Mohon tunggu...
Nofrendi Sihaloho
Nofrendi Sihaloho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Magister Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Santo Thomas, Sumatera Utara

Hobi saya membaca buku-buku rohani dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kerajaan Allah menurut Santo Agustinus

12 Februari 2024   20:28 Diperbarui: 12 Februari 2024   20:31 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KERAJAAN ALLAH MENURUT SANTO AGUSTINUS

 Pengantar

Manusia adalah makhluk religius. Ia meyakini adanya "yang ilahi" di luar kemampuan dirinya. Bagi dunia kekristenan, "yang ilahi" itu disebut sebagai Allah. Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia karena Ia mencintai manusia sebagai ciptaan-Nya. Pewahyuan itu berpuncak pada diri Yesus Kristus. Kristus menjadi tolok ukur keberimanan orang Kristen.Membawa Kerajaan Allah menjadi inti kedatangan Yesus ke dunia. Penulis membahas Kerajaan Allah menurut St. Agustinus. Kemudian diuraikan tentang kemanusiaan dan keallahan Yesus. 

 Siapa itu Agustinus?

Agustinus lahir di Tagesta pada 13 November 354. Ibunya bernama Monika dan ayahnya bernama Patricius. Agustinus menjalani studi ilmu eksakta, estetika, dan ilmu pengetahuan lainnya. Setelah menyelesaikan studinya, ia mengajar ilmu berpidato atau retorika di Karthago, Afrika Utara. Setelah itu, ia juga menjadi dosen di Roma dan Milan. Agustinus banyak mendengar khotbah Uskup Ambrosius. Dengan melihat kepiawaian uskup tersebut, ia tertarik menjadi imam. Kemudian ia ditahbiskan menjadi uskup Hippo pada tahun 395.[1]

Kerajaan Allah menurut St. Agustinus 

Menurut St. Agustinus, terdapat dua jenis "negara" yaitu himpunan orang-orang jahat dan himpunan orang-orang kudus. Hal tersebut sudah ada sejak permulaan manusia dan berlangsung sampai akhir dunia. Pemerintahan Allah dibedakan dari pemerintahan iblis. Meskipun banyak orang ditarik oleh iblis dan tampaknya sedikit yang mengikuti Allah, bukan berarti kerajaan iblis telah menang. St. Agustinus menggambarkannya ibarat tumpukan gandum dan sekam. Gandum kalah dengan sekam. Seorang petani mengetahui harus berbuat apa terhadap tumpukan sekam yang menggunung, begitu juga himpunan orang-orang berdosa yang memihak iblis tidak punya arti di hadapan Allah.[2]

St. Agustinus meyakini bahwa pada hari penghakiman, kedua "negara" akan dipisahkan. Orang-orang yang condong pada kecongkakan, kesombongan, dan kekuasaan duniawi dengan keangkuhan yang hampa akan disatukan dalam jurang yang sama serta memperoleh ganjaran sesuai dengan perbuatannya. Di pihak lain, orang-orang yang rendah hati mencari kemuliaan Allah dan mengikuti kehendak-Nya akan dipersatukan dalam persekutuan dengan Allah. Di sanalah Kerajaan Allah akan dinyatakan kepada orang-orang tersebut.[3]

 Kerajaan Allah itu disebut Yerusalem surgawi. Dalam Gereja ditemukan banyak warga Yerusalem surgawi yang sejati yakni orang-orang Kristen yang baik. Manusia yang diberi kehendak bebas memilih apa yang akan diikutinya, Kerajaan Allah atau kerajaan iblis. Sekalipun ada iblis -- malaikat yang menyombong dan tidak taat kepada Allah -- yang selalu menggoda manusia, hal itu samasekali tidak merugikan Allah. Meskipun manusia atas kemauannya sendiri sepakat menuruti kemauan iblis untuk melakukan hal yang dilarang Allah, hal itu juga tidak merugikan Allah. Kerugian besar akan dialami manusia itu sendiri.[4]

Orang-orang benar yang mencari Allah dan mengalahkan kesombongan iblis disebut warga negara yang kudus. Mereka itu telah disembuhkan oleh kerendahan hati Yesus Kristus. Dalam Kerajaan tersebut yang menjadi rajanya adalah Kristus sendiri. Dikatakan bahwa kerendahan hati yang dimaksud bersifat eskatologis, namun dinyatakan kepada manusia dan sudah mulai dari sekarang melalui Roh Allah. Pemahaman tentang Kerajaan Allah telah dinubuatkan sebelum kelahiran Tuhan Yesus Kristus ke dunia oleh orang-orang kudus yang dipilih oleh Allah. Mereka adalah para bapa leluhur dan nabi dalam bangsa Israel. Seluruh kehidupan mereka merupakan nubuat untuk zaman sekarang. St. Agustinus mengidentikkan Kerajaan itu sebagai Gereja, di mana Kristus adalah Kepala Gereja dan umat adalah anggota-Nya. Para bapa leluhur dan nabi-nabi juga termasuk dalam anggota Kerajaan Allah meskipun mereka hidup sebelum peristiwa inkarnasi atau Sabda menjadi Daging dalam diri Yesus. Alasannya karena Kristus adalah Sabda kekal Allah. Dia adalah Allah sendiri.[5]

Pertobatan sebagai Jalan Menuju Kerajaan Allah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun