Potret-potret tua yang bercerita
membuat diriku penuh nostalgia
dan sekejap mata masa indah itu hadir dihadapanku.
Â
Teman-teman lama sahabat setia
selalu bersama dalam suka duka
tak perhah mengenal kata putus asa
dalam mengejar mimpi dan cita-cita.Â
Â
Itulah beberapa bait lagu berjudul "Potret" yang di populerkan oleh Titi Dj karya cipta dan musiknya diaransemen secara apik oleh Indra Lesmana dan Mira Lesmana. Diliris tahun antara tahun 1987 dan 1988. Lagu ini sering terdengar di beberapa Radio konvesional saat saya duduk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Atas (SMA).
Karena lirik yang dalam dan musiknya yang ciamiklah membuat lagu tersebut sangat saya suka hingga saat ini, kalau didengarkan membuat terbawa perasaan (baper, istilah zaman sekarang) terbuai kenangan masa-masa lalu yang indah, seru, mengaharukan dan perasaan-perasaan lain yang tak dapat diungkapan, terutama kenangan saat SMA. Saya pikir , hal ini juga pasti sama dirasakan oleh orang lain yang suka juga dengan lagu ini.
Konon, orang yang kelahiran tahun 70an seperti saya adalah orang beruntung dan luar biasa karena bisa merasakan ragam suasana dari zaman dulu hingga zaman modern. Saat anak-anak, merasakan bagiamana kesederhanan kehidupan, alam yang masih menyegarkan, dan akrab dengan permainan tradisional seperti gatrik, galah, sonlah, sapintrong dan sebagainya.
Selain itu, merasakan televisi hitam putih dan sebuah alat dari mika kaca yang membuat televisi jadi berwarna tapi hanya 3 warna yaitu merah, kuning, hijau (yang paham pasti akan senyum-senyum mengingatnya) dengan stasiun televisi satu-satunya yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Merasakan pula radio masih Amplitudo Modulation (AM) dengan Radio Republik Indonesia (RRI) dan radio---radio swasta yang populer pada masa itu.
Saat beranjak remaja, tahun 80an, merasakan masa apa yang dinamakan golden memoris khususnya soal music dan awal perubahan masa menuju masa modern seperti fashion dan elektronika. Memasuki masa dewasa tahun 90an merasakan  era digital dan adanya telepon genggam.Â
Memasuki masa paruh baya atau mendekati usia tua di tahun 2000 Â bisa merasakan kehidupan era millenium, bisa mengenal media sosial, fitur, atau aplikasi.
Demikian halnya dengan foto, begitu indahnya bisa merasakan mulai dari kamera analog menggunakan batu batre, klise, dan cetak fotonya memakai cairan kimia dan kertas foto atau istilahnya afdruk ( separan dari bahasa Belanda yang artinya cetak) kemudian kamera poloroid, kamera saku, kamera DSLR, kamera digital, hingga kamera fitur canggih smartphone di masa sekarang.
Hasil-hasil foto masa lalu biasanya disimpan dalam sebuah buku album ada yang memang bagus dan indah sesuai warna aslinya, ada yang burem, luntur karena kebasahan atau termakan usia. Lucunya jika fotonya gagal misalkan karena lupa membuka tutup kamera belakang padahal negatif film (kilse) membuat  menggulung dan terbakar,  akan membuat penyesalan seumur hidup. J
Sekarang, jika foto-foto tersebut masih tersimpan dengan baik, saat membuka album foto kenangan tersebut dipastikan akan membuat sejuta rasa menyelimuti hati mengenang suasana dalam fotonya dan juga wujud foto klasiknya. Â
Tak hanya senyum atau tawa yang tercurahkan, tapi juga suasana sedih bahkan membuat menangis antara memendam rindu dan mengenang kejadiannya, apalagi orang yang ada dalam foto itu sudah meninggal atau tidak tahu rimbanya. Memang sedikit lebay, tapi itulah kenyataannya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H