Ingat kisah Qobil dan Habildalam berkurban ? Kurban Habil diterima karena dia mengurbankan binatang ternak yang sangat berkualitas lagi sangat dicintainya. Sebaliknya kurban Qabil tidak diterima karena memang dalam beramal ia memilih hasil pertanian yang tidak berkualias dan tidak di sukainya.
Oleh karena itu saat orang miskin mengeluarkan uang sepuluh ribu untuk beramal, belum tentu pahalanya tidak lebih besar dari orang kaya yang beramal ratusan ribu. Karena boleh jadi orang miskin tersebut hanya memiliki uang sebesar itu saat ia beramal. Pahala itu kemungkinan besar juga dinilai dari berapa persen dari harta yang kita keluarkan. Seratus ribu tidak ada apa-apanya bagi orang yang punya uang puluhan juta, ratusan juta, atau bahkan milyaran rupiah bukan?
Intinya semakin besar amal kita maka semakin besar pula pahala untuk kita. Wajar saja, semakin besar nilai materi yang kita keluarkan misalnya, maka semakin besar pula kemanfaatan yang akan didapatkan, dan tentunya yang terpenting semakin besar ganjalan dalam hati dan pikiran yang harus kita lawan.
Sehingga tak ayal sejarah mencatat bahwa Abu Bakar As Sidiq pernah menyedekahkan seluruh harta kekayaannya. Umar bin Khattab mewariskan 7.000 properti senilai tryliunan rupiah. Utsman Bin Affan mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar senilai trilyunan rupiah. Abdurrahman Bin Auf pernah sedekah 42,9 miliar rupiah, lantas hal berharga apa yang sudah kita amalkan untuk agama dan kemaslahatan umat ?
Jika memang meneladani para sahabat begitu sulit, setidaknya kita harus memiliki keinginan atau bahkan segera kita realisasikan jika sekarang sudah memiliki kemampuan untuk membangun masjid, membangun panti asuhan, membangun sekolah dan pondok pesantren. Atau setidaknya kita wakafkan tanah kita untuk membangun masjid, sekolah, dan panti asuhan.
Jika terasa berat,yakinlah  kelak akan sangat bisa meringankan beban bahkan sangat membuat kita bahagaia di alam kubur, bahkan hingga alam-alam setelahnya, Jika kita mau melawan rasa berat itu untuk segera mengambil tindakan untuk berwakaf di jalan Allah.
2.Ilmu yang Bermanfaat
Oleh karena itu saat ini penulis mulai semakin semangat menulis, terutama di internet. Hal ini selain karena baru bisa menuangkan niat tersebut di internet, juga dikarenakan internet merupakan salah satu tempat paling strategis untuk menyebarkan ilmu dan hal-hal yang bermanfaat.
Terlebih di internet tak sedikit hal-hal negative, maka berperang dengannya melalui ilmu-ilmu manfaat adalah suatu keharusan.
Seorang ustadz pernah mengatakan bahwa tentara-tentara Allah sekarang ini bukan lagi yang mengangkat pedang. Namun tentara-tentara Allah sekarang adalah mereka-mereka yang menyebarkan kemanfaatan di internet, merekalah tentara-tentara cyber. Dan penuis pun, sangat berminat untuk menjadi tentara-tentara cyber tersebut.