeda, dan satu tas tengteng.

Lumayan berat memang, sedikitnya berdampak pada kayuhan sepeda yang cukup melambat. Untungnya jalan relatif datar sehingga bebannya tak begitu terasa, meski demikian, tak sedikit juga jalan yang menanjak atau turun melandai dan berkelok.

Perjalanan memang cukup lancar tanpa hambatan kemacetan yang berarti, diiringi cuaca yang cukup bagus dan hangat. Namun tetap ekstra hati-hati karena merupakan jalur mobil-mobil besar menuju pabrik-pabrik yang tersebar hampir di sepanjang jalan yang dilalui.

Cari amannya, saya lebih banyak mengalah meminggir ke bahu jalan untuk  berhenti sejenak membiarkan mobil -- mobil besar tersebut melaju lebih dulu. Hal itu dilakukan sekaligus untuk menghela nafas dan meneguk air putih.

Jarak yang ditempuh sebenarnya tidak terlalu jauh, kurang lebih 37 kilo meter, apalagi Kecamatan Bengle berada di wilayah Karawang Timur yang relatif lebih dekat ke Purwakarta.

Dari situ saya melaju melalui Jalan Raya Klari menuju Kosambi, menyebrang memasuki jalan daerah Curug, hingga perbatasan antara Karawang dan Purwakarta.

Sebelumnya, saya sarapan bubur dulu yang berada di pinggir jalan sebelum jembatan tol atau pertigaan ke arah Bendungan Walahar.

Memasuki Purwakarta melalui daerah Babakan Cikao, selanjutnya Maracang dan menuju kota.

Memang terkesan biasa saja perjalanan ini, tak ada yang istimewa atau hebat,  jarak tidak terlalu jauh, jalannya dominan datar, tapi sensasi mengayuh sepedanya sambil membawa beban berat itu yang membuat perjalanan begitu mengasyikan yang sulit untuk diungkapkan.

Transit di Rumah Federal Purwakarta

f59172f2-93a2-4c38-a87e-bfee8355a354-63e1b2464addee5a3a3ae122.jpg
f59172f2-93a2-4c38-a87e-bfee8355a354-63e1b2464addee5a3a3ae122.jpg
Rumah Federalist  Purwakarta (Foto Mira H)

Setelah masuk Purwakarta, saya tidak melanjutkan perjalanan bersepeda menuju tempat tujuan, karena masih jauh dan harus berhadapan dengan tanjakan yang tak ada habisnya, tapi saya menuju Rumah Federal (RF) Purwakarta di Jalan Ipik Ganda Manah.

RF merupakan tempat singgah atau transit para pesepeda sejagat raya yang kebetulan melintas Kota Purwakarta, dikelola oleh pegiat sepeda Federal Purwakarta (Fedarta).

Di sejumlah daerah lainnya seluruh Indonesia, RF dibentuk juga dalam rangka silaturahmi antar pegiat sepeda jenis apapun baik pesepeda lokal, regional, nasional, bahkan international.

Sebagai kuncen RF Purwakarta sekaligus pemilik tempat adalah anggota fedarta yang lebih banyak bersepeda jarak jauh sendirian bernama Ben Cahyadi atau yang akrab disapa Kang Bens.

Saat itu kebetulan ia tidak sedang kemana-mana, dengan senang hati menyambut saya di sana dan menyuguhkan segelas air hangat serta kopi susu lalu mengobrol berbagai hal terutama tentang kegiatan bersepeda.

Beberapa lama kemudian, saya pamit dan menitip sepeda federal di sana, sewaktu-waktu akan saya gunakan jika tandang dan bersepeda keliling seputar kota.

Saya pun pulang menggunakan angkutan umum menuju kampung halaman dengan perasaan senang tanpa ada rasa lelah sedikit pun. Salam gowes dan go green.***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun