Â
Seiring dengan munculnya layanan transportasi ojek online pada pertengahan tahun 2015 yang bernama Go-Jek, kini muncul layanan transportasi terbaru yaitu 'Blu-Jek'. Nama Blu-Jek sendiri diambil dari kata ‘Blusukan’ dan ‘Ojek’. Pemilihan kata blusukan ini sesuai dengan metode yang digunakan Blu-Jek dalam merekrut pengemudi yang mereka sebut dengan nama ‘rider’.
Hadirnya Blu-Jek pada (17/9/15) cukup menyedot perhatian banyak orang. Blu-Jek kini menjadi pesaing serius dari Go-Jek. Blu-Jek singkatan dari blusukan ojek ini diciptakan untuk mempermudah warga Jakarta. Selain menyediakan kemudahan bagi konsumen, dalam hal layanan transportasi Blu-Jek juga bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi warga di Jakarta. Selain menawarkan layanan transportasi ojek online, Blu-Jek juga menawarkan layanan antar barang, jasa pengantaran dokumen, jasa penitipan belanja dengan nilai maksimal pembelian Rp 1 juta dan jasa pengantaran makanan.
Dengan hadirnya Blu-Jek ini apakah mampu menyaingi Go-Jek? Seperti yang kita ketahui bahwa Go-Jek adalah pionner pertama layanan transportasi online di Indonesia. Kehadiran Blu-Jek dinilai sebagai pesaing dari Go-Jek itu sendiri. Pasalnya, Blu-Jek ini sama-sama memberikan layanan transportasi ojek online dan menurut saya sistemnya dirasa sangat mirip Go-Jek, yang membedakan hanyalah logo dan warna dari Blu-Jek yang berwarna biru.
Berbeda dengan Go-Jek dalam hal perekrutan yang membuka lowongan kepada siapa saja untuk menjadi driver, Blu-Jek lebih memfokuskan perekrutan pada pengendara ojek pangkalan melalui aktivitas sosialisasi dan edukasi. Hal ini bertujuan agar tidak adanya kesalahpahaman dengan pengendara ojek pangkalan. Sama seperti aplikasi layanan transportasi ojek online lainnya, pengguna bisa menggunakan aplikasi smartphone berbasis Android atau iOS, selanjutnya memilih lokasi penjemputan dan lokasi yang dituju. Aplikasi akan menghitung jarak dan harga yang mesti dibayarkan pengguna, dengan pilihan tunai atau e-cash melalui mandiri.
Menurut rumor yang beredar, Blu-Jek disebut-sebut sebagai salah satu bentuk jasa transportasi terbaru dari perusahaan penyedia jasa taksi populer, PT Blue Bird Tbk. Memang, sekilas melihat jaket pengemudi Blu-Jek yang dominan warna biru, pengguna akan teringat pada perusahaan taksi Blue Bird. Namun, ternyata Blu-Jek tidak terkait sama sekali dengan perusahaan taksi tersebut. Blu-Jek adalah sebuah perusahaan sendiri yang didirikan oleh Michael Manuhutu dan Garrett Kartono. Saat ini sudah ada 1.000 rider di daerah Jakarta, dan akan digenapi menjadi 5.000 rider. Untuk mampu menyaingi pioneer utama Go-jek, Blu-Jek ini harus terus melakukan inovasi-inovasi dan membuat diferensiasi yang menjadi keunggulan untuk meraih pasar dan konsumen.
                                          Â
Hal ini dilakukan untuk menarik minat konsumen agar mengetahui dan bahkan melakukan pemesanan. Selain itu untuk menarik minat agar bergabung menjadi pengemudi Blu-jek, layanan transportasi ojek ini memiliki sebuaah tim analisis lapangan yang disebut dengan Tim Operation Blu-Jek. Tim inilah yang melakukan pendekatan langsung kepada ojek-ojek pangkalan untuk melakukan sosialisasi.
Ada dua tugas yang dijalanai oleh tim ini, pertama melakukan mapping dan kedua melakukan sosialisasi atau pendekatan secara tradisional kepada para tukang ojek pangkalan. Hal tersebutlah yang menjadi kunci, jika berhasil tukang ojek pangkalan akan ikut menjadi Blu-Jek. Pendekatan tersebut seperti, pendekatan langsung, duduk bareng, ngobrol apa saja yang dibutuhkan dan apa saja yang di inginkan.
Seperti yang diketahui bahwa pangkalan ojek yang ada di Jakarta ribuan, maka tim analisis tersebut hanya mendatangi pangkalan ojek yang besar, yang nantinya turut mempengaruhi pangkalan ojek lainnya. Hal ini mendapat respon positif dan merupakan langkah yang cukup efisien untuk mengkomunikasikan Blu-Jek.
Strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Blu-Jek tersebut, diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja yang baik bagi ojek pangkalan, selain itu untuk mengurangi gesekan dengan ojek pangkalan seperti layanan ojek transportasi online lainnya. Di luar tarif dan jenis layanan, Blu-Jek mengklaim bahwa lebih baik dari pesaing dalam hal perlindungan privasi pelanggan.
                                             Â
Mungkin sebagian masyarakat di Indonesia terutama di daerah Jakarta belum mengetahui jasa layanan transportasi Blu-Jek ini, agar masyarakat tahu dengan layanan transportasin online baru ini, Blu-Jek harus melakukan komunikasi pemasaran secara terus menerus sehingga masyarakat menegetahui keberadaan Blu-Jek. Strategi komunikasi yang dilakukan selain memberikan diskon gratis kepada para konsumen dan melakukan sosialisasi ke pangkalan ojek untuk ‘rider’ yang ingin bergabung, Blu-Jek juga harus mengkomunikasikan dengan cara soft selling melalui media social seperti Twitter ataupun Instagram yang saat ini sedang digandrungi masyarakat Indonesia, maupun di televisi dengan hadir di sebuah Talk Show untuk mengkomunikasikan Blu-Jek ini.
Â
Oleh: Azmita Rizkiwantie/1204120209
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H