Increasing Power Through Political Activity
Memperoleh dan menggunakan kekuasaan sebagian besar merupakan proses politik. Politik melibatkan kegiatan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menggunakan kekuasaan dan sumber daya lainnya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan di masa depan ketika ada ketidakpastian atau ketidaksepakatan tentang pilihan. Pemimpin yang terampil secara politis berusaha untuk memahami sudut pandang, kebutuhan, keinginan, dan tujuan orang lain, serta menggunakan pemahaman mereka untuk memengaruhi orang lain agar bertindak dengan cara-cara yang dapat membantu pemimpin mencapai tujuan tim atau organisasi. Sebagai contoh, para pemimpin di sebagian besar organisasi terlibat dalam aktivitas politik yang bertujuan untuk memengaruhi kebijakan dan keputusan pemerintah karena pilihan pemerintah merupakan sumber ketidakpastian yang penting bagi bisnis dan organisasi nirlaba. organisasi nirlaba.
a. Leader Frames of Reference
Frame (Bingkai) adalah perspektif dari mana seorang pemimpin memandang dunia; mempengaruhi bagaimana pemimpin berinteraksi dengan pengikut, membuat keputusan, dan menjalankan kekuasaan. Structural frame (Bingkai structural) adalah kerangka acuan pemimpin yang menekankan pada perencanaan, penetapan tujuan, dan mengklarifikasi harapan sebagai cara untuk memberikan keteraturan, efisiensi, dan stabilitas. Human resource frame (Kerangka sumber daya manusia) adalah kerangka acuan pemimpin yang mendefinisikan masalah dan isu-isu dalam istilah interpersonal dan mencari cara untuk menyesuaikan organisasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Musk sering kali terlihat menggunakan pendekatan yang lebih inovatif dan visioner sebagai kerangka acuan kepemimpinannya. Ia cenderung fokus pada bagaimana teknologi dapat mengubah dunia dan bagaimana perusahaannya dapat menjadi pemimpin dalam transformasi tersebut.
Political Frame (Bingkai politik) adalah kerangka acuan pemimpin yang memandang organisasi sebagai arena konflik atau ketegangan atas alokasi sumber daya yang langka. Symbolic Frame (Bingkai simbolik) adalah kerangka acuan pemimpin yang memandang organisasi sebagai sistem makna bersama dan berfokus pada visi, budaya, dan nilai-nilai bersama untuk mempengaruhi orang lain.
b. Political Tactics for Asserting Leader Influence
Kekuasaan seorang pemimpin tidak akan berguna jika tidak digunakan untuk memengaruhi orang lain untuk mengimplementasikan keputusan, memfasilitasi perubahan, dan mencapai tujuan, yang membutuhkan keterampilan dan kemauan. Tidak semua upaya untuk menggunakan kekuasaan menghasilkan pengaruh yang nyata. Beberapa penggunaan kekuasaan akan ditolak oleh para pengikut, terutama jika dianggap mementingkan diri sendiri. Para pemimpin harus menentukan pendekatan terbaik untuk menggunakan kekuasaan mereka-yaitu, pendekatan yang paling mungkin mempengaruhi orang lain-dengan mempertimbangkan individu, kelompok, dan situasi yang terlibat. Selain itu, mereka juga harus memahami prinsip-prinsip dasar yang dapat membuat orang lain mengubah perilaku atau sikap mereka. Musk telah menggunakan berbagai taktik politik untuk memperkuat posisinya, baik di dalam maupun di luar perusahaannya. Contohnya termasuk membangun hubungan dengan para pemimpin pemerintahan dan regulator untuk mendapatkan dukungan untuk proyek-proyek inovatifnya, seperti SpaceX mendapatkan kontrak besar dari NASA. Perhatikan bahwa sebagian besar dari hal ini melibatkan penggunaan kekuatan pribadi yang lembut daripada hanya mengandalkan kekuatan yang keras, kekuatan posisi atau penggunaan penghargaan dan hukuman:
- Appeal to a vision or higher purpose.
- Use rational persuasion.
- Help people to like you.
- Rely on the rule of reciprocity.
- Develop allies.
- Ask for what you want.
Don't Abuse Leadership Power
Salah satu pertimbangannya adalah perbedaan antara pemimpin yang dipersonalisasi dan pemimpin yang disosialisasikan. Perbedaan ini terutama mengacu pada pendekatan pemimpin terhadap penggunaan kekuasaan. Pemimpin yang dipersonalisasi biasanya egois, impulsif, dan menggunakan kekuasaan untuk kebutuhan dan kepentingan mereka sendiri, bukan untuk kebaikan organisasi. Pemimpin yang tersosialisasi menggunakan kekuasaan untuk melayani tujuan yang lebih tinggi yang akan bermanfaat bagi orang lain dan organisasi secara keseluruhan. Pemimpin yang dipersonalisasi dicirikan sebagai pemimpin yang menonjolkan diri, tidak egaliter, dan eksploitatif, sedangkan pemimpin yang disosialisasikan adalah pemimpin yang memberdayakan, egaliter, dan suportif. Perilaku yang dipersonalisasi didasarkan pada kepedulian terhadap diri sendiri; perilaku yang disosialisasikan didasarkan pada penghargaan terhadap orang lain. Meskipun Musk memiliki kekuatan yang besar dalam perusahaannya, penting bagi pemimpin untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan mereka. Musk sering kali dikritik karena beberapa keputusannya yang dianggap terlalu keras atau terlalu ambisius, seperti menetapkan target yang hampir mustahil atau memaksakan budaya kerja yang sangat intens. Bagi seorang pemimpin, menjaga keseimbangan antara mendorong inovasi dan menjaga kesejahteraan karyawan adalah kunci untuk keberhasilan jangka panjang.