Akan tetapi tak sedikit masyarakat yang merespon negatif, bahkan terkesan nyinyir serta pesimis dengan upaya perbaikan citra angkot tersebut dan tetap menganggap angkot adalah sebuah persolan transportasi cukup besar  yang sulit diselesaikan serta mengusulkan untuk ditiadakan saja.Â
Dalam perjalanannya, ada hal yang membuat menggeilitik sekaligus miris, banyak buku bacaan yang raib entah kemana, apakah di bawa penumpang karena mungkin buku bacaannya menarik, atau entahlah, yang jelas mungkin saat itu ada sedikit peningkatan penumpang gemar membaca buku.
Saat ini, memang program AnTar tidak berjalan lagi, namun ada 1 atau dua angkot yang tetap bertahan, meski seadanya. Malah ada satu angkot di Kabupaten Bandung yang jauh sebelum ada AnTar, sang supirnya sudah lebih dulu  secara mandiri membuat perpustkaan di dalam angkotnya sendiri. Tapi keberadaannya sekarang tidak begitu diketahui, masih bertahan atau tidak.
Semoga saja ke depan perpustakaan dalam angkutan publik kembali bergairah dan hadir untuk memberi daya tarik bagi masyarakat lebih gemar membaca. Salam literasi dan lestari.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H