Mohon tunggu...
Fahri Firdausillah
Fahri Firdausillah Mohon Tunggu... -

Programmer yang masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

1 Abad Qudsiyyah, Membumikan GusJiGang

2 April 2016   17:04 Diperbarui: 2 April 2016   17:22 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Fahri 1 Abad Qudsiyyah"][/caption]Beberapa teman anda atau kenalan anda mungkin ada yang sharing atau menggunakan gambar di atas sebagai profpic facebook atau twitter avatar. Pastinya yang men-share, mem-posting, dan menggunakan profpic tersebut adalah keluarga besar Madrasah Qudsiyyah Kudus.

"Satu abad Qudsiyyah bertabuh, membumikan GusJiGang untuk kemandirian bangsa" adalah tagline yang diangkat dalam peringatan 100 tahun Madrasah Qudsiyyah, madrasah tempat saya menimba ilmu selama 8 tahun dari tingkat Ibtidaiyyah hingga tingkat Aliyyah. Tagline yang sangat cocok sekali diangkat di masa saat ini, ketika bangsa Indonesia sedang berusaha untuk bangkit dan berkembang menjadi negara yang mandiri dan makmur sejahtera.

GusJiGang merupakan jargon dari simbah Sunan Kudus yang berarti "Lakune Bagus, Pinter Ngaji, Pinter Dagang" (Kelakuannya baik, pintar mengaji, dan pintar berdagang). Dalam artikel ini saya ingin sedikit membahas jargon tersebut secara sederhana.

Kata kunci yang kita dapatkan pertama adalah "Lakune Bagus", Kelakuan baik merupakan kunci dari pribadi yang besar. Manusia yang berilmu tinggi namun kelakuannya tidak baik malah akan membawa mafsadah yang lebih besar. Hal ini sangat senada dengan hadits yang menjelaskan bahwa diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlaq.

Kemudian setelah ada himmah untuk berlaku baik kata kunci yang kita dapatkan selanjutnya adalah "Pinter Ngaji". Keinginan untuk berlaku baik saja tidak cukup, seringkali apa yang kita maksudkan baik ternyata bukanlah hal yang baik menurut orang lain, lebih repot lagi ternya tidak baik secara syar'i. Di sinilah diperlukan ilmu pengetahuan terutama ilmu pengetahuan agama untuk memastikan laku baik yang kita jalankan adalah benar-benar baik, bukan hanya baik menurut kita.

Terakhir kata kunci yang diberikan adalah "Pinter Dagang". Bukan rahasia lagi kalau kemakmuran dunia menjadi daya tarik yang kuat sekali untuk seseorang melakukan sesuatu. Seringkali yang menjadi parameter kesuksesan kita adalah kesuksesan finansial, dan sudah banyak contoh orang baik yang akhirnya bisa disetir karena kebutuhan duniawi tidak tercukupi. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda yang maksudnya kurang lebih "Kefaqiran mendekatkan manusia kepada kekufuran". Pinter dagang menjadi penting bagi kita untuk memastikan kita dapat hidup mandiri dan tidak mudah disetir oleh "penyandang dana" yang memiliki visi kesalehan yang berbeda dengan kita. Dan lebih baik lagi jika kita juga dapat mengajak orang-orang di sekitar kita untuk menjadi lebih mandiri, berdiri di atas kaki sendiri, dan makan dari hasil usaha sendiri.

Ketika tiga  komponen GusJiGang yang meliputi behavioral, intelligential, dan financial berpadu dengan apik dalam jatidiri sebuah bangsa, sudah tidak perlu diperdebatkan lagi bangsa tersebut tentu akan menjadi bangsa yang maju dan mandiri. Tantangannya saat ini adalah bagaimana membumikan semangat  GusJiGang tersebut agar bukan hanya difahami oleh masyarakat luas, tapi juga diamalkan dengan baik.

Selama di Qudsiyyah saya tidak hanya diajarkan GusJiGang, tapi juga ditunjukkan secara langsung bagaimana implementasi dari GusJiGang tersebut. Meskipun saat ini saya sendiri belum bisa benar-benar menjalankan semangat GusJiGang dengan baik, InsyaAllah dengan barokan bimbingan dan doa yang tiada henti dari Masyayikh Qudsiyyah saya akan tetap berusaha memegang teguh dan mengamalkan semangat GusJiGang dalam kehidupan sehari-hari.

Diposting juga di http://fahrifirdaus.web.id/2016/04/1-abad-qudsiyyah-membumikan-gusjigang/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun