HARI ini, tanggal 20 Juli 2022, menjadi "tonggak sejarah" 1 tahun saya bergabung di Kompasiana yang tengah memasuki tahun ke-14. Saat  itu diawali dengan  tulisan perdana edisi 20/7/2021 berjudul "Aktivasi Menepis Pandemi".Â
Tulisan dalam katagori Diary tersebut meskipun bukan tentang gerakan bersepeda tapi di dalamnya ada bagian tentang aktivitas bersepeda saat pandemi, dan langsung mendapat label Artikel Pilihan (AP).
Akun blog pribadi saya bernama Cuham Beib. Kata Beib mengambil nama icon gerakan bersepeda yang saya geluti dan kampanyekan, akronim dari Bersepeda itu Baik, sehingga tulisan-tulisan saya berikutnya didominasi  tentang gerakan bersepeda, selebihnya lingkungan dan umum.Â
Tuisan perdana terkait dunia gerakan bersepeda adalah tentang perpaduan dua hobi bersepeda dengan fotography berjudul "Membidik Senja di Atas Sadel", edisi  23 Juli 2022. Artikel ini pun mendapat label AP.Â
Hingga hari ini, tercatat ada sekitar 108 tulisan. Setiap tulisan yang tayang saya share di WhatsApp (WA), Instagram (IG), dan Facebook (FB), lalu semuanya didokumentasikan di laman Album Foto FB.
Bisa dikatakan saya Kompasianer kemarin sore, sampai saat ini akunnya masih diposisi Taruna dan masih centang hijau. Statistiknya relatif masih minim, sehingga sampai saat ini saya belum pernah mendapat K-reward, tapi tak lantas semangat menulis menjadi menurun, apalagi hal itu bukan tujuan utama menjadi Kompasianer.
Bagi saya, penghargaan, apresiasi, dan hadiah adalah  bonus, dengan bisa menjadi bagian dari Kompasiana saja saya bersyukur karena menjadi ajang ruang ekspresi  yang lebih tertuang sesuai gaya dan apa adanya tulisan saya, sekaligus sebagai ajang mengasah diri dan menambah wawasan serta pertemanan dari Sabang sampai Merauke.
 Saya hanya penulis amatiran, dengan bahasa ringan dan sederhana, jauh dari kata ilmiah dan professional. Tidak memiliki dasar pendidikan penulisan atau jurnalistik, bakat menulis saya hanya mengalir begitu saja dari kecil.
Kalaupun ada tulisan yang terbilang serius, berat, dan ilmiah, itu karena hasil kutipan, wawancara, mentoring, dan observasi lapangan, serta biasanya hanya untuk effort  lebih di kompetisi tulisan yang saya ikuti.Â
Meski demikian, setelah sekian purnama berlalu berbagai pengalaman, pembelajaran , pertemanan , ilmu, dan dinamika setidaknya sudah saya peroleh, serta meningkatkan dunia literasi saya untuk semakin gencar menulis dan  memotivasi saya untuk selalu belajar dan rajin membacanya juga.
Sebenarnya keinginanku menjadi Kompasianer sudah sejak lama, namun masih terbentur dengan segala keterbatasan seperti gagap teknologi, tidak memiliki perangkat yang mumpuni, dan sebagainya. Kalaupun sekarang bisa meski masih dalam keterbatasan karena adanya aji mumpung.
Mumpung ada rekan yang kasih pinjem laptop sampai bosan, mumpug di rumah yang saya tinggali pemiliknya pasang wifi, dan mumpung dikasih ruangan sambil jaga toko alat tulis kantor  (atk) pemilik rumah.
Awal mendaftarkan akun Kompasiana, menyusul setelah saya menjadi kontributor tulisan di dua media berbasis digital atau website. Selama seminggu belum dapat validasi dari admin Kompasiana, tapi tak membuat berkecil hati.
Usai konsultasi dengan Ofi Sofyan Gumelar  alias Ujang Kosim sang mentor atau motivator penulisan, salah seorang Kompasiner legend dari komunitas Warga Kompasiana Purwakarta (KOTA) yang kenyang menjadi pemenang kompetisi tulisan, dan selalu support, akhirnya akun saya pun divalidasi. Â
Dukungan juga datang dari Mira Habibah (Mira Miew), kompasianer lady lumayan senior yang aktif di dunia traveling dan masih anggota Warga KOTA. Â
Bebeberapa minggu kemudian saya pun didapuk gabung di Warga KOTA tapi bukan anggota aktif, karena aktivitas dan domisili saya di Bandung. Â meski secara kependudukan sejak tahun 2016 saya sudah KTP Purwakarta.
Ragam Pengalaman
Setelah setahun, berbagai hal atau pengalaman yang saya dapatkan, dari yang bernuansa kebanggaan dan menyenangkan hingga membuat bingung dan menegangkan.
Topik Pilihan jarang bahkan tak ada sama sekali yang bertema langsung tentang sepeda, membuat saya harus berfikir keras yang pada akhirnya banyak topik yang berhasil saya olah menjadi tulisan terkait aktivitas bersepeda  dan hampir semuanya mendapat label Artikel Pilihan bahkan ada yang menjadi Artikel Utama.
Tulisan yang sampai saat ini paling banyak viewernya mencapai seribu lebih  adalah artikel yang berjudul "Sepeda Berperan Penting Dalam Isu Tranasisi Energi". Masuk dalam topik khusus Pulih Bersama katagori Indonesia Lestari, dan mendapat label Artikel Utama.
Selain mendapat banyak wawasan, ilmu, dan juga pertemanan dengan Kompasianer dari berbagai pelosok negeri, dari seratusan lebih tulisan, sebagian besar mendapat label AP. Semakin banyak pula kompasianer-kompasiner yang menginspirasi serta selalu mengapresiasi. Bahkan tidak menyangka beberapa kompasianer legend juga turut mengapresiasi.
Ada beberapa tulisan yang mendapat label Artikel Utama (AU), padahal menurut hemat saya tulisan-tulisan tersebut sebagian tergolong gaya, penyampain dan bahasanya ringan, tidak terlalu istimewa. Tapi tentunya membuat senang dan bangga, menambah semangat menulis.Â
Meski belum pernah menang saat mengikuti kompetisi tulisan yang diselenggarakan kerjasama antara korporasi dengan Kompasiana, tapi tak membuat saya patah semangat, karena menyadari tulisan saya memang masih terlalu jauh dari kata bagus dan kompetiter. Semua itu saya jadikan sebagai ajang mengasah saja agar tulisan saya bisa lebih baik lagi, menarik, dan berdaya saing.
Namun di event  komunitas Warga KOTA yang bekerjasama dengan pemerintah Kota Purwakarta yaitu lomba essai tentang Buah Manggis , Alhamdulillah, tulisan saya dengan judul  "Akankah Ke Depan Manggis Purwakarta Bisa Sepopuler Jeruk Garut atau Apel Malang?  Menjadi tulisan terbaik kedua dan mendapatkan sertifikat, uang, dan bingkisan menarik.
Meski juara bukan dari sebuah kompetisi penulisan berskala besar, tapi bagi saya kemenangan itu satu pencapaian yang membanggakan dan tidak akan pernah saya lupakan.
Pada momentum  Tebar Hikmah Ramadhan  2022 yang lalu, tak disangka saya mendapat 2 hadiah voucher belanja Gramedia hasil dari akumulasi penilaian tulisan dan vidio reel Instagram yang saya kirimkan di laman THR tersebut.  Â
Namun demikian, saya tak luput dari pengalaman yang kurang menyenangkan, dimana saya mendapat 1 kali teguran dari admin karena ada satu artikel yang ilustrasi fotonya lupa mencantumkan sumbernya, meski merupakan foto dokumen pribadi.
Dan yang cukup tidak mengenakan sekitar dua bulan lalu  salah satu artikel saya tiba-tiba dihapus dan mendapat peringatan karena dianggap terlalu banyak kutipan melebihi kapasitas yang diperbolehkan  menurut "mesin penilain google". Dengan demikian saya sudah mendapat satu  dari lima "kartu mati" pemblokiran akun. Sad dan sempat down.
Saya sudah menyampaikan alasan atau semacam pembelaan, tapi tulisan tersebut tidak saya muat ulang, hanya dijadikan bahan pelajaran saja agar saya berhati-hati dan lebih memperhatikan lagi aturan yang berlaku.
Dibukukan
Sekitar  50 tulisan tentang gerakan bersepeda selama periode Juli 2021 -- Juni 2022 rencananya akan saya bukukan berupa kumpulan tulisan gerakan bersepeda di Kompasiana dengan judul "Mengayuh Jejak Bersepeda di Ruang Digital", bersifat sementara karena sewaktu-waktu judulnya bisa berubah.
Buku akan dicetak secara mandiri untuk sekedar menambah dokumentasi dan koleksi pribadi saja. Namun dikemudian hari, tidak menutup kemungkinan akan diperbanyak dan disebarluaskan, sebagai bentuk kampanye bahwa bersepeda itu baik.
Harapannya, ada pihak yang berminat memperbanyak dan meyebarluaskannya atau jika memungkinkan akan saya coba upayakan diajukan ke Kompas Gramedia grup, semoga saja dapat layak dipertimbangkan untuk diterbitkan oleh grup perusahan pernerbitan terbesar dan terbaik tersebut.
Salam sehat, semangat, dan selalu menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H