Mohon tunggu...
kardianus manfour
kardianus manfour Mohon Tunggu... Editor - belajar mencintai kebijaksanaan hidup

mahasiswa filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menjadi Bijaksana bersama Sokrates

17 Oktober 2019   12:39 Diperbarui: 17 Oktober 2019   16:34 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sokrates adalah salah satu filosof tersohor pada zamannya yang mengajarkan tentang kebijaksanaan hidup. "Aku tahu bahwa aku tidak tahu" merupakan adagium yang selalu didengungkanya dalam mencari kebijaksanaan hidup. 

Dari adagium ini, Sokrates mau mengajarkan tentang kerendahan hati dalam pengetahuan. Dia menyadari bahwa dia benar-benar tidak tahu akan sesuatu. Walaupun sesuatu itu menjadi keahliannya. Manusia memang benar-benar tidak tahu akan sesuatu.

Pada zaman Sokrates, kaum Sofis begitu memuja pengetahuannya. Kaum sofis menjual pengetahuan untuk mendapatkan uang. Kaum sofis merasa bahwa mereka memiliki pengetahuan yang luas akan sesuatu; akan 'ada' itu sendiri. Kaum Sofis menjadi congkak dengan pengetahuannya. 

Sokrates pergi ke jalan-jalan dan alun-alun untuk berdiskusi; untuk mengajarkan kebijaksanaan tanpa bayaran dan imbalan. Sokrates lalu menantang setiap orang yang merasa memiliki pengetahuan akan sesuatu. 

Motode yang digunakan sokrates untuk menyadarkan bahwa mereka benar-benar tidak tahu adalah bertanya. Sokrates bertanya kepada mereka tentang ilmu yang dikuasai oleh mereka. 

Sokrates bertanya dan orang yang merasa ahli itu menjawab. Sokrates terus bertanya sampai orang tersebut tidak bisa menjawab dan tidak tahu lagi mau menjawab apa dengan pertanyaan sokrates. Orang itu akan merasa malu karena memang dia benar-benar tidak tahu akan ilmu yang dia katakan sebelumnya tahu.

Dari hal ini, kita dapat belajar bahwa kita memang  tidak benar-benar tahu akan sesuatu. Jangan terlalu bersikap sombong dengan pengetahuan yang kita miliki. Pengetahuan itu terbatas sementara obyek pengetahuan tidak akan terbatas. 

Pengetahuan itu membantu kita untuk semakin bersikap rendah hati. Pengetahuan sebagai sebuah instrumen yang membantu kita untuk lebih mengenal kehidupan kita. 

Katakan kepada diri kita bahwa  kita tahu bahwa kita tidak tahu. Dengan adagium ini, kita akan semakin terpacu dan memiliki hasrat yang kuat dalam diri untuk mengejar pengetahuan. 

Ada benarnya apa yang disampaikan Sokrates tentang ketidaktahuan manusia. Misalnya seorang dokter ahli mata yang sudah puluhan tahun belajar tentang indera mata tetap tidak benar-benar tahu akan mata itu sendiri. Walaupun dia bisa menjelaskan tentang definisi, fungsi, komponen dari indera mata. 

Sekali lagi dia tidak akan benar-benar tahu akan keseluruhan mata itu sendiri. Coba bertanyalah secara terus menerus kepada seorang ahli. Ahli apapun itu pada suatu titik tidak akan bisa menjelaskan secara lebih mendalam dan detail tentang ilmu yang dia kuasai.

Sokrates juga mengajarkan bahwa pentingnya kegiatan bertanya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita bertanya agar kita semakin masuk pada kedalaman hidup kita. Kita bertanya agar kita dapat mendapat jawaban atas kebingungan kita; atas masalah kita dan atas tantangan hidup kita. 

Kita bertanya agar kita semakin kritis dan selektif dengan dunia saat ini; dengan idelogi kita; dan dengan persepsi kita. Pada akhirnya kita akan semakin bijaksana dalam menyikapi kehidupan ini.

Ada banyak pertanyaan yang mungkin bagi kita saat ini tidak menemukan jawaban. Dari hal ini, kita sebenarnya bertanya demi pertanyaan itu sendiri. Ada banyak hal yang bagi kita di luar nalar dan pemikiran kita. Ada banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab karena memang kita tidak akan pernah tahu akan sesuatu. Kita hanya tahu secara parsial. 

Oleh karena itu, marilah kita berjalan bersama Sokrates, dengan adagium Sokrates: "saya tahu bahwa saya tidak tahu", dengan motode bertanya Sokrates agar kita semakin mampu memahami esensi bahkan eksistensi hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun