Mohon tunggu...
Emilia Nurinaningrum
Emilia Nurinaningrum Mohon Tunggu... -

Born and raised in a town at Central Java. Final schooled at Bandung. Work for few years in the capital of Indonesia. Now live in Bali for another adventure! :D

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa?! Pandangan Kita Sebetulnya Buram Setiap Hari!

9 Juli 2013   10:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:49 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman sekarang, fotografi lagi marak. Nah, apakah Anda termasuk penggemar fotografi? Jika iya, mungkin Anda tahu kalau kualitas udara mempengaruhi ketajaman hasil potret.

Saya baru tahu dari teman saya yang memang sarjana sinematografi dan gemar menenteng kamera ke mana – mana. Sebetulnya, dia tidak sengaja berceletuk kalau kualitas udara di Jakarta buruk, banyak asap, sehingga gambar yang diambil akan buram. Sementara di tempat lain, bisa jadi lebih jelas.


Waktu mendengar dia bilang begitu, saya langsung kaget dan spontan mengajukan mosi tidak percaya, “Heh?! Masak sih? Berarti sebetulnya setiap hari pemandangan yang kita lihat buram?”

Selesai mengucapkan kata – kata itu saya baru sadar, kata – kata itu tidak hanya berlaku dalam arti penglihatan harafiah dan fisik semata, tetapi lebih penting lagi, pandangan kita terhadap suatu hal atau konteks juga seringkali buram dan bias ketika kita sudah sering berhadapan dengan hal itu setiap hari.

Hal – hal yang sudah menjadi “tradisi”, seringkali dianggap itu lah yang benar. Yang di luar itu adalah salah atau aneh. Awalnya kenapa begitu, bisa jadi sudah melenceng jauh dari motivasi saat ini.

Dalam hal penyelesaian masalah, kadang kita perlu mengambil jarak dari masalah itu setelah berkutat terlalu lama supaya bisa memiliki sudut pandang yang baru dan berbeda. Ini juga salah satu kegunaan konsultan atau pihak ketiga, yang mampu melihat suatu topik dengan pandangan baru dan netral.

Di tengah hiruk pikuk kehidupan dan persaingan, di antara kepadatan jadwal aktivitas, ambisi, dan pergaulan, bisa juga kita tersesat dalam semua keinginan dan jadi bingung apa mimpi kita yang sebenarnya. Maka, kita berhenti sejenak, menarik diri, dan “membersihkan lensa” hati kita, supaya mampu melihat ke dalam dengan lebih jelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun