Mungkin sikap Akbar Tandjung berbeda dengan sikap sejumlah pemimpin partai yang ada sekarang. Sekarang ini sering terjadi pemimpim partai kalah dalam pemilihan ketua baru, lalu meradang, menggugat atau membentuk partai baru. Bahkan ada politisi karena tidak dapat nomor urut yang dia inginkan dalam pemilu, pindah ke partai lain. Dengan kata lain, di partai cuma mau enaknya saja. Padahal partai adalah alat perjuangan.Â
Apa yang dilakukan Akbar Tandjung harusnya menjadi contoh, teladan bagi politisi-politisi muda dalam berpolitik. Sikap konsisten dan konsekuen yang ditunjukan Akbar Tandjung patut ditiru. Bahkan jika perlu bergurulah pada Bang Akbar, mungkin dengan cara berdiskusi atau mungkin juga berdebat, agar generasi muda, terutama politisi-politisi muda Golkar bisa menyerap ilmu dari sang maestro politik Indonesia ini.
Untuk menjaga kualitas  Partai Golkar, Akbar Tandjung  ingin Partai Golkar selektif dalam menerima siapa pun  yang ingin berkiprah di partai berlambang beringin itu. Akbar ingin semua kader minimal berpendidikan sarjana dan memiliki pekerjaan tetap yang tidak hanya mampu menghidupi keluarga, tapi juga bisa bersumbangsih untuk partai. Pertama, supaya orang yang berkiprah di Partai Golkar tidak bertujuan mencari nafkah. Karena partai bukan tempat mencari nafkah, tapi alat perjuangan untuk mencapai cita-cita politik.  Kedua, jika sang kader menjadi anggota DPR dia sudah punya bekal ilmu untuk diimplementasin di parlemen atau di departemen. Kader Golkar yang ada di parlemen saat ini adalah kader Golkar yang berkualitas, sehingga diakui kepiawaiannya baik oleh kawan maupun lawan politik.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H