MENCEGAH "GEJOLAK" PERANG TIMUR TENGAH KE INDONESIA
Di tengah dunia sedang sibuk menghadapi pandemik yang terus menelan korban Kerajaan Arab Saudi melengkapi persenjataan canggihnya untuk melindungi diri. Sebanyak 1.050 rudal, yang terdiri dari 650 rudal jelajah SLAM ER dan 400 rudal antikapal Harpoon Block II telah dibeli dengan nilai transaksi 2 milyar dolar dari perusahaan Amerika Serikat, Boeing (Kompas, 15 Mei 2020).
Selain itu, untuk tetap menjaga stabilitas-kedaulatan pangan dan ekonomi negaranya kerajaan juga melakukan transaksi gadum yang cukup besar dengan Rusia. Sebanyak 121.700 ton gandum dikapalkan menuju ke Arab Saudi oleh perusahaan pemerintah Rusia, SAGO.
Dua transaksi ini nampaknya menunjukkan kuatnya kemitraan strategis yang dibangun oleh Arab Saudi terhadap dua (diantara) kekuatan besar militer dan ekonomi di dunia saat ini. Keduanya memang negara yang sangat berpengaruh di kawasan Arab dan mempunyai tehnologi militer yang sangat canggih. Di satu sisi Arab Saudi menjalin dan memperkuat kerjasama militernya dengan Amerika Serikat dan disisi lain juga menjalin kerjasama ekonomi dengan Rusia. Â Â
Langkah yang ditempuh oleh kerajaan Arab Saudi tidak lain merupakan sebuah "perlindungan diri" terhadap pengaruhnya di kawasan teluk dan sekaligus memperkuat posisinya sebagai salah satu kekuatan besar di dunia Arab. Arab Saudi tetap menjadi rival utama Iran yang terus mengobarkan pertempuran di Suriah, Yaman, dan Iraq dengan beberapa dukungan milisi-milisi bersenjatanya.
Perseteruan Klasik
Sebagai dua negara yang berpengaruh di kawasan teluk Arab, Iran dan Arab Saudi tidak akan pernah menemukan titik nadir perdamaian di antara keduanya. Peperangan yang bergejolak di negara-negara Arab tak lain melibatkan peranan keduanya. Milisi-milisi dukungan Arab Saudi akan tetap berhadapan dengan milisi-milisi dukungan Iran di beberapa negara-negara konflik, mulai dari Yaman, Suriah, Libya, hingga Sudan dan Iraq. Keduanya akan terus mempengaruhi dan menebar pengaruhnya pada negara-negara di sekitarnya.
Perseteruan Iran dan Arab Saudi dipengaruhi oleh dua hal yang melatarbelakangi berdirinya dua negara itu, ideologi kenegaraan dan dan identitas ke-Arab-an (Asshabiyah).
Pertama, ideologi kenegaraan. Arab Saudi dan Iran merupakan dua negara yang dibentuk oleh konflik klasik politik muslim sejak fitnah pertama pasca khulafaur Rasyidin, yakni sunni vis a vis syi'ah. Perseteruan sunni-syi'ah melahirkan berbagai pertempuran, pertumpahan darah, dan juga konflik antar kerajaan.
Sepanjang sejarah peradaban Islam, alih-alih kekuatan sunni-syi'ah selalu sulit untuk didamaikan, justru menjadi bahan yang paling tepat untuk memupuk perseteruan dan menyebabkan terjadinya pertempuran antar sekte, kerajaan dan milisi-bersenjata.Â
Arab Saudi mengklaim sebagai pemimpin muslim sunni sedangkan Iran mengklaim sebagai pemimpin muslim syi'ah (faktanya Iran demikian). Klop sudah, dua kekuatan ideologi keislaman yang terus-menerus berbenturan sepanjang sejarah diwujudkan dalam konteks sistem bernegara.