Mohon tunggu...
Moh Syihabuddin
Moh Syihabuddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Pemikiran Islam dan Pemerhati Sosial Budaya

Peminat keilmuan dan gerakan literasi, peduli terhadap permasalahan sosial dan tradisi keislaman masyarakat Islam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tertipu 7 Juta Rupiah di Tengah Menjalani Puasa dan Karantina

7 Mei 2020   11:27 Diperbarui: 7 Mei 2020   11:44 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika sudah masuk pada kondisi tersebut maka yang bersangkutan mudah saja dikendalikan dan mudah pula dipengaruhi untuk melakukan segala hal. Para teroris juga menggunakan metode ini untuk melakukan rekrutmen "kader-kader" radikalisnya utnuk melakukan "jihad konyol" melawan musuh yang sebetulnya saudaranya sendiri.

Oleh karena itulah, penting menjaga kondisi pikiran dan hati pada saat pandemik ini yang sekaligus dijalaninya pada masa-masa puasa. Yang perlu menjadi perhatian adalah kondisi puasa dan suasana pandemik-nya.

Puasa tidak sekedar mengosongkan perut dan menahan lapar saja lalu dihabiskan dengan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif (ngabuburit, nonton film, tidur dan main game). Puasa termasuk pada kegiatan yang mengarahkan pada upaya-upaya suci dan mengharuskan aktivitas (yang tentunya juga) mengoneksikan dirinya dengan kekuatan ghaib Tuhan yang Maha Suci.

Pada kondisi puasa kegiatan yang paling benar adalah berdizkir, membaca al-Qur'an, membaca buku, menulis keilmuan yang mendalam, dan atau beri'tikaf di masjid menjauhi handphone. Malamnya bisa disibukkan dengan menjalani ibadah sholat-sholat sunnah dan membaca buku yang berkualitas.

Jika hal itu bisa dilakukan maka akan bisa (berpeluang) membantu kondisi pikiran terjaga dari hal-hal yang "kosong". Apalagi pada masa pandemik ini yang menghadirkan kekosongan pekerjaan, galau keuangan, dan kepikiran belanja, tentu saja sangat membutuhkan sekali kehadiran kegiatan-kegiatan yang bisa mengontrol hati dan pikiran agar tidak terjerumus pada pengaruh-pengaruh "penyucian otak" yang negatif. Dan kegiatan yang saya sampaikan tadi dalam kondisi puasa akan mendorong keadaan tersebut yang mengamankan dirinya.

Apa yang dialami oleh pria di desa Karangagung itu merupakan sebuah kombinasi yang terstruktur antara kegalauan, kekosongan pikiran, perut lapar, dan serangan berita-berita corona yang bercampur aduk menjadi "manusia tanpa nyawa" atau kondisi mimpi dalam terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun