Artikel tersebut seolah telah memicu saya untuk menghentikan kebiasaan merokok, setidaknya bisa mengurangi. Meski dirasa berat, perlahan-lahan saya pun mulai mengurangi, tidak lagi sehari sebungkus tapi beberapa batang dan tidak lagi merokok dimana saja atau saat beraktivitas serta kumpul-kumpul. Merokok hanya saat sendirian di rumah, di depan komputer atau di kamar mandi. Â
Selain itu, saya lebih sering berkumpul dengan teman-teman pesepeda yang tidak merokok terutama dengan kalangan pesepeda muda dan mahasiswa membuat ada rasa malu saat merokok dihadapan mereka.
Setelah sebulan melakukan pengurangan merokok dan tersembunyi tersebut serta dibayangi godaan teman-teman yang masih jadi perokok berat, pada akhirnya dengan tekad yang bulat dan hati yang kuat, pada bulan April 2014 saya berhenti total dan mengucapkan "selamat tinggal rokok". Entah mengapa, saat itu tidak ada lagi perasaan tergoda dan kabita (tergiur) lagi untuk merokok.
Aktif Mengampanyekan Imbauan Terkait Merokok
Setelah beberapa bulan saya berhenti merokok, saya makin aktif di kegiatan bersepeda dan lingkungan, salah satunya adalah kegiatan kampanye imbauan terkait merokok baik melalui media sosial maupun terjun dilapangan yang dilaksanakan oleh beberapa komunitas atau lembaga konsen grup.
Program-program kampanye tersebut adalah "Selasa Tanpa Rokok", "Tidak Merokok di Area Publik", "Tidak Merokok Saat Aktivitas Olah Raga" , "Tidak Merokok di Kendaraan", "Jangan Merokok di Depan Anak-anak" , "Tidak Menyuruh Anak Membeli Rokok" dan sebagainya.
Semua program bersifat imbauan dan tidak memaksa orang untuk berhenti merokok, tapi setidaknya imbauan-imbauan tersebut harapannya bisa memicu sang perokok  untuk mengurangi atau tidak merokok disembarang tempat.
Lebih jauh, bisa memotifasi mereka untuk bisa berhenti seperti saya, apalagi saya sering meyampaikan melalui medis sosial tentang pengalaman saya mulai dari proses hingga akhirnya berhenti merokok  dan aktif dikegiatan kampanye kesehatan dan lingkungan.
Namun kegiatan kampanye tersebut bukan tanpa protes, terutama dari teman-teman pesepeda senior yang memang para perokok, sampai ada yang berkomentar dalam postingan saya di media sosial, "ngapain larang-larang orang merokok, kan gak dibeliin situ" . Saya menanggapi hanya dengan tersenyum saja. :)
Salam sehat, semangat, dan tetap waspada. Selalu menerapkan protokol kesehatan. Semoga pandemic sirna dari muka bumi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H