Mohon tunggu...
Cuham Beib
Cuham Beib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Penulis amatiran, ringan , dan sederhana. Penikmat sepeda harian. Icon Bersepeda itu Baik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengolah Limbah Dapur dengan Metode "Loseda"

29 September 2021   16:42 Diperbarui: 1 Oktober 2021   04:33 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lodong Sesa Dapur (Loseda). Foto dok. Hani Hadiani Sibulan

DI NEGERI kita, sampah hingga saat ini masih merupakan persoalan utama yang dihadapi. Meski sudah banyak cara atau metode yang dilakukan dalam pengeloaannya namun tidak lantas persoalan sampah berhenti sampai disitu karena persoalan sampah adalah persoalan prilaku dan pola pikir masyarakat itu sendiri.

Menurut Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB), sampah selain mengganggu keindahan, menimbulkan bau yang tidak sedap juga memicu wabah penyakit.  

Seperti diketahui bahwa sampah mengandung banyak racun,  yang mana racun-racun tersebut  menyebabkan timbulnya berbagai penyakit  seperti kanker, cacat pada bayi, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan syaraf, penurunan daya tahan tubuh dan lain-lain.

Sebagian besar masyarakat berprilaku buruk dalam menyikapi persoalan sampah yaitu membuangnya secara sembarangan ke tempat yang tidak semestinya seperti selokan dan sungai sehingga menyebabkan banjir karena saluran dan arus air terhambat.

Tak hanya itu, banyak pula yang masih membakar sampah karena dianggap hal yang paling mudah dilakukan dalam mengatasi penumpukan sampah.

Padahal, tanpa disadari membakar sampah menimbulkan bahaya besar lainnya, salah satunya asap beracun dari pembakaran seperti bahan yang terbuat dari stryofoam menyebar ke mana-mana kemudian terhisap oleh kita atau masuk ke dalam makanan dan mengendap, menyebabkan penyakit kanker.

Mengubur sampah juga merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan apalagi jika yang dikubur adalah sampah bahan-bahan yang mengandung unsur kimia seperti batu batre bekas.

Hal ini selain merusak kandungan tanah juga racunnya akan terlepas saat terurai cuaca dan menyebar melalui udara, air, dan makanan.

Untuk itu sampah jangan dibakar, dibiarkan berserakan dan di kubur, apalagi sudah ada undang-undang Negara no.18 tahun 2008 yang melarang sampah dibakar, dibuang di sembarang  tempat dan dikubur, walau pada kenyataanya undang-undang ini belum ada penerapannya dengan baik oleh masyarakat.

Ternyata tanpa kita sadari membuang sampah dengan cara pemindahan dari rumah kita ke TPS selanjutnya ke TPA itu hanyalah pemindahan masalah saja.

Ketika kita membuang ke TPS mungkin rumah kita bersih dan sehat tapi kemudian dampak yang ditimbulkan sampahnya akan pindah ke orang lain yang berada di sekitar TPS, begitu pula saat sampah dipindah ke TPA. 

Untuk itulah mari mulai dari sekarang kita untuk rajin memilah-milah sampah rumah kita sendiri.

Lebih jauh YPBB menjelaskan, ada 2 langkah sederhana yang setidaknya  akan  menyelesaikan 70% persoalan sampah.

Pertama, pisahkan sejak membuang sampah antara bahan organis (bisa/mudah terurai berasal dari hewan atau tumbuhan) dan bahan non organis (sulit atau tidak bisa diuraikan berasal dari minyak bumi dan hasil tambang).

Seperti kita ketahui sampah rumah kita itu terdiri dari 50% bahan organis, 20% bahan non organis yang bisa diolah/dimanfaatkan dan 30% bahan non organis yang tidak bisa diolah/dimanfaatkan. 

Kedua  memanfaatkan sampah organis melalui proeses pengomposan dan sampah non organis yang bisa diolah melalui proses daur ulang. Artinya kita hanya membuang sampah non organis yang tidak bisa diolah sebanyak 30% karena sampah yang 70%nya kita manfaatkan.

 Pengelolaan Limbah Dapur 

Salah satu sampah organis yang paling menimbulkan persoalan adalah sampah rumah tangga atau limbah dapur.

Meskipun bahan yang mudah terurai akan tetapi hampir kebanyakan masyarakat membuangnya begitu saja, dari sampah limbah dapur inilah yang menimbulkan persoalan bau tidak sedap, racun, dan menghalangi keindahan.

Ada salah satu metode pengomposan sampah limbah dapur yang bisa dilakukan dengan mudah dan sederhana yaitu Lodong Sesa Dapur (loseda) atau Pipa Sisa Dapur, sesa artinya sisa dalam bahasa Sunda. 

Loseda merupakan metode yang diperkenalkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan  Kota Bandung yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat khususnya kepada ibu-ibu melalui para kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Loseda adalah pipa penampung sisa makanan seperti nasi, sayuran, daging yang sudah tidak bisa di makan lagi. Dibiarkan beberapa bulan hingga menghasilkan kompos yang bermanfaat buat pupuk tanaman.  

Dikutip dari AyoBandung.com , pipa atau paralon berukuran 120cm dengan lingkaran berdiameter 6 inci atau sesusai kebutuhan di tanam ke dalam tanah dengan kedalaman 30-40 cm. Bagian yang ditanam di beri sejumlah lubang sebagai jalan keluar masuk cacing.

Bagian atasnya dimasukan sisa makanan dan disirami air cucian beras tambah sedikit gula merah. Kemudian ditutup dengan penutup pipa sesuai ukurannya. Jika di rumah tidak ada lahan tanah, bisa pakai pot besar, paralon yang dipakai lebih kecil dari ukuran standar (6 inchi).

Abah San San, Ketua RW, 05 Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung salah seorang tokoh masyarakat yang melaksanakan program Loseda di lingkungannya menuturkan setelah 5 sampai dengan 6 bulan kompos akan dihasilkan. Sebelumnya, selama 4 bulan setiap hari loseda di masukan limbah dapur dan untuk mencegah bau ditaburi satu sendok gula pasir.

Sebuah metode tanaman bernama Organik Tower Garden (OTG) yaitu pot yang terbuat dari ember-ember bekas disusun ke atas, diberi celah-celah dipinggirnya, dipadati tanah, lalu ditanami berbabagi bibit sayuran.

Merupakan sebuah metode menanam dalam rangka salah satu solusi ketahanan pangan keluarga untuk memenuhi  gizi keluarga di lahan sempit atau pemukiman penduduk perkotaan. 

Ditengah OTG dipasang  Loseda sehingga nanti akan menjadi pupuk alami untuk tanaman sekitar OTG. Sayuran segar didapat, limbah dapur terselesaikan.  Ayo, Mari kita buat !

Namun, sekali lagi kembali ke soal prilaku, kemauan, semangat, dan konsisten masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah dengan berbagai metode apapun, sehingga persoalan sampah bukan lagi persoalan yang rumit. Tetap sehat, semangat, dan waspada, semoga pandemi  segera berlalu. Salam lestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun