Mohon tunggu...
kardianus manfour
kardianus manfour Mohon Tunggu... Editor - belajar mencintai kebijaksanaan hidup

mahasiswa filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Mana Ada "Ata Kolang", di Situ Ada "Pusu Wokok"

19 November 2021   14:35 Diperbarui: 26 November 2021   00:45 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: Tangkapan layar dari YouTube Toton MB/BEO KOLANG PUU)

Pemerintah juga kurang melihat perbandingan antara Indeks harga yang diterima petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib) ( NTP). NTP data Kolang selalu kurang lebih 100, artinya para petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya.

Selain mbereh, ata kolang juga saya kaitkan juga dengan pusu wokok. Saya melihat dan merasakan juga banyak ata Kolang yang pusu wokok. Setidaknya, saya mengakui juga bahwa ayah saya adalah orang yang pusu wokok dan saya juga mempunyai kemungkinan untuk pusu wokok. 

Pusu wokok mungkin berkonotasi negatif, akan tetapi pusu wokok bagi saya memiliki nilai dan muatan filosofis yang cukup mendalam. Seyogianya, Pusu wokok-nya orang Kolang demi semata-mata untuk kebaikan dan kebenaran. 

Ata Kolang adalah orang yang mempunyai prinsip hidup. Saat berbenturan dengan ketidakadilan, di situlah muncul pusu wokok. Ata Kolang adalah orang yang tegas. Saat anak-anak mereka menyeleweng dari kebenaran hidup di situlah muncul pusu wokok. "Di mana ada Ata kolang, di situ ada pusu wokok".

Menjadi Ata Kolang

Saya pun kemudian tidak pernah berhenti berefleksi tentang arti "menjadi ata Kolang". Saya membawa nilai mbereh di mana saja saya berada dan menganut pusu wokok saat keadilan tidak tercapai. 

Dalam perjalanan waktu, saya belajar bahwa nilai mbereh data Kolang sangat relevan untuk manusia-manusia zaman ini. Akan tetapi, pusu wokok menurut saya pribadi perlu dilihat secara mendalam lagi. 

Orang-orang kolang yang pusu wokok, membela kebenaran dan keadilan, akan seperti sepert Sokrates dalam dunia Yunani kuno, ia dijauhi dan diadili. Mungkin juga akan seperti "Yesus yang pusu Wokok" demi kebenaran tetapi berakhir pada palang kematian.

Saya menyetujui nilai pusu wokok ini, hanya saja saya kurang menyetujui cara menyampaikan pusu wokok ini "karena daya refleksi manusia zaman ini". Ata Kolang ata pusu wokok melihat segala sesuatu secara ontologis. 

Ata pusu wokok untuk kebenaran dan kebaikan tidak akan peduli dengan cara yang mereka sampaikan tetapi mereka memiliki hati yang tulus untuk menyampaikan kebenaran. Mereka mempunyai tujuan yang baik. 

Walau begitu, cara pandang orang-orang saat ini hanya mementingkan sisi fenomen, sisi lahiriah saja. Secara fenomen baik dan halus tetapi secara ontologis licik dan menghanyutkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun