Mohon tunggu...
Dede Tatang
Dede Tatang Mohon Tunggu... Guru - Putra Kamal, Larangan Brebes

Tulisan Anak Desa Untuk Negeri Tercinta Me Visit us : www.duniaelektronik.net , www.inspirasi-dttg.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Pembantu Lebih Berharga dari Guru Honorer?

17 Oktober 2017   14:11 Diperbarui: 17 Oktober 2017   14:13 2270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guru , siapa yang tak pernah mengenal jasa seorang guru ? Petani , Pengusaha, Dokter, bahkan Presiden takan mungkin bisa seperti sekarang tanpa jasa besar seorang guru didalamnya.

Guru bagai purnama yang mampu menerangi dalam kegelapan, bahkan lebih dari itu ia laksana lampu yang kau bawa ditengah malam. Sampai kapanpun semua jasa guru takan mungkin bisa kau lepaskan dalam membimbing setiap langkah hidupmu.

Saya sangat optimis , Negara yang cepat maju adalah Negara yang sangat menjujung tinggi pendidikan. Guru adalah salah satu point penting dalam dunia pendidikan, karena ialah ujung tombak, muara dari semua tujuan pendidikan. Terasa miris rasanya , ditengah pemerintah gencar-gencarnya dengan program wajib 9 Tahun, dengan fasilitas BOS (Bantuan Operasional Sekolah) namun kesejahtraan guru honorer tidak diperhatikan.

Bukan berarti penulis anti pati terhadap bantuan pemerintah yang memberlakukan sekolah geratis pada anak negeri, khususnya tingkat SD , SMP. Namun jika kita flash back kebelakang penulis sangat yakin jika tanpa bantuan biayapun masyarakat akan senantiasa menyekolahkan anak-anaknya. Karena sampai kapanpun menyekolahkan anak setinggi-tingginya adalah kebangaan besar hampir semua orangtua.

Dan bekerja untuk membayar biaya pendidikan anak sendiri adalah suatu kewajaran yang mereka senantiasa senang dalam melakukannya.

Bantuan sekolah gratis yang tidak diimbangi pada kesejahtraan guru honorer itu sangat tidak elok. Padahal jika tanpa guru honorer penulis yakin pendidikan di negeri ini bisa lumpuh.

Tuntutan kerja yang semakin meningkat dihadapkan pada kebutuhan hidup yang sangat tinggi akan membuat  guru honorer tidak fokus dan maksimal dalam bekerja serta berkarya. Betapa tidak? Separuh waktu produktifnya untuk mencari penghidupan  ia habisakan di sekolah, namun bayaran yang ia  terima tak seberapa.

Bayaran yang diterima oleh guru honorer selain tidak layak juga sangat tidak manusiawi. Pembantu bahkan pemulung sekalipun bisa mendapatkan puluhan ribu rupiah perhari, namun bayaran guru honorer kebanyakan hanya sepuluh ribu perhari bahkan juga banyak yang kurang dari nominal tersebut. Padahal jika kita bandingkan jasa dan dampak kerja guru honorer dengan pembantu dan pemulung tentu jauh lebih besar manfaat dan tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang guru honorer.

Ketika bayaran yang tak seberapa namun tuntutan profesioanlitas kerja semakin tinggi, anak istri menunggu dinafkahi lantas apa yang bisa guru honorer perbuat? Sementara pendapatan yang ia terima setiap bulannya tak jarang banyak yang habis meski hanya untuk sekedar biaya transport kesekolah, karena faktanya banyak guru honorer yang mengabdi cukup jauh dari kediamannya.

Guru Adalah Orangtua Kita Semua

Tak peduli setinggi apapun jabatanmu sekarang, sebanyak apapun asset dan harta yang kau miliki. Tetap saja guru adalah orangtua kita semua yang tak bisa dilupakan begitu saja.

Hari-hari kita pernah dilalui bersama mereka. Kenakalan kita mereka hadapi dengan sabar, bahkan tak jarang saat kita masih usia sangat kecil (TK / Kelas 1 SD) kita sangat tergantung pada guru dalam menjaga dan mengurus kita di sekolah.

Bapak/Ibu yang terhormat, jika anda memiliki jabatan dan kekuasaan sekarang namun melupakan para guru, itu sama saja anda melupakan nasib orangtua anda sendiri.  Elokkah anak yang tak peduli dengan orang tuanya ?         Elokah seorang anak yang melupakan semua jasa orang tuanya? Jawabannya ada di hati masing-masing.

Ini adalah sebuah pertanyaan ringan dari saya untuk kita sama-sama renungkan.

Jika soudara ingin memberikan sejumalah uang pada sebuah keluarga mana yang akan soudara pilih, Memberikan uang tersebut pada anaknya , atau orangtuanya ?

Jika soudara memberikan uang pada anaknya saya yakin uang tersebut akan digunakan untuk banyak hal yang tidak bermanfaat, seperti untuk beli mainan atau jajanan saja, dan orangtuanya kemungkinan takan merasakan sedikitpun manfaat pemberian anda.

Beda halnya ketika soudara memberikan sejumlah uang pada orangtuanya, penulis yakin semuanya akan merasakan manfaatnya. Bahkan kemungkinan besar yang paling banyak menikmati manfaat tersebut adalah anaknya. Hal ini dikarenakan sudah menjadi tabiat setiap orangtua jika selalu mendahulukan kepentingan dan kebahagiaan anak-anaknya dibanding dirinya sendiri.

Ilustrasi diatas adalah sedikit gambaran bagi pemerintah yang hanya fokus memberikan berbagai bantuan langsung pada siswa tapi lupa pada kesejahtraan guru dan keluarganya.

Jika untuk kebutuhan hidupnya banyak guru yang harus pinjam sana-sini, kira-kira seberapa persen anda yakin guru tersebut bisa mengajar dan mendidik anak dengan baik di sekolah. Jangankan untuk mendidik anak orang lain dengan baik, tangisan anak sendiri yang meminta dibelikan berbagai keperluan agar bisa menjalani hidup seperti anak-anak yang lainpun terus mengganggu pikirannya.

Sekalipun kurikulum yang diterapkan sangat luar biasa bagusnya, jangan harap suatu pendidikan akan maju jika pelaksana utama pendidikan (guru) tersebut tidak diperhatikan, bahkan terkesan di injak-injak dan disepelekan. Jangankan oleh pemerintah, masyarakat awam saja pernah berkata pada saya "hanya bagus pakaiannya, tapi uangnya tidak ada ," ia berkata demikian karena saya berprofesi sebagai guru honorer.

Biaya Pendidikan Guru Vs Gaji Guru Honorer, Adilkah ?

Coba kita bayangkan berapa besar biaya pendidikan yang dikeluarkan seorang guru untuk dapat mengajar anak negeri. Dimulai dari  TK -- SMA, bahkan biaya Perguruan tinggi selama 4 tahun saja penulis yakin sangat cukup untuk mendirikan sebuah usaha yang membuahkan hasil setiap bulannya.

Bukan hanya uang yang telah dikorbankan guru dalam mengenyam pendidikan, namun yang lebih penting dari itu justru adalah waktu. Tidak sedikit dari para guru yang menjadi minder bertemu dengan kawan-kawannya dibangku dulu ia mengenyam pendidikan, hal ini dikarenakan banyak kawan dari mereka yang dulu mengambil jurusan lain dari dirinya, kini setiap bulannya sudah memiliki gaji besar, bahkan saat ini dia sudah memiliki kendaraan roda 4 sendiri.

Sementara apa yang harus ia banggakan dari profesinya sebagai guru honorer ?, hanya untuk mengganti sepatunyapun ia benar-benar harus bisa hidup prihatin.

Diapun tak lagi bisa membanggakan harapannya dulu sewaktu di bangku kuliah, yaitu harapnnya untuk diangkat menjadi PNS. Banyaknya teman-teman seprofesinya yang telah mengabdi sangat jauh lebih lama dari dirinya membuat hidupnya semakin pesimis akan makna kepedulian pemerintah pada dunia pendidkan.

Pengabdian Pada Tuhan dan Negara yang Membuat Guru Honorer Bertahan

Meski penulis yakin banyak guru honorer yang bertahan sampai belasan bahkan puluhan tahun salah satu alasan kuatnya adalah harapan bisa diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun penulis juga yakin tidak sedikit guru honorer yang lebih memilih bertahan menjadi guru karena saking besarnya rasa pengabdian kepada Tuhan dan Negara.

Profesinya ingin ia jadikan sebagai ladang pahala dan ibadah. Bahkan kecintaan pada Negeri adalah salah satu alasan kuat ia menjadi guru.  Dua alasan inipulalah yang membuat penulis tetap  bertahan menjadi guru sampai sekarang. Meski pendapatan sebulan dari menjadi guru bisa kalah dari pendapatan penulis selama 3 hari saat berwirausaha , atau bahkan sehari saat dulu aktif menulis artikel dalam kegiatan lomba. Namun profesi guru ternyata lebih berharga dari sekedar uang.

Selain karena ibadah cinta penulis pada Negara, karena bagi penulis guru merupakan jabatan paling startegis untuk mengabdi pada Bangsa terutama memajukan Indonesia dimasa mendatang.

Baca Juga : Indonesia Butuh Generasi Pembangun dan Pencerah Jiwa

Seharusnya kita semua sadar bahwa nasib Indonesia berada ditangan anak-anak kita yang saat ini berada di bangku sekolah. Seharusnya kitapun sadar bahwa kualitas generasi bangsa sangat ditentukan oleh kualitas gurunya. Dan salah satu pemicu kualitas guru adalah adanya penghidupan yang layak.

Rasanya akan sangat wajar pendapatan guru kecil bahkan tidak digaji sekalipun. Itu jika kita masih dalam masa penjajahan.

Kita sudah merdeka, bukan zamannya lagi guru hanya diperas tenaganya. Faktanya uang yang di ambil para koruptor sangat luar biasa banyaknya. Bahkan KPK tak pernah sepi dalam menangani kasus kejahatan terbesar di Negeri ini. Kejahatan korupto setidaknya sudah membuktikan bahwa harta dan asset Negara kita sangat banyak, terlebih jika melihat potensi alam dan sumber daya lain yang ada.

Haruskah sumber daya kita terus di kuasai bangsa asing ?

Kuaiitas pendidikanlah jawaban yang akan mengeluarkan semua masalah bangsa dimasa yang akan mendatang.

Negara boleh kaya tapi jika pendidikan generasinya memburuk, cepat atau lambat suatu Negara pasti hancur. Sebaliknya semiskin dan seterpuruk apapun suatu Negara jika kualitas pendidikannya di perhatikan maka cepat atau lambat Negara tersebut bisa menjadi Negara paling maju dan paling kaya di Dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun