Mohon tunggu...
Hanny Kardinata
Hanny Kardinata Mohon Tunggu... Desainer -

Pendiri situs pengarsipan Desain Grafis Indonesia (dgi.or.id), penulis buku Desain Grafis Indonesia dalam Pusaran Desain Grafis Dunia (2016).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan Kembali (3)

12 Juli 2017   12:30 Diperbarui: 14 Juli 2017   14:55 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
8. Desain radio kayu Magno, hasil rancangan Singgih Susilo Kartono.

Pada 1997, desain radio kayu Magno memperoleh penghargaan dari International Design Resource Award (IDRA), Seatle, Amerika. Indonesia Good Design Selection diterimanya dari Indonesia Design Center pada 2005, lalu Good Design Award dari Pemerintah Jepang pada 2008, Design for Asia Award 2008 dari Hong Kong Design Center, dan Design Plus Award dari Ambiente-Frankfurt Germany pada 2009. Penghargaan demi penghargaan mengalir dengan sendirinya tanpa upaya apa pun untuk sengaja meraihnya.

Sepeda pagi
Singgih tak ingin berpuas diri pada kesuksesan Magno. Sejak 2015, ia menginisiasi gerakan global yang dinamainya Spedagi, berasal dari kata "sepeda pagi". Slogannya It's time back to village.

Bersepeda pagi di tengah alam pedesaan dilakukan Singgih pada awalnya untuk menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuhnya. Kegiatan ini ternyata menuntunnya menemukan cara unik untuk mengembangkan desa. Lahirlah ide untuk merancang sepeda bambu (Gb. 12), sepeda yang kemudian menjadi ikon Spedagi. Singgih yakin keunikan sepeda bambu, keindahan alam desa, dan kenangan akan desa sesungguhnya adalah "magnet" yang bisa menarik orang datang kembali ke desa.

12. Salah satu model Spedagi rancangan Singgih Susilo Kartono.
12. Salah satu model Spedagi rancangan Singgih Susilo Kartono.
Di balik keindahan dan kedamaiannya, desa sebenarnya juga menyimpan banyak masalah. Permasalahan desa yang semakin menumpuk terus menggerogoti potensi desa. Warga desa saat ini tidak mampu lagi mengurai berbagai permasalahan yang dihadapi akibat brain drain dari desa ke kota.

Menurut Singgih, perlu upaya untuk mengajak para "pemikir" agar mau tinggal di desa dan membantu memecahkan masalah yang ada. Dengan pendidikan dan keahlian yang dimiliki, kehadiran pihak luar bisa menolong masyarakat desa mengatasi permasalahannya sekaligus mengembangkan potensi desa. Kehadiran pihak luar ke desa menjadi dukungan untuk menyadarkan masyarakat desa tentang pentingnya menjaga berbagai kearifan lokal yang kini mulai ditinggalkan.

Panggilan 'kembali ke desa' ini dinyatakannya demikian:

"Spedagi merupakan sebuah gerakan yang bertujuan melakukan revitalisasi desa, membawa desa kembali menemukan jati dirinya sebagai komunitas lestari dan mandiri. Peran desa terhadap keberhasilan upaya membangun kehidupan yang berkelanjutan sangat signifikan di saat ini dan masa mendatang. Kehidupan yang lestari di bumi tidak akan berhasil diraih jika populasi manusia masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Redistribusi populasi dari kota ke desa adalah sebuah keharusan jika kita ingin kehidupan di bumi ini berkelanjutan."

"Hidup di desa memberikan peluang untuk menekan serendah mungkin emisi karbon, memperoleh makanan sehat dari sumber terdekat, menghasilkan sumber energi sendiri dan juga membangun hubungan sosial yang baik. Desa memberikan peluang lebih besar untuk meraih kehidupan berkualitas yang sesungguhnya, ketika kesejahteraan manusia dan kesejahteraan alam bisa dibangun bersamaan. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, di mana batas-batas geografis bukan halangan lagi, merupakan momentum dan kesempatan yang tepat untuk kembali ke desa dan menghidupkannya kembali."[4]

---------

[3] Magno Design, http://www.magno-design.com/, diakses 21 Juli 2015.

[4] Spedagi: Sepeda Bambu untuk Revitalisasi Desa. Spedagi, http://dev.spedagi.org/, diakses 19 Juli 2015.

[Bersambung »]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun