Mohon tunggu...
Hanny Kardinata
Hanny Kardinata Mohon Tunggu... Desainer -

Pendiri situs pengarsipan Desain Grafis Indonesia (dgi.or.id), penulis buku Desain Grafis Indonesia dalam Pusaran Desain Grafis Dunia (2016).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengonstruksi Identitas Diri dengan Narasi

9 Juli 2017   15:35 Diperbarui: 10 Juli 2017   08:15 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menerima kebenaran, membebaskan

"To me, it's not who you love... a man, a woman, what have you... it's the fact that you love. That is all that truly matters." ---Al Pacino

Sesudah membaca surat dari Annie, yang mengungkapkan pengertiannya bila Liza merasa tak nyaman dan tak ingin menemuinya lagi, Liza pun mulai mengevaluasi kembali identitasnya: "Betul bahwa aku tak sepenuhnya sadar memikirkan untuk menjadi gay. Tapi juga benar jika aku memang gay, keduanya tak saja menjelaskan apa yang terjadi selama ini antara aku dan Annie serta perasaanku kepadanya, namun juga banyak hal dalam hidupku sebelum aku mengenalnya---segala hal yang tak pernah kupikirkan lebih jauh sebelumnya."

Memikirkan untuk menjadi gay, menceritakan kisah ketertarikannya pada Annie, dan menulis surat untuk Annie (yang tak pernah dikirimkannya) menolong Liza "menyelesaikan banyak hal" dalam hidupnya; dengan kata lain, keterikatannya pada aktivitas dikursusnya telah membantunya mengonstruksi identitasnya sebagai lesbian.

Tapi pelabelan itu dinilainya tak sedap. Liza tak pernah nyaman dengan istilah "gay" dan "lesbian". Dalam sebuah perbincangan dengan Annie, Liza mengatakan, "Annie, I---I love you, it's crazy, but thats the one thing I am sure of. Maybe---well, maybe the other, being gay, having that---that label, just takes getting used to, but, Annie, I do love you." Jelas, aktivitas bercakap-cakap dan menulis merupakan komponen penting pada pengembangan identitas Liza; ia membangun dan memahami identitas dirinya melalui tulisan-tulisannya dan dalam percakapannya dengan Annie. Ketaknyamanannya dengan label itu bisa jadi merupakan pemahaman yang tak diartikulasikannya bahwa mencintai Annie tak harus membuatnya menjadi gay, mungkin menyebabkannya jadi berbeda saja.

Kegandrungan Liza pada cerita Plato mengenai sepasang kekasih yang sebenarnya adalah dua bagian dari orang yang sama, lebih jauh menjelaskan nilai-nilai yang dipercayainya ada pada kekuatan narasi dalam mengonstruksi identitas: "Aku mencintai kisah itu sejak pertama kali mendengarnya---di tahun-tahun awal aku bersekolah, kupikir---itu karena terasa adil, dan benar, juga bijaksana." Pertalian antara narasi dan identitas menjadi semakin kuat dirasa ketika Annie dan Liza menemukan sebuah buku homoseksualitas tersembunyi di rumah kedua gurunya itu.

"Tidak baik bagi kita memiliki rasa takut terlihat membaca buku yang kita berhak membacanya... Liza, janganlah begitu. Jangan takut atau malu membeli buku, dan ketika kita membelinya, janganlah menaruhnya di tempat tersembunyi. Itu tidak jujur, tidak benar, dan adalah penyangkalan atas segala hal yang kita rasakan satu sama lain."

Jelang akhir cerita, Liza menjadari dampak keengganannya mengontak Annie selama ini terhadap hubungan mereka: "Enam bulan berhenti menulis---itu sungguh terasa berbeda." Perbedaannya tentu saja adalah pada stagnannya perkembangan identitas seksualnya. Pada saat diskursus tak lagi hadir, perkembangan identitas visualnya tinggallah statis. Ia insaf harus membangun kembali relasinya dengan Annie, dengan menulis atau bercakap-cakap. Tapi daripada menulis surat yang dirasanya cenderung fragmentaris, Liza memutuskan untuk menelepon Annie. Tak banyak kata mengalir dari keduanya, kecuali luapan perasaan dua insan yang bertaut kembali.

"I---yes. Annie---sorry. I---I'm crying---it's so good to hear your voice again."

"I know, I'm crying, too."

Cerita ditutup dengan afirmasi keduanya yang berjanji akan terus saling mencintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun