SEJAK dulu, Negeri kita yang mayoritas umat muslim selalu melahirkan banyak pemuka agama seperti kiai, ustadz, ulama, buya, habib dan sebagainya. Meski didominasi oleh kaum adam, tapi tak sedikit bermunculan juga para pendakwah muslimah.
Banyak pula diantara mereka dulu adalah sosok-sosok yang tidak lepas dari perananan penting menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa ini. Selain pemuka agama mereka adalah para pahlawan yang berjuang melawan penjajahan dan juga  mempertahankan akidah.
Para pemuka agama Islam baik yang sudah lama, senior, baru, muda, dan kekinian merupakan sosok yang cukup disegani dan menjadi panutan terutama bagi jemaah, para santri, atau masyarakat setempat.
Mereka bahkan telah menjadi pendakwah yang terkenal secara regioanal, nasional hingga internasional melalui media elektronika, media cetak, audio, media sosial atau  dakwah keliling diberbagai acara, tempat, dan daerah.
Masing-masing memiliki ciri khas dalam penampilan,bahasa, gaya dan cara menyampaikan materi ceramah atau ilmu pengetahuan agamanya, meskipun faktanya penceramah yang selalu lucu lah yang masih menjadi favorit, apalagi jika menggunakan bahasa daerah yang dipahami masyarakat. setempat.Â
Ulama Sunda Panutan
Tanah Parahyangan merupakan salah satu daerah yang banyak memunculkan pendakwah yang cukup terkenal hingga seantero nusantara dan mancanagara. Sebut saja Aa Gym, Aam Amirudin, Athian Ali, dan Miftah Faridl.
Di era 80an sampai dengan 90an, ada salah seorang sosok pendakwah yang secara nasional memang tidak begitu populer, tapi cukup terkenal dan menjadi dai panutan di kalangan masyarakat Tatar Sunda , serta digadang-gadang merupakan keturunan Prabu Siliwangi, yaitu Totoh Abdul Fatah Ghazali (AF. Ghazali)
Beliau merupakan ulama cerdas, kharismatik dan bijak kelahiran Limbangan, Garut,  yang mengabdikan hidupnya untuk kemasylahatan umat dan bangsa melalui berceramah berkeliling ke seluruh daerah dan pelosok di provinsi  Jawa Barat (Jabar)
Sebelum menjadi seorang dai, perjalanan menimba ilmu agama beliau dimulai dari pesantren ke pesantren di Garut dan Cicalengka. Pendidikannya dilanjut ke sekolah umum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Muslimin Bandung. Â Lalu mengenyam kuliah di Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung.