Data dan fakta ini dapat kita pelajari dari apa yang telah digapai oleh Amerika Serikat dalam pertumbuhan ekonomi khususnya, dan solidaritas sukarela kehidupan sosial masyarakatnya (Amerika tidak seindividualistis yang kita bayangkan).Â
Berkaca dari berbagai uraian kasus tersebut di atas, maka Bangsa Indonesia yang justru berlimpah dengan berbagai modal sosial yang berasal dari berbagai budaya (pluralisme dan multikulturalisme) dan agama Islam mayoritas justru masih belum mampu memaksimalkan segala potensi yang ada hingga saat ini, khususnya terhadap agama Islam, yang mana sebagai ajaran yang memliki modal sosial terbesar dalam komunitas Indonesia justru sudah seharusnya menanggung beban yang begitu berat dan mulia untuk mentransformasikan nilai-nilai etik profetiknya dalam kehidupan universal bangsa Indonesia, sehingga nilai-nilai etik Islam yang berskala universal mampu menjangkau seluruh umat manusia demi terwujudnya kemaslahatan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai pengejawantahan berbagai modal sosial budaya, agama dll hendaknya kembali dijadikan pedoman paradigma dalam menyusun segala kebijakan-kebijakan negara yang berorientasi demi pembangunan nasional, sehingga hasil kemajuan yang mampu tergapai tetaplah senafas dengan jiwa budaya bangsa kita sendiri yakni Pancasila, tentunya hal ini juga harus didukung oleh karakter para birokrat yang memilki kompetensi untuk menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik. Perlunya penggalian karakter dari para negarawan yang berwatak Pancasilais semoga diharapkan mampu membawa Indonesia kepada "jembatan emas" kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Merdeka!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H