Mohon tunggu...
Cuham Beib
Cuham Beib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Penulis amatiran, ringan , dan sederhana. Penikmat sepeda harian. Icon Bersepeda itu Baik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulis, Hanya Bakat Mengalir Sejak Kecil

13 Maret 2022   13:06 Diperbarui: 13 Maret 2022   13:07 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
coretan-coretan lamaku (dokpri)

MENDENGAR kabar meninggalnya penulis kenamaan era 80an, Hilman Hariwijaya beberapa waktu  lalu, tepatnya Kamis, 9 Maret 2022, mengingatkan akan karya terbesarnya yaitu novel remaja berjudul LUPUS yang sukses juga dibuat ke film layar lebar.

Cerita yang mengangkat sosok remaja bernama Lupus bersama genknya  tersebut dikemas sangat menarik dan menghibur sehingga sangat poluler dikalangan muda-mudi di seluruh Negeri ini. Awalnya merupakan cerita pendek (cerpen) serial yang dimuat di majalah HAI, majalah khusus anak muda yang ngetrend  kala itu.

Karya almarhum Hilman tersebut menjadi salah satu inspirasi bagi saya saat masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Purwakarta. Waktu itu saya tengah semangat sekedar curat coret atau tulas tulis seperti cerpen, sajak atau puisi.

Namun sebenarnya kesukaan akan menulis diawali saat masih Sekolah Dasar (SD) di Bandung. Berawal dari senang membaca surat kabar serta majalah anak-anak dan remaja. Saya juga suka sekali mengisi buku Teka-Teki Silang (TTS).

Dari situ, saya iseng-iseng suka corat coret bikin buku catatan, majalah-majalahan dan TTS. Bikin pula puisi, cerpen dan novel. Semua coretanku gaya dan penulisannya dengan bahasa seadanya sesuai yang ada di dalam benaku saat itu. Ditulis dengan pulpen, dituangkan dalam buku tulis, disampul, dan diberi cover dengan gambar karyaku juga yang ala kadarnya.

Buku catatan yang saya tulis berupa kumpulan nama-nama menteri, negara-negara dan julukan beserta nama benderanya, mimpi-mimpi semalam yang diingat , teman-teman sekolah dan tetangga, artis cilik, daftar lagu anak-anak, zodiak, bahasa-bahasa gaul dan sebagainya. Dokumennya hilang dan saya buang.

Majalah yang saya bikin saya beri nama SAHDA, entah mengapa nama ini selalu menjadi ikon tulisan-tulisan saya, akronim dari Sahabat Duka, dianalogikan kalau saya adalah sosok sahabat untuk menghibur teman-teman dikala duka melanda.

coretan-coretan lamaku (dokpri)
coretan-coretan lamaku (dokpri)

Beragam artikel ada di majalah buatan tersebut, seperti TTS, cerpen, gambar, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Semua terinpirasi majalah yang saya suka baca. Dukumennya sempat tersimpan baik hingga SMP, bahkan diteruskan sampai membuatt beberapa serial. Namun seiring waktu terlupakan dan menghilang.

Sementara pembuatan TTS terilhami oleh buku TTS yang sering saya isi. Beberapa hasil karya TTS ku dibagikan ke teman-teman tetangga biar diisi, yang benar semuanya saya kasih hadiah mainan atau makanan, hehehe. 

 

Saat duduk  dibangku kelas VI SD, saya membuat cerita lepas bertajuk DAKYNYNAKALENY,  nama kumpulan anak-anak SD yang diambil dari nama-nama mereka SahDA, DicKY, HeNY, HerNA, IKA, dan LENY. Serial pertamanya saya beri judul Remaja-Remaja Yang Manis.

Karya tulis yang diilhami oleh kumpulan cerita remaja populer Kiki dan Komplotannya karya penulis besar mendiang Arswendo Atmowiloto tersebut, bercerita tentang lika-liku anak baru gede (abg) pada masa itu. Sayang, dokumennya hilang.

Saat duduk dibangku SMP, hobi tulas tulis tetap berlanjut, selain membuat buku catatan dan meneruskan serial majalah beberapa edisi juga melanjutkan serial Dakynynakaleny dengan judul Berkawan Bukan Bercinta.

