AKTIVITASÂ bersepeda saat ini tengah semarak, terlebih saat masa pandemi banyak masyarakat yang awalnya bukan pesepeda bereuforia melakukan aktivitas bersepeda untuk berolahraga setiap akhir pekan dalam rangka meningkatkan imunitas.
Namun demikian, sampai hari ini mindset masyarakat terhadap penggunaan sepeda masih dominan untuk hobi, rekreasi, dan prestasi. Masih belum begitu signifikan jumlah pengguna sepeda untuk kegiatan harian, atau sebagai moda transportasi ke mana saja.Â
Sejak bersepeda kembali marak belasan tahun lalu, bersepeda bukan lagi dominasi kaum adam, dari mulai bocah, remaja putri, mahasiswi, ibu muda, setengah baya, hingga lanjut usia, hadir meramaikan khasanah bersepeda di berbagai pelososk negeri dan belahan dunia.
Seperti halnya pria, perempuan juga banyak yang bersepeda untuk sekedar hobi, olah raga, hobi, dan rekreasi, tetapi ada juga yang dalam rangka mencari prestise dan meraih prestasi. Dengan berbagai macam genre sepeda, mereka ada yang bersepeda ringan dan santai, tak sedikit yang memiliki jam terbang perjalanan  bersepeda cukup lama, kuat, dan tangguh.
Tak hanya itu, kini beberapa perempuan ada yang menggunakan sepeda untuk sarana traportasi kegiatan harian seperti bekerja, kuliah, dan sekolah. Â
Pada masa lalu, kehadiran sosok pesepeda perempuan sudah tidak asing lagi, khususnya di Pulau Jawa. Kala itu bersepeda merupakan sebuah tradisi dan dijadikan alat transportasi aktivitas apapun, terutama untuk aktivitas pergerakan ekonomi masyarakat. Namun perkembangan zaman menggerus kebiasan itu dan kendaraan bermotor telah menggantikannya.
Belakangan, masih banyak perempuan yang tetap setia mempertahankan penggunaan sepeda sebagai sarana aktivitas hariannya. Terlepas dari soal pilihan atau keterpaksaan, yang jelas dengan bersepeda mereka berjuang dalam rangka menyambung hidup mereka dan keluarganya. Beberapa contoh yang bisa kita jumpai adalah penjual jamu, penjual salah satu produk minuman kesehatan pencernaan, dan pedagang kopi seduh keliling.
Meski demikian ada juga yang tetap mempertahankan dengan berjalan kaki, akan tetapi banyak yang kemudian beralih menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, kini tak sedikit perempuan yang sehari-hari bersepeda untuk melakukan aktivitasnya seperti ke pabrik tempat bekerja (bike to factory), atau ke pasar baik sebagai pembeli maupun sebagai pedagang.Â
Sebut saja Iis Nani Yuliani atau yang akrab disapa Emak Gemes, adalah salah satu sosok perempuan  pedagang di pasar. Hampir setiap hari mulai jam 2.30 dini hari ia berangkat menggunakan sepeda  sepanjang hampi 1 kilometer dari rumah ke pasar Bale Endah, Kabupaten Bandung.
Meski perjalanannya relatif aman, terkadang harus menghadapi beberapa rintangan terutama saat musim hujan menyebabkan jalan dan kondisi pasar becek, banyak genangan, sampah berserakan, bahkan terjadi banjir jika intensitas hujannya besar. Namun ia tetap melaluinya dengan tetap semangat demi sesuap nasi.
Ia juga mendirikan komunitas pesepeda yang anggotanya perempuan semua dan sebagian berprofesi sebagai pedagang di pasar yang sama. Nama komunitasnya adalah Gowes Emak-Emak Strong (Gemes). Setiap ada kesempatan mereka bersepeda bersama menjajal berbagai trek sepeda baik dengan medan yang berat maupun ringan.
Selamat Hari Perempuan Sedunia tanggal 8 Maret dan Hari Wanita Indonesia tanggal 9 Maret. Semoga  selalu menginspirasi bagi ibu pertiwi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H