Dokumennya masih ada sampai sekarang, hanya sudah usang, lusuh, rusak, dan beberapa lembarannya menghilang. Karya-karya serial ini mendapat apresiasi dari beberapa teman SMP yang berkenan membacanya dan memberi masukan kepada saya

Pernah juga membuat tulisan buku kumpulan humor tapi kemudian dokumentasi hilang bertajuk Mati Ketawa Ala Kadarnya, diilhami oleh buku kumpulan humor Mati Ketawa Cara Rusia karya Z.Dolgopolova yang saat itu tengah hit dan laris manis di seantero dunia. Sebagian tulisan humor karya saya tersebut saya pajang di majalah dinding sekolah.

Saat novel Lupus mencuat, memicu saya membuat buku kumpulan cerita berjudul Sahda Cs yang merupakan lanjutan dari serial DAKYNYNAKALENY versi anak remaja SMP. Karyanya kini sudah berusia 35 tahun dan masih tersimpan sampai sekarang meski sedikit usang.

Memasuki kelas III SMP, saya membuat buku kumpulan cerpen berjudul Aku dan Cintaku. Beberapa cerpen mengadaptasi dari kisah cinta monyet saya masa SMP, selebihnya tentang persahabatan, kehidupan sosial dan sebagainya. Sekali lagi, karya ini pun hilang sekitar tahun 2015 entah kemana.

Saya kembali ke Bandung saat masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 1988, pada masa ini hobi menulis tidak terlalu intens, lebih banyak menulis buku catatan, puisi curahan hati bertema kesukaan pada seseorang, dan curat coret tak jelas.

Namun demikian, saya sempat membuat novel berjudul Hadi, Tolong Saya, mengisahkakan tentang perjalanan kehidupan dua anak remaja tuna wisma, masih ditulis menggunakan pena di atas kerta buku tulis. Karya ini masih tersimpan hingga sekarang, hanya lupa dimana disimpannya.

Penggunaan mesin tik di atas kertas buram, dilakukan saat membuat ulang karya tulis kumpulan cerpen Aku dan Cintaku, lalu dijilid. Sedihnya, karya tulis ini hilang tahun 1991.

Lama berselang, saya  tidak membuat lagi karya tulis, karena kesibukan bekerja dan menjalani kehidupan beranjak dewasa, hanya membuat sekedar coretan-coretan yang tidak jelas atau bikin caption-caption di buku harian.

Meski pada tahun 1997 memiliki komputer model jadul yang masih menggunakan disket, tapi tak membuat saya bergairah untuk membuat karya tulis. Baru pada tahun 2004 semangat menulis kembali terpicu setelah ada komputer window 10, meski sedikit terhambat karena ada mainan baru berupa telepon genggam atau handphone (hp)

Karya tulis diawali dengan membuat cerita lepas atau novel berjudul Aku dan Si Punker, kisah fiktif yang bercerita tentang persahabatan seorang pemuda masjid dengan remaja punker. Lalu pembaruan novel Sahda Cs dan Hadi, Tolonglah Saya (Sebuah Pencarian) dalam rangka mengikuti sayembara menulis novel remaja sebuah perusahah penerbitan tahun 2005.

Beberapa tahun kemudian tak lagi senang menulis karena lebih disibukan membuat caption di media sosial  Facebook yang pada tahun 2008 mulai membuncah di Indonesia seiring makin meningkatnya dunia berbasis digital dan  makin canggihnya hp serta mudah dimiliki oleh setiap orang.

Namun demikian, saat melakoni aktivitas bersepeda, saya lebih sering membuat buku album foto-foto kegiatan bersepeda dari tahun 2008 sampai dengan 2012, dicetak dan dijilid untuk koleksi pribadi. Selain itu juga membuat buku album foto kegiatan lainnya seperti Langit-Langit Bandung, Kenangan Bersama Komunitas Narsisters, Kenangan Kelas BIO 4 SMA Pasundan 2 Bandung, dan  lain-lain.

Di tahun 2012, sebuah surat kabar terbesar di Bandung memuat halaman khusus artikel dunia sepeda bertajuk Back to Boseh (B2B) setiap hari Minggu dan memberikan peluang bagi pesepeda yang suka menulis baik yang amatir maupun professional untuk mengirm tulisannya berupa opini, kegiatan, dan liputan event bersepeda. Jika dimuat mendapat honor yang lumayan untuk membeli bakso selama setengah bulan, hahaha.

Hal itu memicu semangat saya untuk kembali menulis, lalu memberanikan diri membuat tulisan artikel sepeda di surat kabar tersebut, beberapa ada yang dimuat.  Tercatat ada 50 artikel yang sudah dimuat dihalaman B2B dari tahun 2012 sampai dengan 2018.  Sebagian tulisan bersepeda dan lingkungan di muat di halaman lain, malah ada yang jadi tulisan headline di halaman tersebut.

Masih di tahun 2012, saya pun terpicu untuk mebuat buku cerita lepas lagi lalu iseng-iseng menulis novel, temanya disesuaikan dengan hobi bersepeda yang saya lakoni saat itu, berjudul Beib, Besepeda itu Baik "Kisah, Goweser Galau". Bercerita tentang perjalanan seorang pesepeda muda yang dibumbui soal asmara dan aktivitas bersepeda serta gerakan lingkungan.

Melalui bantuan rekan kerja dan teman-teman pesepeda, novel tersebut dicetak secara indie dan diperbanyak untuk dijual dan sebagian lagi dibagikan. Meski dari segi tulisan, cerita, dan bahasa sangat amatiran, serta dari segi keuntungan tidaklah signifikan, tapi ada kepuasan tersendiri dan rasa bangga yang saya rasakan bisa berkarya seperti itu, meskipun tidak lepas dari kritikan dan cibiran.

Tahun berikutnya saya menulis novel lagi berjudul Reseler, bercerita tentang perjalanan kehidupan seorang reseler yang menggunakan sepeda. Sampai sekarang tulisan tersebut masih berupa naskah belum dibukukan. Beberapa tulisan novel juga ada yang tidak terselesaikan, tidak dilanjutkan, atau terhenti.

Selanjutnya, saya lebih instens membuat tulisan artikel saja. Ketika tahun 2018 halaman B2B berhenti, saya focus menulis artikel di beberapa media berbasis website atau on line yang semakin bermunculan bak jamur di musim hujan. Baik media khusus sepeda maupun media berita umum.

Saya menjadi salah satu bagian dari Komunitas Bandung Menulis melalui buku kumpulan tulisan, pertama  bertema sepeda bertajuk Bergerak Tak Berasap tahun 2018 -- 2019, yang digagas Dinas Perhubungan (Dishub). Judul tulisanku yaitu Gerakan Eco Transport.

Kedua bertema jalan kaki bertajuk Tak Lelah Melangkah tahun 2019 -- 2020, yang diprakasai Dinas Pekerjaan Umum (DPU) atau sekarang bernama Dinas Sumber Daya Air & Bina Marga (DSDABM), dengan judul tulisan Ngaboseh di Trotoar.

Tahun 2020 saya juga membuat buku kumpulan tulisan artikel saya yang dimuat di halaman B2B bertajuk Bunga Rampai Tulisanku di Halaman Back to Boseh. Dicetak hanya 1 buah untuk dokumentasi pribadi, dipublis melalui link ini, agar bisa disimak oleh semua orang yang berkenan membacanya.

Memasuki usia 50 atau setengah abad tahun 2021, saat masa pendemi saya meluncurkan buku bertajuk 1 Dekade Perjalanan Bersepedaku, Tahun 2008 -- 2010, yang saya tulis sejak tahun 2019. Buku ini juga saya cetak hanya 1 buah dan didokumentasikan disini.

Sejak Juli 2021, saya baru mulai menulis di Kompasiana yang saat itu tengah memasuki usianya ke-13, memang cukup terlambat mengingat kemudahan berbagai aksesnya baru bisa dilakukan pada tahun itu.  Hingga hari ini tulisanku dominan terkait dunia sepeda sesuai aktifitas yang sudah belasan tahun digeluti.

Namun demikian, saya tetap hanyalah seorang penulis amatiran, dengan gaya penulisan ringan dan sederhana, jauh dari kata profesional. Tidak pernah mengenyam bangku kuliah dan pendidikan dasar menulis, hanya bakat mengalir saja sejak kecil.

Salam sehat, semangat, dan selalu waspada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun